MALANG POSCO MEDIA – Meski belum sempurna wajah dan bentuk aslinya, harus diakui kawasan Kayutangan Heritage di Kota Malang sudah menjadi pusat keramaian. Hampir setiap akhir pekan dan liburan, kawasan ini dipastikan selalu ramai dikunjungi wisatawan. Baik wisatawan domestik, maupun mancanegara.
Namun seiring ramainya pengunjung, pelan tapi pasti konsep kawasan heritage yang digadang-gadang sejak lama, berubah arah. Tak dipungkiri, kawasan ini berubah menjadi kawasan yang memang dipenuhi kafe dan tempat kuliner. Seperti ungkapan, ada gula ada semut. Ada keramaian, di situlah pasti tumbuh subur bisnis.
Maka, tugas Walikota Malang yang harus mengembalikan fungsi utama dihidupkannya kawasan wisata Kayutangan Heritage. Bukan hanya soal estetika makin menjamurnya papan reklame berukuran besar di kanan kiri jalan, namun juga nuansa heritage di kawasan tersebut yang harus ditata sesuai konsepnya.
Yang lebih penting lagi adalah penataan parkir yang hingga kini masih menjadi pekerjaan rumah. Karena selama parkir belum tertata dengan rapi dan belum tersedianya tempat parkir yang representatif, maka kawasan ini masih akan disesaki persoalan parkir. Karena kebutuhan kawasan ini adalah kenyamanan, bukan sesaknya kendaraan yang parkir di tepi jalan raya.
Tak mudah membranding kawasan Kayutangan Heritage ini hingga bisa seramai sekarang. Maka langkah-langkah yang sudah dilakukan walikota sebelumnya juga harus dihargai. Kalau yang kurang sempurna disempurnakan. Yang melenceng diluruskan kembali. Dan yang kurang sesuai disesuaikan dengan konsep heritage yang sesungguhnya.
Agar jelas siapa yang bertanggungjawab, idealnya kawasan ini dikelola oleh lembaga khusus yang berfokus pada penataan kawasan heritage Kayutangan. Sebab tanpa penanggungjawab yang jelas, antar lembaga bisa saling lempar tanggungjawab. Karena di kawasan ini melibatkan lintas dinas yang harus sama-sama ikut bertanggungjawab.
Tentu lembaga khusus ini yang menentukan walikota bersama dengan stakeholder terkait. Apalagi saat ini pembahasan redesain Kayutangan Heritage melibatkan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Kalau ada lembaga khusus, maka tanggungjawab mewujudkan kawasan Kayutangan Heritage menjadi jelas. Kayutangan Heritage sudah menjadi branding. Sudah ramai pengunjung. Stakeholder terkait tinggal merapikan dan meluruskan kembali yang dinilai melenceng dan tidak sesuai dengan konsep. Kayutangan Heritage harus punya identitas dan ciri sendiri. Tak perlu dibandingkan atau dibuat sama dengan tempat lain.(*)