Wadahi Seni Bantengan, Apresiasi Seniman Budayawan
MALANG POSCO MEDIA-Atraksi seni bantengan yang tersaji dalam Kanjuruhan Bantengan Festival (KBF), Minggu (1/9) kemarin di Jalan Lingkar Barat (Jalibar) Jalan Ir Soekarno Kepanjen diapresiasi dan disambut antusias Bupati Malang Drs HM Sanusi MM. Bupati Sanusi bahkan sempat turun panggung untuk menari bersama para seniman. Tidak ada beban sama sekali. Justru Sanusi tampak gembira dan sangat bersemangat. Bersama Wakil Bupati Malang Drs H Didik Gatot Subroto SH MH, Sanusi mengikuti gerakan yang diiringi dengan musik khas bantengan.
Alhasil suasana pun semarak. Terlebih Forkopimda dan kepala perangkat daerah juga ikut turun panggung. Mereka menari bersama-sama Bupati Sanusi dan para seniman.
Warga yang menonton pun sangat antusias. Mereka melihat atraksi seni budaya itu dengan semangat dan antusias. Memenuhi jalan, mulai dari panggung satu sampai panggung tiga. Mereka memberikan aplaus saat pelaku seni bantengan beratraksi.
Kanjuruhan Bantengan Festival merulakan event seni budaya yang digelar Pemkab Malang. Ini dalam rangka memeriahkan Hari Jadi ke 1264 Kabupaten Malang.
Mengusung tema The Beauty Of Culture, Art & Tourism, kegiatan ini dibuka Bupati Malang HM Sanusi. Juga dihadiri Forkopimda Kabupaten Malang dan kepala Perangkat Daerah Pemkab Malang.
“Ini merupakan tahun pertama Kanjuruhan Bantengan Festival digelar di Kabupaten Malang. Sebagai inovasi baru dalam seni budaya. Pemerintah Kabupaten Malang mewadahi para pelaku seni, untuk terus berkreasi dan berkarya, ” Kata Bupati Malang HM Sanusi.
Orang nomor satu di Pemkab Malang ini mengatakan event tersebut sebagai bentuk apresiasi kepada para pelaku seni bantengan.
“Kabupaten Malang sudah banyak perubahan. Salah satunya seni bantengan ini. Jika sebelumnya mereka tidak terwadahi, sekarang terwadahi dengan baik, salah satunya melalui event ini, “tambahnya.
Seni bantengan ditambahkan Sanusi sebagai wujud khasana khas kebudayaan adiluhung. Selain itu kegiatan ini digelar untuk melestarikan budaya.
“Kesenian bantengan ini asli Malang. Kami minta Dinas Pariwisata dan Kebuyaan Kabupaten Malang mendaftarkan kesenian ini ke Kemenkumham untuk mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual, seperti Batik Garudeya yang telah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual, ” Tambah Sanusi.
Sanusi juga menguraikan, seni bantengan menjadi daya tarik wisata. Harapannya melalui seni bantengan, kunjungan wisata di Kabupaten Malang pun meningkat.
Sementara itu, Kepala Dinas Patiwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang Purwoto mengatakan KBF baru kali pertama digelar di Kabupaten Malang. Event ini digelar setelah banyak usulan dari pelaku seni bantengan di Kabupaten Malang.
“KBF ini perdana. Ini mrrupakan apresiasi kepada pelaku bantengan yang tersebar di 33 kecamatan,’’ kata Purwoto. Dia mengatakan KBF ini digelar setelah ada usulan dari kecamatan. Agar even bantengan digelar tingkat Kabupaten Malang.
“Usulan dari para pelaku seni bantengan ini semuanya kami tampung. Selanjutnya secara serius dibahas. Hari ini, kami gelar kegiatan ini,’’ ucapnya.
Purwoto juga menguraikan bahwa dirinya memiliki data bahwa setiap desa / kelurahan di Kabupaten Malang memiliki lebih dari lima grup seni bantengan. “Dari laporan dari teman-teman kecamatan, para pelaku seni bantengan menggelar festival sendiri di kecamatan. Tapi hari ini kami sajikan di Jalibar ini.
Purwoto mengatakan KBF ini mewadahi seni bantengan kuno. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan seni bantengan masa kini juga akan digelar dalam waktu dekat.
“Seni bantengan ini ada dua. Kuno dan masa kini. Untuk yang kuno masih pakem dengam filosofi budaya yang kental, “ucapnya. Seiring dengan antusias penonton, Purwoto mengatakan akan menjadikan momen ini sebagai kegiatan rutin Pemkab Malang.
“Kemarin (Sabtu) kami mengadakan Kanjuruhan Culture Carnival. Dua agenda ini merupakan rangkaian kegiatan untuk merayakan Hari Jadi ke 1264 Kabupaten Malang. Kami kemas dalam satu rangkaian, tak lain untuk efisien, baik waktu maupun biaya, juga tempat,’’ tandasnya.
Sementara itu tampilan peserta KBF sendiri betul-betul memukau. Mereka tampil dan beratraksi selama 10 menit di panggung utama. Masing-masiing daerah mengusung cerita yang menarik.
Atraksi seni bantengan ini semakin hidup lantaran ada atraksi pencak silat dari masing-masing komunitas. Juga ada atraksi macanan dan monyet. Suara sabetan pecut pun terdengar menggelegar. Sehingga memberikan kesan gelaran KBF ini sangat dahsat.
Tatanan panggung pun sangat apik. Di sisi kiri panggung disetting sangat mewah. Ada pintu tempat para pelaku seni bantengan keluar. Sedangkan di depan juga terdapat layar monitor yang menampilkan atraksi para pemain. Bunga-bunga ditata di area atraksi dengan sangat rapi dan menawan. Sehingga tidak jarang, baik di momen Kanjuruhan Cultur Carnival (KCC) maupun Kanjuruhan Bantengan Festival (KBF) banyak warga mengabadikannya. Baik foto maupun video.
Sementara itu Susan, salah seorang warga mengaku senang dengan gelaran KBF. Wanita asli Kepanjen Kabupaten Malang ini mengaku, seni bantengan tidak sekadar atraksi budaya. Tapi memiliki makna. Bantengan juga menjadi wisata baru. Sehingga dengan seni bantengan yang terwadahi oleh Pemkab Malang dapat meningkatkan kunjungan wisata.
“Atraksinya beragam. Masing-masing punya ciri khas. Lantaran itulah, kami penonton tidak merasa bosan,’’ tandasnya. (ira/van)