MALANG POSCO MEDIA- Penggawa Timnas U-20 Indonesia kecewa. Mereka menumpahkan kekecewaan itu pada media sosial pribadinya.
Juga sempat mengomentari postingan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Itu karena Ganjar menjadi salah satu orang yang menolak kedatangan Timnas Israel.
“Terima kasih Pak, orang tua saya tidak bisa cerita ke teman-teman nya kalau punya anak yang sangat membanggakan karena bisa main di Piala Dunia,” tulis komentar pemain Timnas U-20 yang juga gelandang Arema FC Arkhan Fikri.
Dia juga menumpahkan rasa kecewa tersebut melalui postingan Instagram pribadinya. “Terkubur sudah mimpi besar kami, orang tua saya tidak bisa menceritakan ke teman-temannya kalau punya anak yang sangat membanggakan karena bisa main di Piala Dunia,” tulis Arkhan disertai emoji hati berwarna merah dan terbelah.
Postingan tersebut dibanjiri komentar yang memberikan dukungan dan semangat bagi Arkhan. Di Jakarta, Arkhan yang beberapa kali ditunjuk menjadi kapten Timnas U-20 mengatakan rasa kecewa meliputinya dan seluruh pemain. Mereka tidak memungkiri sedang terpukul karena hilangnya kesempatan bermain di Piala Dunia U-20.
“Saya mewakili pemain pasti kecewa. Karena kami sudah latihan lama, sudah kumpul lama, sudah TC lama, yang kami persiapkan untuk Piala Dunia. Pasti sangat kecewa, sedih juga,” kata Arkhan.
Menurutnya kecewa bukan hanya pada diri pemain. Para orang tua juga diliputi kecewa. “Sebab, ada harapan orang tua pemain agar bisa turun di Piala Dunia, tapi dibatalkan pasti kecewa,” tambah dia.
Gelandang Arema FC Evan Dimas Darmono memahami kekecewaan para pemain Timnas U-20 Indonesia. Ia yang pernah menuai prestasi ketika memperkuat Timnas U-19 tersebut meminta adik-adiknya tetap bersemangat dan berharap ada jalan terbaik keikutsertaan Indonesia di ajang sepak bola dunia.
Bahkan, dia memahami ketika sejumlah pemain menumpahkan rasa kecewa tersebut di media sosial. Pemain seperti Arkhan Fikri, Hokky Caraka, Rabbani Tasnim, Marselino Ferdinan hingga Aditya Arya Nugraha.
Sebagai pemain, dia juga memiliki kekhawatiran, bila muncul sanksi akibat dicabutnya status Indonesia sebagai host. Sebab, dalam surat FIFA pun ada bagian yang menyebutkan ada kemungkinan sanksi yang akan diputuskan kemudian.
“Ya kalau sanksi pasti ada ketakutan. Cuma kami berharap jangan sampailah,” harap dia.
Pelatih Arema FC Joko Susilo memprediksi akan ada sanksi. Namun, ia berharap Ketum PSSI Erick Thohir atau Presiden Joko Widodo mampu melobi agar tidak ada sanksi.
“Kalau menurut saya 75 persen potensi kita kena sanksi. Meskipun pasti kami berharap tidak ada sanksi itu. Tentu kami berharap ke PSSI atau Presiden agar mengupayakan tidak disanksi,” kata dia.
Dia mengatakan, dalam statement resmi FIFA, ada bagian yang menyebutkan sanksi yang akan diputuskan kemudian. “Tapi 25 persen saya berharap tidak. Alasannya sederhana, karena yang membatalkan FIFA. Tapi, juga ada alasan FIFA, karena pencabutan ini ada sebabnya. Mungkin sanksi teringan berupa denda,” terang dia.
Sebagai pelaku sepak bola di Indonesia, yang pernah merasakan banned FIFA, pria dengan sapaan akrab Gethuk ini mengaku, ketakutan sanksi tersebut bisa berdampak pada banyak hal.
“Pasti ada dampaknya karena industri sepak bola tidak akan maksimal. Kalau untuk mendinginkan suasana ada yang bilang ini ada hikmahnya, sampai kapan?,” tambah dia.
Ia berharap, sepak bola atau olahraga, jangan disangkutpautkan dengan politik. “Karena prihatinnya, kita kadang memikirkan teman atau situasi luar, tapi lupa memikirkan anak-anak kita. Melupakan mimpi anak-anak kita sendiri,” tandasnya.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) juga mengaku kecewa dan sedih atas batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia. “Saya tahu keputusan ini membuat banyak masyarakat kecewa. Saya pun sama, merasakan hal itu, kecewa dan sedih,” kata Jokowi dalam pernyataan secara daring yang disaksikan melalui tayangan YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Kamis (30/3) kemarin.
Presiden Jokowi mendapat informasi atas pembatalan Piala Dunia U-20 di Indonesia oleh FIFA pada Rabu (29/3) malam. Menurut Jokowi, keputusan FIFA itu harus dihormati.
“Tentunya kita harus menghormati keputusan tersebut. Saya tahu keputusan ini membuat banyak masyarakat kecewa,” ujarnya.
Dia mengaku telah meminta Ketua Umum PSSI Erick Thohir untuk terus berupaya semaksimal mungkin agar persepakbolaan nasional tidak terkena sanksi FIFA. Termasuk kesempatan menjadi tuan rumah ajang internasional lain.
Ketua Tima Advokasi Tragedi Kanjuruhan (TATAK) Imam Hidayat mengatakan ini momentum PSSI melakukan reformasi. Ia mengaggap bahwa kejadian ini menjadi ironi, dan tentunya sangat memprihatinkan bagi persepakbolaan Indonesia.
“Isu yang berkembang adalah konstitusi dan kemanusiaan, dengan adanya penolakan dari beberapa kepala daerah dan beberapa elemen masyarakat tentang keikutsertaan bangsa Israel dalam perhelatan FIFA Piala Dunia U-20 sebagai tim peserta,” terangnya.
Ia menyinggung bahwa gagalnya perhelatan gelaran tersebut, dengan alasan invasi Palestina oleh Israel. Hal itu yang menguatkan slogan agar “pisahkan sepak bola dengan politik”.
“FIFA tentu sudah bisa membaca dan mengasumsikan, jika narasi yang timbul akibat permasalahan tim Israel dijadikan alasan pembatalan kurang elok. Sehingga digeser dengan isu kemanusiaan juga, yakni Tragedi Kanjuruhan. Di dalamnya ada komitmen akan selalu membantu PSSI dalam rangka transformasi sepak bola Indonesia,” tegasnya.
Hal ini membangun asumsi, terkait masih kurangnya pengamanan tim yang bertanding. Padahal hal ini sangat krusial, mengingat hasil persidangan yang menjatuhkan vonis bebas dua anggota polisi, yang mendasari FIFA mengambil keputusan untuk membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah FIFA Piala Dunia U-20.
Hal senada juga disampaikan Koordinator Tim Gabungan Aremania (TGA) Dyan Berdinandri. Ia mengungkapkan batalnya gelaran ini sangat disayangkan. Pasalnya, banyak generasi pesepak bola muda, yang sudah memimpikan bisa berlaga di ajang Piala Dunia.
Dia beranggapan bahwa sepak bola memang tidak sepatutnya dibenturkan dengan politik. Dan pejabat pun tidak seharusnya beropini atau bertindak menolak Israel yang sudah mengikuti kualifikasi hingga lolos di tahap tersebut.
“Tanpa saya membela Israel, namun di gelaran Piala Dunia ini, mereka juga berjuang (untuk lolos). Dan ini sudah semestinya seperti pada umumnya, khususnya di sepak bola,” jelas Dyan.
“Tentu sangat disayangkan. Akan tetapi ke depan apabila Indonesia, mendapat sanksi bisa menjadi pelajaran bersama. Mungkin FIFA sudah melihat bagaimana perkembangan hukum di Indonesia khususnya, dalam menangani Tragedi Kanjuruhan, yang tidak maksimal,” sambungnya.
Di sisi lain, Koordinator LBH Pos Malang Daniel Siagian mengatakan gagalnya perhelatan FIFA Piala Dunia U-20 merupakan wujud kegagalan negara. Ditambah lagi dengan hasil sidang Tragedi Kanjuruhan yang dirasa tidak masuk akal. Sebab menyalahkan angin sebagai faktor penyebab gas air mata mengarah ke tribun penonton.
“Sebaiknya dan menjadi suatu keharusan, setiap pihak terkait (termasuk PSSI), serius menangani Tragedi Kanjuruhan. Bukan malah saling melempar tanggung jawab, dan memperkuat impunitas,” tandasnya. (ley/ntr/rex/van)