Oleh :
Ananda Hemas Rajawali Wijaya
Mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang, angkatan 2022.
Kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) memang masih agak lama, tepatnya masih kurang 10 bulan lagi, namun demikian hawa panasnya hiruk pikuk partai politik melalui para kader, anggota, simpatisan, bahkan ketua umum telah mulai terasa sejak tahun 2022. Berbagai komentar, dan statement para kader, anggota, simpatisan dan ketua umum telah banyak mewarnai kolom komentar media sosial maupun media online tanah air. Berbagai spekulasi muncul ke permukaan yang diawali oleh Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dengan mendeklarasikan Anis Baswedan mantan gubernur DKI Jakarta sebagai bakal calon presiden yang diusung oleh Partai Nasdem. Publik mengetahui dengan jelas rekam jejak kinerja Anis Baswedan ketika menjabat sebagai gubernur DKI maupun sebelumnya ketika menjabat sebagai menteri pendidikan pada periode pertama pemerintahan presiden Joko Widodo.
Pro kontra memang hal biasa dalam perpolitikan di manapun, namun perkembangan teknologi informasi telah merubah mindset masyarakat dari pesimis dan cenderung apa kata yang di atas, menjadi turut berpartisipasi dalam menyampaikan pendapat dan pandangannya terkait calon pemimpin bangsa masa depan. Berbagai platform media sosial dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh para pengguna untuk menyalurkan hasrat berpolitiknya. Hal ini dibaca dan dipahami betul oleh para ketua umum partai politik di tanah air tercinta, untuk mendulang dukungan. Anis Baswedan dan partai Nasdemnya telah mengawali safari politik jauh hari sebelum partai politik lain merencanakan startnya. Meskipun Nasdem dan Anis Baswedan menolak disebut mencuri start, namun kenyataan yang ada berbicara yang sesungguhnya. Ibarat kata Nasdem telah memberikan stimulus pada partai politik lain untuk unjuk gigi terkait bakal calonnya. namun stimulus tersebut belum juga mampu mendongkrak kemeriahan partai politik lain untuk buru-buru menunjukkan siapa bakal calon presiden yang diusungnya.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), di bawah komando mantan presiden RI ke 5, sebagai ketua umum partai pemenang Pemilu 2 periode, nampaknya memiliki pandangan dan strategi yang terus-menerus diupdate. Bukan rahasia umum jika trah Soekarno juga memiliki keinginan untuk memimpin negeri ini. Oleh karena itu bidak percaturan politik Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum partai yang berkuasa mulai dimainkan. Diawali dengan menggerakkan seluruh kader partai di seantero Negara mulai pusat hingga pelosok desa diwajibkan memasang baliho sang ketua dewan pimpinan pusat (DPP) PDIP yang juga ketua dewan perwakilan rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), serta mantan menteri koordinator. Harapan PDIP rekam jejak Puan Maharani sebagai trah Soekarno menjadi modal baginya untuk masuk radar pemilih sebagai calon pemimpin negeri ini. Namun demikian usaha ternyata menghianati hasil. Elektabiltas Puan Maharani di barbagai survey sangat jauh panggang dari api. Yang justru belum dipertimbangkan ketika itu adalah Ganjar Pranowo kader PDIP yang juga mantan anggota DPR-RI dan masih menjabat sebagai gubernur Jawa Tengah 2 periode, diberbagai hasil survey memiliki elektabilitas yang terbilang moncer sebagai bakal calon presiden jika ada partai yang mengusungnya. Kenyataan tersebut tidak serta merta meluluhkan keteguhan PDIP dalam menentukan dan mengumumkan siapa yang layak menjadi calon presiden dari PDIP. Berbagai pro dan kontra di tubuh PDIP sendiri terus bermunculan baik secara terang-terangan maupun secara isyarat. Ganjar Pranowo dianggap terlalu percaya diri dan ini menjadikan ketum PDIP dan loyalisnya “marah” sampai muncul statemen dari Megawati jika tidak patuh partai maka dianggap sebagai penghianat dan harus dikenai sanksi. Pernyataan ini entah sebagai pernyataan yang sebenarnya atau pernyataan yang merupakan bagian dari strategi politik PDIP. Ketika Puan Maharani di pajang diseluruh tanah air melalui baliho, sebenarnya PDIP telah melihat dan menunggu, namun di akar rumput justru Ganjar Pranowo tak terbendung. Sampai datanglah moment yang tepat untuk melakukan ujian ideologi bagi bakal calon presiden yang akan diusung oleh PDIP.
Megawati sebagai politikus senior yang ditempa dikawah candradimuka perpolitikan tanah air, suka atau tidak suka harus diakui kepiawaiannya dalam memainkan bidak caturnya. Moment Indonesia yang akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan sepak bola dunia usia 20 tahun, yang sedianya akan berlangsung tahun 2023 ini, menjadi batu pijakan untuk menguji loyalitas kader terhadap konstitusi dan ideologi partai. Ganjar Pranowo lulus dalam ujian tersebut. Ganjar Pranowo telah menunjukkan loyalitasnya dan tegak lurus terhadap ketumnya. Ganjar Pranowo dan I wayan Koster dua orang gubernur asal PDIP yang wilayahnya akan menjadi salah satu venue penyelenggaraan Sepak Bola dunia Usia 20 tahun, kompak menolak kedatangan tim Israel ke Indonesia. Seluruh Indonesia gempar, Ganjar Pranowo dihujat diberbagai platform media sosial. Akibatnya, elektabilitas yang diraihnya menurun. Bagi lawan politik hal inilah moment yang sangat ditunggu, dapat menjatuhkan elektabilitas Ganjar Pranowo yang diberbagai hasil survey memimpin. Bagi PDIP moment ini membuktikan bahwa Ganjar Pranowo adalah kader terbaik partai yang didukung masyarakat dan tidak boleh diabaikan. Dari peristiwa ini Megawati dan jajaran DPP PDIP menunjukkan kedewasaan dan strateginya yang jitu dalam berpolitik. Ego trah Soekarno dapat diwujudkan bukan hanya dengan menjadikan trah Soekarno Presiden, namun ajaran Soekarno harus tetap hidup di jiwa presiden pilihan PDIP.
Pada tanggal 21 April 2023 bertepatan dengan hari Kartini (Megawati dan Puan, adalah pengejawantahan Kartini masa kini), PDIP secara resmi mengumumkan bahwa Ganjar Pranowo adalah calon presiden yang diusung pada kontestasi Pipres 2023. Untuk keduakalinya masyarakat dapat mengambil hikmah atas kedewasaan berpikir dan berpolitik dari tokoh bangsa. Yang pertama adalah kesediaan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno bergabung dengan pemerintah, padahal sebelumnya adalah lawan politik. Kedua adalah kedewasaan Megawati dan Puan Maharani dalam meletakkan misi kebangsaan di atas misi trah, dengan memilih Ganjar Pranowo sebagai calon presiden. Lalu kedewasaan dan atau strategi apalagi yang akan terjadi di 2024 nanti? Siapa presiden yang diridhloi Allah SWT? mari kita tunggu kelanjutannya.(*)