.
Sunday, December 15, 2024

Duka Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Asal Tumpang

Kehilangan Suami dan Anak Kedua, Disusul Anak Ketiga

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media – Duka mendalam kembali dirasakan Lutfiati. Warga Jalan Melati  Kecamatan Tumpang. Setelah 1 Oktober 2022 kehilangan  suami M Arifin dan anak keduanya M Rifki akibat Tragedi Kanjuruhan, dia kembali kehilangan anak kesayangannya, Jumat (28/10) malam lalu.  Cahaya Meida Salsabilla, siswa kelas 3 SD  ini  meninggal dunia pukul 22.30 karena sakit.

              Wijaya Andrianto, keluarga dari Lutfiati, menjelaskan bahwa Billa, panggilan Cahaya Meida  Salsabilla, sakit karena mengalami trauma akibat meninggalnya sang ayah dan kakaknya yang menjadi korban meninggal Tragedi Kanjuruhan.

              “Sejak ayah dan kakaknya meninggal akibat Tragedi Kanjuruhan, Billa menjadi pendiam, dan nafsu makannya berkurang,” katanya kepada Malang Posco Media.

              Wijaya meyakini adik sepupunya itu  sakit karena tertekan akibat  trauma kehilangan orang-orang yang dicintainya. Keyakinan Wijaya itu dikuatkan dengan sakitnya Billa setelah bocah kecil ini mendatangi makam sang kakak di TPU Kebonsari, Tumpang.

              “Billa sakit sejak Minggu (23/10) sore lalu setelah paginya dia mendatangi makam ayah dan kakaknya di TPU Kebonsari,” urai Wijaya.

              Sejak saat itu, kondisinya pun terus menurun. Terlebih Rabu (26/10) lalu Billa sama sekali tidak mau makan. Hingga akhirnya Jumat (28/10) siang Lutfiati dan keluarganya yang lain membawanya ke RS Sumber Sentosa Tumpang. “Tadinya dibawa ke RS Sumber Sentosa Tumpang. Tapi karena tidak ada dokter anak yang stand by kemudian kami membawanya ke RS Wajak Husada,” terang Wijaya.

Dia mengatakan di RS Wajak Husada ada dokter anak yang stand by. Billa pun langsung mendapatkan penanganan. Namun demikkan kondisinya terus drop. Hingga pukul 17.30 an Billa tidak sadarkan diri dan akhirnya meninggal dunia pukul 22.30 saat menjalani perawatan. “Dokter mengatakan Billa sakit DB (Demam Berdarah),” katanya dengan nada lirih.

              Wijaya pun mengatakan bahwa ibu Billa  sangat sedih dan sangat shok. “Belum satu bulan kakak saya kehilangan suami dan anak keduanya. Tadi malam dia kembali kehilangan anak ketiganya. Kami keluarga sangat sedih, dan tidak pernah menyangka ini terjadi sama keluarga kami,” terangnya.

Wijaya sendiri mengatakan jika setelah kejadian Tragedi Kanjuruhan, sebetulnya ada psikolog datang untuk memberikan bimbingan konseling. Namun demikian, kesedihan itu sangat lekat.  “Dari posko tragedi kanjuruhan Tumpang ada pendampingan. Ada psikolog datang, dan memberikan bimbingan konseling untuk mengurangi beban kesedihan. Tapi kan tidak bisa seketika kesedihan itu hilang, apalagi yang pergi adalah orang-orang tersayang,” ungkapnya.

              Semasa hidup, Billa sangat dekat dengan ayahnya M Arifin dan kakaknya M Rifki yang meninggal tanggal 1 Oktober lalu. “Saat itu Billa sempat diajak, tapi tidak jadi  karena harus menemani ibunya yang sendirian di rumah,” kata Wijaya yang juga nonton laga tersebut. Dia masuk dari pintu 12.

              “Saat rusuh saya keluar dari pintu 11. Saya tidak tahu kakak dan sepupu saya di mana. Baru malamnya tahu kakak dan, satu  sepupu saya meninggal akibat kejadian itu,” urainya. Sementara dimakamkan Sabtu (29/10) pagi. Makamnya berjajar dengan ayah dan kakaknya. (ira/bua)  

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img