spot_img
Monday, May 20, 2024
spot_img

Kelompok Peternak Ayam Petelur Kota Batu, Minta Pemda Tegas Tertibkan Penjual Telur Infertil

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Harga telur ayam di pasaran sering kali mengalami naik turun atau tidak stabil. Bahkan saat harga turun bisa mencapai separuh dari harga normal. Hal tersebut membuat gelisah Kelompok Peternak Ayam Petelur Kota Batu.


Penasihat Kelompok Peternak Ayam Petelur Kota Batu, Ludi Tanarto bahwa kegelisahan para peternak ayam petelur di Kota Batu dan berbagai daerah dikarenakan Pemda tidak tegas dalam menertibkan potensi adanya telur infertil sebagai telur konsumsi. Selain merugikan peternak kecil, telur infertil sangat berbahaya jika dikonsumsi.


Padahal lanjut Ludi, menjual telur infertil tlah diatur dalam Permentan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi. Pasal 13 menjelaskan, pelaku usaha integrasi, pembibit GPS, pembibit PS, pelaku usaha mandiri dan koperasi dilarang memperjualbelikan telur tertunas dan infertil sebagai telur konsumsi.


“Sebenarnya sudah ada aturan bahwa perusahaan besar sebagai integrator dilarang menjual telur infertil. Perusahaan punya pembibitan ayam yang kemudian ditetaskan untuk dijual ke peternak. Namun pada kondisi tertentu, perusahaan ini tidak menjual anak ayam tersebut. Tapi telur yang telah ditetaskan dijual ke pasar secara bebas,” ujar Ludi kepada Malang Posco Media, Rabu (1/6) kemarin. 
Ia menerangkan dijualnya telur yang seharusnya di tetaskan tersebut karena tidak adanya pesanan anak ayam dari peternak. Sehingga membuat perusahaan melempar telur infertil dengan harga murah ke pasar dan membuat peternak ayam petelur mengalami kerugian karena stok telur di pasar melimpah.


“Ini perlu adanya ketegasan dari Pemda. Dalam hal ini Diskumdag dan Satpol PP Kota Batu harus sering turun untuk melihat harga telur di pasar. Serta memastikan agar tidak ada telur infertil yang dijual. Kalau perlu Satpol sebagai penegak Perda harus tegas dan berani menertibkan dengan menyita telur infertil yang dijual,” tegas warga Desa Junrejo ini.


Diungkapnya untuk saat ini harga telur di pasar masih normal, yakni Rp 26 ribu per Kg. Namun jika ada telur infertil yang beredar harga telur bisa turun sampai Rp 14 ribu per Kg. Sehingga dengan turunnya harga yang sangat drastis tersebut membuat peternak ayam petelur skala kecil mengalami kerugian per hari mencapai Rp 2,5 juta.
“Belum lagi kalau manajemen peternak tidak bagus. Ini malah akan membuat peternak gulung tikar. Secara tidak langsung para pekerja juga menganggur,” beber laki-laki yang juga anggota DPRD Kota Batu ini.


Karena itu, dengan adanya intervensi dan ketegasan dari Pemda melalui SKPD terkait akan membuat harga telur tetap stabil. Sehingga para pelaku usaha di bidang peternakan ayam petelur mulai dari hulu hingga hilir tidak mengalami kerugian, begitu juga masyarakat daya beli akan terjaga.
Dari harga normal Rp 26 ribu per Kg. Peternak dan distributor bisa mendapat untung Rp 1000 per Kg. Dengan perhitungan dari peternak dijual Rp 24 ribu per kilogram ke distributor ke toko Rp 25 ribu. Kemudian dari penjual di toko ke konsumen Rp 26 ribu.


Perlu diketahui untuk Kota Batu, konsumsi telur masih banyak berada di sektor rumah tangga. Kota Batu sendiri masih kekurangan pasokan telur dari peternak lokal. Sehingga di Kota Batu supply telur juga dipasok dari peternak Kabupaten Malang.


“Untuk itu, kami juga berharap ada informasi data jumlah ayam di Kota Batu saat ini yang dihimpun oleh Pemda. Karena data itu sangat penting untuk memprediksi jumlah telur manajemen peternak untuk menyiapkan kebutuhan pasar,” pungkasnya. (eri)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img