Oleh : drh. Puguh Wiji Pamungkas, MM
Presiden Nusantara Gilang Gemilang
Founder RSU Wajak Husada
Keluarga adalah pondasi utama dalam mewujudkan bangsa dan negara yang berkualitas dan maju. Gagasan dimunculkan hari keluarga nasional pasca kemerdekan republik ini adalah karena melihat urgensi dan pentingnya kekokohan keluarga sebagai suporting sistem dalam memajukan bangsa.
Peristiwa pasca perang dan kemerdekaan Republik Indonesia yang mengakibatkan banyak keluarga harus terpisah karena wajib militer yang ada saat itu serta minimnya literasi akan membangun keluarga yang berkualitas sehingga banyaknya pernikahan dini, angka kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi, kecukupan gizi anak dan keluarga yang kurang serta kuliatas SDM yang mengkhawatirkan, kesemuanya menjadi dasar di mulainya hari keluarga nasional sebagai tonggak awal untuk membangun bangsa dimulai dari keluarga.
Masalah sosial yang beberapa kesempatan terakhir ini terjadi seperti maraknya kasus bullying, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, tawuran, dan tindak kriminalitas yang lain, ternyata muara masalahnya adalah karena terjadinya krisisnya keteladanan, pengajaran karakter dan kasih sayang didalam keluarga.
Kasus anak yang berkonflik dengan hukum, menurut data dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, menunjukkan tren peningkatan pada periode 2020 hingga 2023. Per 26 Agustus 2023, tercatat hampir 2.000 anak berkonflik dengan hukum. Sebanyak 1.467 anak di antaranya berstatus tahanan dan masih menjalani proses peradilan, sementara 526 anak sedang menjalani hukuman sebagai narapidana.
Apabila dibandingkan dengan data tiga tahun yang lalu, jumlah anak yang terjerat hukum belum pernah menembus angka 2.000. Menilik keadaan pada 2020 dan 2021, angka anak tersandung kasus hukum 1.700-an orang. Kemudian meningkat di tahun berikutnya menjadi 1800-an anak. Tren yang cenderung meningkat menjadi alarm bahwa anak-anak Indonesia sedang tidak baik-baik saja dan cenderung menuju pada kondisi yang problematis.
Menurut hasil riset yang di lakukan oleh Rebelon pad atahun 2002, dia menyebutkan bahwa Struktur dan stabilitas keluarga telah lama menjadi faktor penentu utama terjadinya kenakalan remaja. Anak laki-laki yang berasal dari keluarga “broken home” mempunyai prevalensi kenakalan remaja yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki yang berasal dari keluarga utuh. Kondisi keluarga yang kurang memberikan peran dalam kehidupan remaja sebagaimana mestinya ini berakibat kurang baik pula bagi pertumbuhan dan perkembangannya.
Dalam sebuah jurnal akademik yang berjudul “Delinkuensi Dari Keluarga Broken Home, Studi kasus pada lapas kelas 1 Makasar”, dampak yang disebabkan keluarga yang broken home bagi perkembangan anak diantaranya: 1) Psychological disorder yaitu anak memiliki kecenderungan agresif, introvert, menolak untuk berkomitmen, labil, tempramen, emosional, sensitif, apatis , dan lain-lain. 2) Academic problem yaitu kecenderungan menjadi pemalas dan motivasi berprestasi rendah. 3) Behavioral problem yaitu kecenderungan melakukan perilaku menyimpang seperti bullying, memberontak, bersikap apatis terhadap lingkungan, bersikap destruktif terhadap diri dan lingkungannya (merokok, minum-minuman keras, judi dan free sex .
Lingkungan keluarga merupakan unsur yang paling penting dalam membentuk kepribadian seorang anak karena anak melihat contoh yang diperankan oleh orang tuanya atau anggota keluarga lainnya. Bahwa seorang anak yang dibesarkan dilingkungan sosial keluarga yang tidak sehat memiliki risiko lebih besar mengalami gangguan kepribadian anti sosial dan berperilaku menyimpang dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat.
Keluarga adalah miniatur negara sekaligus infrastruktur utama dalam mewujudkan bangsa yang berkualitas. Keluarga adalah miniatur dari kokoh dan tidaknya sebuah masyarakat dan bangsa, baik dan buruknya sebuah masyarakat dan bangsa sangat tergantung dari sebara baik dan buruknya sebuah keluarga dalam melahirkan dan mendidik generasinya.
Hari keluarga nasional harus menjadi momentum bagi kita semua setiap keluarga yang ada di Malang dan seluruh Idonesia untuk bertransformasi menjadi keluarga terbaik, keluarga yang menyuguhkan kelengkapan fitur bagi terlahirnya generasi gemilang untuk Indonesia emas.
Pemerintah dan seluruh stakeholders masyarakat harus menyadari akan pentingnya menyiapkan generasi terbaik bangsa yang diawali dari kekuatan dan ketahanan keluarga. Karena tidak bisa dipungkiri diera keberlimpahan demografi seperti sekarang dan dimasa mendatang, anak-anak kitalah yang akan menjadi tumpuan dan tulang punggung bagi kemajuan bangsa. Semakin mereka tumbuh menjadi generasi berkualitas, semakin besar potensi bangsa ini untuk menjadi negara yang maju dan berkembang, semakin buruk kualitas generasi bangsa ini, maka semakin suram juga masa depan dan harapan bangsa ini.
Bangsa yang besar adalah bangsa memikirkan tentang keberlangsungan dan keberlanjutan eksistensi bangsanya. Dan jika berbicara tentang kerberlangsungan dan keberlanjutan ditengah era kemajuan dan globalisasi hari ini adalah peran penting keluarga dalam menyiapkan generasi terbaik dan berkualitas menjadi sangat penting dan urgen dilakukan serta di kawal, karena keluarga adalah miniatur negara.
Jika setiap ayah dan ibu didalam keluarga mampu memberikan keteladan dan pengajaran karakter terbaik, maka akan terlahir individu-individu didalam keluarga itu menjadi individu yang baik, jika setiap keluarga sudah baik maka masyarakatnyapun akan baik, jika masyarakatnya sudah baik maka otomatis bangsa dan negarapun akan baik.