MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Gagalnya perhelatan sepak bola Piala dunia U-20 di Indonesia menjadi hal krusial bagi keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Mereka meminta pemerintah kembali fokus pada permasalahan usut tuntas Tragedi Kanjuruhan. Mereka mengaku semakin sulitnya menemui keadilan usai laporan model B terancam dihentikan.
Hal tersebut terjadi beberapa waktu setelah sidang laporan model A Tragedi Kanjuruhan di Pengadilan Negeri Surabaya menghasilkan hukuman ringan dan bebas bagi terdakwa. Sekitar 14 keluarga korban yang terhimpun dalam paguyuban menyatakan kekecewaannya dalam sebuah pernyataan sikap bersama.
“Artinya kami terus berusaha agar mendapatkan keadilan. Tidak berhenti sampai di sini. Momen gagalnya piala dunia harusnya mengingatkan pemerintah ke tragedi Kanjuruhan yang belum tuntas,” kata Sanuar, perwakilan paguyuban keluarga korban Kanjuruhan kepada wartawan di Kelurahan Sedayu, Kecamatan Turen.
Mereka menampik sejumlah orang yang mengatasnamakan paguyuban keluarga korban Tragedi Kanjuruhan yang telah menyatakan ikhlas dan legowo atas putusan bebas dan terlalu ringan atas meninggalnya ratusan nyawa pada awal Oktober 2022 tersebut.
“Kami tetap pada tujuan yaitu keadilan yang harus didapatkan. Karena kalau bicara hanya kesejahteraan keluarga korban bukan solusi. Kami meminta semua pihak yang mengawal kasus ini, untuk maju kedepan membela kami untuk mendapatkan keadilan,” ungkapnya.
Keluarga korban yang lain, Rizal Putra Pratama juga mengutarakan hal serupa. Pemuda asal Kecamatan Tumpang yang kehilangan ayah dan adiknya itu, tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Ia meminta keluarga korban yang lain untuk terus berjuang atas keadilan atas nyawa koleganya.
Di sisi lain, Kapolres Malang, AKBP Putu Kholis Aryana menyiapkan gelar perkara untuk penghentian laporan model B, dikarenakan dari sejumlah pemeriksaan saksi dan dokumen, dianggap tidak terbukti melanggar pasal 338 dan 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. “Kami akan proses gelar perkara ini, mulai dari sekarang,” tegasnya. (tyo/mar)