spot_img
Wednesday, July 2, 2025
spot_img

KEMAKMURAN ‘UNSTOPABLE’

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – “Dari pertemuan di G20 kemarin kita bertemu dengan seluruh kepala negara, negara-negara dengan GDP terbesar di dunia, dan saya menyimpulkan semuanya pusing. Semuanya pusing bener, saya melihat kerutan wajah tambah semua, rambut tambah putih semua, Dan memang situasi global saat ini confirm tidak pasti.

Masih tidak pasti ruwet complicated, sulit dihitung sulit diprediksi, gak ada yang bisa menghitung dan memprediksi berada di angka berapa, gak jelas. Sehingga tadi semuanya pusing.” Begitulah kira penggalan pidato Presiden RI Joko Widodo dalam sambutannya di acara pertemuan tahunan Bank Indonesia pada 30 November 2022 lalu.

Akhir-akhir ini kita memang banyak mendengar berbagai analisa dari para pakar dan pengamat bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun yang sulit bagi banyak negara. Resesi akan terjadi, kira-kira itu narasi yang hari ini terbangun, bahkan tidak sedikit orang menjadi panik.

Perusahaan-perusahaan menjadi bingung menyikapi prediksi ekonomi yang tidak lama lagi akan terjadi. Kegalauan ini mungkin lazim terjadi, karena tidak bisa dipungkiri kita baru saja keluar dari pandemi Covid-19 yang dampak ekonominya juga sangat luar biasa.

Resesi dan krisis dari masa ke masa memang selalu saja terjadi seiring dengan dinamika perekonomian dunia ataupun situasi lokal sebuah negara. Namun yang terpenting bagi sebuah negara adalah kemampuannya untuk terus berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan menghadirkan keadilan bagi seluruh elemen bangsa.

Berkaca pada banyak peristiwa sejarah yang pernah terjadi di dunia ini dari masa ke masa, dari satu peristiwa sejarah ke peristiwa sejarah lainnya, tentu banyak hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran. Bagaimana generasi terdahulu memiliki kemampuan dalam memanajemeni tata kelola sebuah bangsa yang berdampak kepada kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya.

Salah satu cerita kegemilangan itu ada pada sejarah kegemilangan Islam yang pernah menjadi warna bagi peradaban dunia. Mengulas penggalan sejarah kegemilangan peradaban Islam memang tidak ada habisnya, terlebih pada masa Daulah Abbasiyah, dimana corak dan warna kehidupan berbangsa dan bernegaranya mampu mempresentasikan kemajuan, keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran bagi negara dan masyarakatnya.

Bahkan digambarkan dalam banyak literatur bukan hanya ilmu pengetahuan yang maju dengan pesat karena terlahir banyak para ulama dan ilmuwan saat itu, akan tetapi perekonomian juga maju dengan luar biasanya yang dibuktikan dengan jalur ekspor daulah Abassiyah dan jejak-jejak industri dan perdagangan yang pernah ada.

Jika disimpulkan, kemajuan peradaban yang pernah ada selama daulah Abbasiyah berdiri selama 5 abad ini tidak terlepas empat hal. Pertama, Hadirnya Pemimpin yang cakap dan kompeten. Kita menyaksikan bersama bahwa para pemimpin yang pernah ada selama Daulah Abbasiyah, mereka adalah para pemimpin bangsa yang cakap dan kompeten mengurus bangsa dan negara. Perpindahan tampuk kepemimpinan dari satu pemimpin ke pemimpin yang berikutnya tidak membuat stabilitas pemerintahan goyah, tidak menyebabkan stabilitas pembangunan dan kemakmuran masyarakatnya berganti.

Para pemimpin yang ada saat itu memiliki visi dan tujuan yang sama yakni menjadikan kemakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan bangsa dan masyarakatnya menjadi panglima di atas segala kepentingan. Setidaknya tercatat 7 pemimpin yang mengantarkan Daulah Abbasiyah sampai pada puncak keemasannya, di antara adalah; Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi (775-786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), Al-Ma’mun (813-833 M), Al-Mu’tashim (833-842 M), Al-Watsiq (842-847 M), dan Al-Mutawakkil (847-861 M).

Pada masa kepemimpinan Al-Mahdi, perekonomian mulai meningkat utamanya peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Selain itu, para pedagang yang transit dari timur dan barat juga banyak membawa kekayaan. Pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid dan putranya, Al-Ma’mun, kekayaan negara banyak dimanfaatkan untuk keperluan social. Seperti mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Selama pemerintahannya, Bani Abbasiyah berhasil mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan.

Kedua, Adanya Regulasi dan birokrasi yang jelas, terukur dan adil. Hal ini juga yang membuat masyarakat memiliki ruang untuk menumbuhkan potensi dan kemakmurannya. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan saat itu benar-benar mempresentasikan kebutuhan masyarakat sehingga bisa meng-empowering seluruh potensi yang dimiliki oleh masyarakat.

Ketiga, Adanya masyarakat yang berpendidikan dan maju. Tidak bisa dipungkiri, semakin maju dan tinggi pendidikan masyarakat, maka potensi sebuah negara untuk makmur pun akan semakin besar. Karena driver dari perkembangan sebuah bangsa adalah penduduknya dan kualitas sumber daya manusianya.

Tingginya iklim pendidikan dan belajar saat itu menyebabkan Daulah Abbasiyah semakin maju, banyak sekali penemuan dan karya ilmiah yang dihasilkan oleh banyak ilmuwan, dan atas penemuan ilmiah dan kekayaan intelektual tersebut menyebabkab seluruh sektor perekonomian Abbasiyah maju dengan pesat.

Keempat, Tumbuh suburnya pendidikan dan agama. Pendidikan dan agama adalah koridor bagi kemajuan sebuah negara, karena masyarakat yang berpendidikan tinggi dan memiliki sandaran agama kuat, akan membuat mereka memiliki energi “unstopbale” untuk terus menghasilkan sesutau dan berbuat lebih banyak demi kemakmuran dirinya dan lingkungannya.

Bahkan, pada saat pemerintahan Harun Ar Rasyid, ilmuwan dan ulama dilibatkan dalam pemerintahan, dan kebijakan ini yang menjadi salah satu penyebab bagi kemajuan pemerintahan saat itu, Baghdad menjadi pusat pendidikan dan ilmu bagi dunia saat itu.

Tercatat ulama hadist dan ilmuwan terlahir pada masa dinasti Abbasiyah di antaranya; Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam At-Tirmidzi, Imam An-Nasai dan Imam Ibnu Majah. Sedangkan ilmuwan yang terlahir pada masa ini dan menjadi pondasi bagi banyak ilmu pengetahuan modern saat ini di antaranya; Al-Khawarizmi, Al Farabi, Jabbir Ibnu Hayyan, Ibnu Sina dan Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi Profesor ahli matematika.

Membangun kemakmuran ‘unstoppable’ adalah perkara menyiapkan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana yang dilakukan oleh Daulah Abbasiyah. Bukan perkara krisis atau resesi yang menjadi ancaman dari waktu ke waktu, akan tetapi kemampuan negara dan pemerintah dalam mendesin kemakmuran, meng-empowering seluruh potensi anak bangsa dan adanya perhatian yang tinggi pada pendidikan adalah kunci membangun kemakmuran yang berkelanjutan sebagaimana yang dilakukan oleh para pemimpin pada masa Daulah Abbasiyah.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img