Ibu Hamil Diimbau Rajin Periksa Kehamilan
Aliyah dan Aisyah Sudah Lewati Masa Kegawatan
MALANG POSCO MEDIA- Kembar siam bisa dideteksi sejak dini. Terutama bagi yang bergenetik atau keturunan kembar. Sementara bayi kembar siam Aliyah dan Aisyah yang berhasil dioperasi tim medis RSSA kini kondisinya makin sehat. Sudah melewati masa kegawatan. (baca grafis)
Dokter Spesialis Bedah Anak dr Widanto menyampaikan kasus kembar siam terjadi lantaran sejak sebelum masa pertumbuhan janin, satu sel dengan sel lainnya tak terpisah secara sempurna. Sehingga kedua sel terus melekat dan tumbuh bersama hingga menjadi janin. Akibatnya kedua janin menjadi kembar siam atau kembar dempet hingga setelah lahir.
Meski demikian, Widanto menyampaikan penyebab awal kenapa sel melekat hingga terjadi kembar dempet belum diketahui secara pasti.
“Sampai saat ini tidak diketahui apa penyebabnya. Apakah sejak kehamilan ada kekurangan unsur atau zat tertentu, itu kita tidak bisa memperkirakan. Penyebabnya belum diketahui. Yang jelas, karena faktor gen dan biasanya terjadi di janin kembar,” jelas dia.
Meski demikian kasus kembar siam tetap bisa terdeteksi sejak masa kehamilan berkisar antara usia kehamilan enam bulan hingga tujuh bulan. Apabila pemeriksaan kehamilan rutin maka bisa diketahui janin yang dikandung kembar siam atau tidak. Di situ pula memengaruhi penanganan selanjutnya.
Dr Poerwadi, Sp.BA., Subsp DA(K) dari RSUD dr. Soetomo yang mendampingi RSSA Malang dalam oprasi kembar siam Aliyah dan Aisyah menyebut kasus kembar siam sejatinya sangat langka. Sebab hanya terjadi satu kasus dari sebanyak 3 juta kelahiran. Sehingga tidak heran kondisi seperti ini banyak memancing perhatian masyarakat luas.
Meski begitu, Poerwadi menekankan kasus seperti ini bisa ditangani lebih baik. Itu ketika dideteksi secara lebih dini. Ada beberapa hal yang harus diketahui apabila semasa hamil diketahui mengandung janin kembar.
“Petugas kesehatan di daerah itu semua sudah mempunyai pemeriksaan USG untuk ibu hamil. Pesan saya, apabila petugas kesehatan di daerah mendapatkan ibu hamil dengan menunjukkan dua janin, tolong dikonsultasikan ke dokter obgyn bagian fetomaternal. Di situ bisa konsultasi apakah bayinya kembar pisah atau kembar dempet,” tutur Poerwadi.
Apabila kondisi sehat dan dalam kondisi terpisah maka tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Namun bila ternyata janin kembar dempet, maka akan dilakukan evaluasi kembali. Sebab biasanya ada kemungkinan salah satu janin bisa bertahan hidup atau tidak.
Apabila diketahui bisa bertahan hidup apalagi bobot janin lebih dari 3 kilogram untuk masa kehamilan 32 minggu, maka harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut. Dari situ, kemudian nanti bayi kembar akan dilahirkan secara sectio caesar.
“Bayi yang lahir akan kita terapi atau kita rawat sampai masa neonatusnya (bayi berumur 0 sampai dengan usia 28 hari)
selesai 28 hari, sampai kemudian kita diagnostik,” tukasnya.
Setelah itu akan diputuskan apakah bayi bisa dipisahkan atau tidak. Bayi yang tidak bisa dipisahkan, maka juga tidak akan dipisahkan karena risikonya kematian. Bagi yang bisa, maka akan dioptimalisasi. Di situlah tiap penanganan bisa dilakukan secara lebih tepat apabila deteksinya bisa lebih dini.
Maka dari itu, ia mengimbau ibu hamil agar selalu rutin memeriksakan kehamilan. Sehingga perkembangan janin bisa terpantau secara periodik. Dan segera mendapat saran dan penanganan dari ahlinya. Termasuk sejak pemeriksaan kehamilan di tingkat terbawah.
“Di Puskesmas pun sekarang sudah ada USG . Jadi harus benar-benar teliti bagaimana hasil USG,” imbau Poerwadi.
Sementara itu hari ketiga setelah operasi pemisahan, kedua pasien kembar siam Aliyah dan Aisyah diketahui kondisinya stabil. Tim dokter bahkan telah mempertimbangkan untuk segera memindahkan ke ruang perawatan sejak sebelumnya ditangani di ruang ICU. Meski demikian, salah satu bayi yakni Aisyah (AS) belum bisa dipindah ke ruang perawatan lantaran masih menjalani observasi lebih lanjut.
“Untuk kondisi bayi, karena masa kegawatan sudah terlampaui maka bayi yang satu akan kami pindah ke ruang perawatan untuk hari ini, itu untuk bayi Al (Aliyah). Kalau untuk bayi AS, masih perlu sedikit observasi sehingga masih berada di ruang ICU. Insya Allah kalau kondisinya makin bagus, akan dipindah ke ruang perawatan bersama ibunya,” beber Ketua Tim Operasi Pemisahan Kembar Siam, dr. Eko Sulistijono, Sp.A(K) dalam konferensi pers Selasa (15/8) kemarin.
Kedua pasien itu sebenarnya sudah lepas dari alat bantu napas sejak Minggu (13/8) sore lalu. Kondisi keduanya sangat stabil setelah melalui rangkaian operasi selama 10,5 jam. Setelah serangkaian operasi itu keduanya sudah bisa mendapatkan asupan makanan. Yakni berupa susu formula.
Selain itu, pasien juga diketahui sudah mampu buang air besar (BAB). Artinya saluran cerna berfungsi dengan baik. “Mungkin 1-2 hari lagi akan kami coba untuk memulai MPASI (Makanan Pendamping ASI). Kemarin juga sudah dicoba bonding dengan orang tuanya dan itu cukup menenangkan kondisi bayi. Kemudian untuk aspek sistem sirkulasi jantung dalam keadaan baik,” ungkap dia.
Dokter Spesialis Anastesi, dr. Wiwi Wijaya, Sp.An yang bertugas di ICU menambahkan, kondisi kedua pasien memang terus membaik meski salah satu di antaranya harus menjalani observasi lanjutan. Pasien AS harus diobservasi karena faktor inflamasi. Karena salah satu bayi mengalami inflamasi, maka jangan sampai terjadi infeksi. Sehingga seluruh bidang baik mikrobiologi hingga patologi dikerahkan.
“Yang AS itu bagus, tapi ada faktor inflamasi atau trauma operasi. Ini yang harus kami tangani supaya tidak menjadi infeksi. Makanya, bayi AS masih kita tinggal di ICU. Butuh waktu paling sekitar satu sampai dua hari, asalkan faktor lain tidak menyertai. Nanti akan ada tim dokter yang mengevaluasi khusus,” jelas Wiwi.
Diakuinya memang sempat ada peningkatan pada fungsi liver yang dialami pasien. Namun kemudian kondisinya langsung berangsur membaik. Sehingga tidak terdeteksi adanya organ-organ lain yang terganggu
Sedangkan untuk perawatan luka, ditangani oleh tim dokter bedah plastik. Perawatan luka juga terus dipantau secara periodik terutama di bagian luka pemisahan.
Direktur RSSA Malang, Dr. dr. M. Bachtiar Budianto, Sp. B(K) ONK, FINACS, FICS menambahkan, untuk kasus kembar siam yang pertama kali ditangani RSSA Malang ini, pihaknya mengaku sangat total dalam penanganannya. Setelah menjalani operasi, salah satu perhatian adalah tumbuh kembang kedua bayi itu kedepan.
Sebab tidak dipungkiri selama 10 bulan sebelumnya, keduanya tentu tidak mengalami masa perkembangan yang optimal seperti bayi seusianya.
“Makanya nanti akan terus kami dampingi, akan kami kejar tumbuh kembangnya. Seperti bayi pada umumnya itu kan ada tabel tumbuh kembang, apakah motoriknya, apakah pertumbuhan bahasanya dan seterusnya,” papar Bachtiar.
RSSA Malang memiliki jejaring yang sangat luas dengan fasilitas kesehatan di daerah-daerah. Termasuk di Pandaan Kabupaten Pasuruan yang merupakan wilayah domisili pasien. Sehingga ke depan ketika masa perawatan telah usai, pasien bisa menjalani pendampingan di dekat rumahnya.
“Seandainya tidak dilakukan di sini pun, jika orang tua ingin di Bangil misalnya, itu bisa saja kami berikan pendampingan. Karena kami memiliki jejaring sehingga melalui dokter yang di sana bisa memberikan advis seperti di RSSA ini,” katanya. (ian/van)