spot_img
Saturday, April 27, 2024
spot_img

Kemitraan OrangTua dan Guru

Berita Lainnya

Berita Terbaru

          Pendidikan dan penanaman karakter yang mampu menciptakan Profil Pelajar Pancasila (PPP) sangat penting untuk memberikan keseimbangan di era revolusi industri 4.0.  Masa yang mengedepankan otomasi dan digitalisasi dimana semua bisa dijalankan oleh mesin ataupun robot sehingga bisa membuat lupa dengan karakter dan nilai-nilai kebajikan universal.

          Profil Pelajar Pancasila merupakan sejumlah ciri karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta didik, yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila. Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 dimensi dan beberapa elemen di dalamnya. Yaitu Pertama, Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia. Kedua, Berkebinekaan Global. Ketiga, Mandiri. Keempat, Bergotong Royong. Kelima, Bernalar Kritis dan Keenam, Kreatif.(pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/2022)

          Untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila tentu sangat dibutuhkan kolaborasi orang tua dan guru sebagai pamong yang selalu menjadi penuntun maupun tauladan bagi seorang anak sekaligus siswa. Dukungan orangtua juga guru memiliki peranan yang sangat penting, khususnya pada saat siswa atau anak mulai mengenal lingkungan yang ada di sekitarnya.              

          Di lingkungan sekolah guru sebagai teladan, pembimbing/ motivasi, mendorong ke arah yang lebih baik agar anak-anak mendapatkan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sedangkan di rumah orangtua sebagai pendamping dan sumber belajar.

          Di lingkungan masyarakat banyak sekali dijumpai anak yang kehilangan karakter dan motivasi diri dikarenakan kurangnya perhatian serta dukungan dari kedua orangtuanya. Kadang anak tersebut akhirnya mencari apa yang dia butuhkan di luar rumah. Misalkan dengan teman-teman di lingkungan sekolahnya maupun teman-teman pergaulannya di luar sekolah. Padahal tidak semua teman-teman atau orang di sekitar anak tersebut adalah orang-orang yang punya tujuan baik.

          Salah satu contoh seorang anak merasa tidak nyaman berada di rumahnya sendiri, padahal anak tersebut tinggal satu atap dengan kedua orangtua kandungnya. Setiap harinya si anak melakukan aktivitas rutin seperti biasanya, tapi ada keganjilan yang ada pada diri anak tersebut.

          Dia sama sekali cuek dan tidak menghiraukan apapun yang terjadi di rumahnya. Setiap pulang sekolah si anak tersebut tidak langsung pulang ke rumahnya seperti yang dilakukan oleh teman-temannya yang lain. Dia lebih suka mampir ke tempat lain dulu, meskipun hanya untuk sekadar jalan-jalan atau bahkan sekedar berkunjung ke rumah temannya. Hanya untuk melupakan waktu, sampai akhirnya malam pun datang, dan anak tersebut baru punya niatan untuk pulang ke rumahnya.

          Karakter yang dimiliki anak tersebut mudah marah, sulit dalam mengontrol emosi, dan sangat tertutup, tidak berusaha terbuka untuk menyampaikan apapun yang dia rasakan pada orang lain di sekitarnya. Apapun yang terjadi padanya, dia berusaha untuk menyelesaikan semuanya sendiri.

          Dia menanamkan prinsip pada dirinya bahwa dia mampu untuk mengatasi segala permasalahan yang dihadapinya. Sehingga berkesan dia tidak membutuhkan orang lain lagi untuk membantunya, atau minimal menerima dan mendengarkan keluh kesahnya, dengan harapan masalah yang ada bisa segera tertangani.

          Jika melihat kasus yang ada di atas sebagai orangtua sebaiknya kita harus bisa lebih menyikapi cara yang tepat agar jangan sampai terjadi permasalahan seperti itu. Di satu sisi harus bisa menjadi orangtua dan di sisi lain bisa menjadi teman. Agar anak-anak kita merasa nyaman dan lebih dekat dengan kita sebagai orangtuanya.

          Kita harus bisa memberikan kepercayaan kepada anak-anak kita atas apa yang dia lakukan, baik selama berada di lingkungan rumah maupun di luar rumah, selama yang dilakukan adalah kegiatan yang positif dan ada manfaatnya. Karena dengan kepercayaan yang kita berikan ke anak kita, maka anak akan berpikir orangtuanya sangat percaya dan sangat sayang kepadanya.

          Jika hal tersebut sudah dari awal kita tanamkan pada anak-anak kita, maka Insya Allah anak akan memiliki tanggung jawab atas semua yang dia lakukan. Dan jika hal ini ditunjang dengan kebiasaan orangtua yang sering kali mengajak putra-putrinya untuk berbagi cerita pengalaman yang sudah dialami oleh putra-putrinya selama mereka berada di lingkungan sekolah.

          Orangtua juga pada kesempatan tertentu bisa memberikan motivasi atau support pada putra-putrinya. Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri dan lebih bersemangat belajar dan berkarya untuk meraih prestasi yang gemilang, baik di lingkup akademik maupun non akademik. Peran orangtua sangat penting dalam membentuk karakter anak selama di rumah.

          Menurut T. Ramli, pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik. Sedangkan menurut Thomas Lickona, pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.(smkwidyanusantara.sch.id)

          Orangtua diharapkan ikut bertanggungjawab dan melaksanakan perannya sebagai pendidik dan pengawas bagi anak-anak selama di rumah. Selain itu orangtua diharuskan untuk menjaga dan memastikan anak selalu menerapkan hidup bersih dan sehat, mendampingi anak dalam mengerjakan tugas sekolah, melakukan kegiatan bersama selama berada di rumah.

          Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk anak, mencurahkan rasa kasih sayang, bermain bersama anak, menjadi contoh bagi anak, memotivasi anak, dan memberikan pendidikan tentang keagamaan. Dengan harapan agar anak-anak kita senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan dijauhkan dari segala sesuatu yang tidak baik yang nantinya akan merugikan.

          Dengan mengoptimalkan kemitraan orangtua anak dengan pihak sekolah diharapkan banyak membawa perubahan yang lebih baik. Kepedulian orangtua terhadap kesuksesan program sekolah sangatlah diperlukan. Karena pendidikan karakter penting ditanamkan, baik di lingkungan rumah maupun sekolah sejak usia dini, sehingga bukan hanya menjadi anak yang cerdas dalam akademik, tetapi juga cerdas dalam bersikap dan bersopan santun.

          Jika semua faktor pendukung motivasi belajar anak ini bisa berjalan dengan baik dan seiring sejalan, maka diharapkan siswa akan dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan belajar yang sehat, baik pada saat berada dilingkungan keluarganya maupun pada saat di lingkungan sekolahnya.

          Agar bisa mewujudkan lingkungan yang harmonis yang bertujuan untuk bisa mencetak anak-anak Indonesia yang sukses di bidangnya masing-masing serta mampu menjadikan generasi yang handal yang memiliki nilai kebajikan dan mampu menjadi generasi yang memiliki karakter dan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila.(*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img