MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Harga beras menjadi komoditi yang memberi andil cukup besar dalam perkembangan inflasi di Kota Malang pada periode Desember kemarin. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, angka inflasi month to month (mtm) pada Desember 2022 kemarin berada di angka 0,58 persen.
Kepala BPS Kota Malang Erny Fatma Setyoharini mengatakan komoditi beras ini mengalami kenaikan sebesar 2,03 persen. Kenaikan itulah yang memicu terjadinya inflasi.
“Harga beras pada Desember 2022 memberikan andil sebesar 0,063 persen dengan mengalami kenaikan harga sebesar 2,03 persen,” terang Erny dalam keterangannya secara virtual, Senin (2/1) kemarin.
Selain komoditi beras, juga ada komoditi lain yang juga ikut memicu adanya inflasi, mulai dari telur ayam ras, cabai rawit, emas perhiasan, rokok kretek hingga tempe dan bawang merah.
“Pada Desember 2022, inflasi utamanya disebabkan kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, serta emas perhiasan dan angkutan udara,” lanjutnya.
Sedangkan secara Year on Year (yoy), angka inflasi pada Desember 2022 sebesar 6,45 persen (yoy). Angka itu, lebih rendah dari angka inflasi se Jawa Timur sebesar 6,52 persen (yoy), namun lebih tinggi secara nasional yang berada di angka 5,51 persen (yoy).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Samsun Hadi menambahkan, kenaikan harga yang terjadi di berbagai kelompok pengeluaran menjadi inflasi pada Desember 2022.
Berdasarkan komoditasnya, inflasi didorong oleh kenaikan harga beras dengan andil 0,06 persen month to month (mtm), telur ayam ras 0,06 persen (mtm), tomat 0,05 persen (mtm), cabai rawit 0,04 persen (mtm) dan emas perhiasan 0,04 persen (mtm).
“Kenaikan harga beras terjadi baik di tingkat penggilingan maupun tingkat konsumen seiring menipisnya pasokan beras yang tercermin dari semakin menipisnya Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Serta menurunnya luas panen dan produksi,” ungkapnya.
Sedangkan kenaikan harga telur ayam ras dipicu oleh kenaikan biaya produksi akibat dampak penguatan dolar AS. Hal itu kemudian meningkatkan biaya bahan baku produksi pakan ternak di tengah meningkatnya konsumsi selama momen Nataru.
“Lalu, program bantuan sosial sembako yang dirapel selama tiga bulan periode Oktober-Desember turut mengakselerasi harga telur ayam ras,” terangnya.
Selanjutnya, inflasi di tahun 2023 masih perlu dicermati seiring masih adanya tantangan seperti tingginya harga pangan dan energi dunia akibat cuaca ekstrim maupun berlanjutnya konflik Rusia-Ukraina yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi nasional maupun Kota Malang.
“Meski demikian, Bank Indonesia memperkirakan inflasi tahun 2023 akan melandai dan lebih rendah dibanding tahun 2022. Sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan koordinasi TPIP-TPID,” tandasnya. (ian/aim)