Hidup Seimbang Gapai Impian
Tekuni Kendo berlatih teater membawa Laela Wulandari menggapai impian. Hidupnya seimbang. Olahraga, prestasi hingga menggapai impian di dunia seni peran.
======
MALANG POSCO MEDIA-Melatih fisik dan mental serta mengelola emosi, Laela Wulandari menekuni Kendo. Perempuan asal Kalipare Kabupaten Malang ini juga aktif di teater.
Kendo merupakan olahraga asal Jepang sejak era samurai. Ella sapaan akrab Laela Wulandari mengenalnya dari komik Jepang. Komik juga yang mengantarkan ketertarikannya tumbuh pada segala hal tentang Jepang. Mulai dari budaya, bahasa dan kesenian.
Perempuan 26 tahun itu mengetahui sebuah olahraga yang erat dengan pedang, namun dimainkan dengan bilah kayu. Kisah dalam komik dan animasi jepang (Anime) itu menginspirasinya.
Ella menceritakan banyak hal yang dia pelajari dan dalami hingga kini. “Sejak kecil suka dengan dunia Jepang, dari kecil juga suka nonton tv anime. Dulu banyak lihat di komik sampai sekarang. Pas SD tidak tahu banyak, sewaktu kuliah tahu Kendo jadi salah satu klub bawaan dari jurusan kuliah, Sastra Jepang,” ceritanya.
Ia memilih kuliah di Jurusan Sastra Jepang Universitas Brawijaya (UB) berdasarkan pilihannya sendiri. Ella senang dengan apa yang diminatinya dan dipelajari perlahan.
Program studi tempat ia belajar ternyata membawa serta banyak hal yang bisa menambah wawasan. Salah satunya Kendo, meski masih banyak yang lain seperti memasak (riokai), tari, menembak, memanah dan banyak lainnya. Warga Perum Sawojajar II Mangliawan Pakis itu memang senang olahraga sejak kecil.
“Sejak SD suka olahraga, terutama minat di atletik. Tiba-tiba lihat di komik jadi ingin tahu. Kok sporty banget, ingin belajar. Akhir tahun 2015 diajak ikut klub Kendo bawaan Sastra Jepang,” tutur Ella.
Dari klub itulah, ia belajar serius tentang Kendo. Yang ternyata membawa dampak positif baginya. Sekitar enam bulan lamanya di klub tersebut dia belajar dan berlatih. “Kendo turunan dari Wushido, samurai, tahun-tahun perang selesai Jepang sudah tidak pakai pedang tapi melatih samurai dengan bilah kayu. Mirip anggar tapi pakai bambu,” jelasnya.
Saat masa awal berlatih Kendo, Ella merasakan dirinya diuji pantang menyerah dan disiplin. Enam bulan setelah di klub Kendo di kampusnya, Ella mengikuti program yang lebih serius. Keselarasan dan kekuatan kaki, pukulan, napas serta gerakan seluruh tubuh benar-benar harus dia dalami dengan telaten.
“Kendo dasarnya di kaki, kalau belum bagus tidak akan masuk step selanjutnya. Ada kuda-kuda yang harus sempurna, setelah itu baru mukul, kalau sudah bagus baru dikasih armor. Itu pasti berbeda rasanya, mengatur napasnya, dan semua harus selaras,” paparnya.
Meski di awal terasa berat, ia menyukai Kendo. Ia sudah terbentuk sebagai seorang yang disiplin, serta pantang menyerah. Ella lalu tumbuh sebagai sosok yang cukup berbeda dari anggota keluarganya yang lain. Ayahnya dulu seorang penjahit, ibunya seorang ibu rumah tangga, dan sang kakak bergelut di musik.
Dari Kendo, ia dibuat kagum terhadap kegigihan beberapa sosok penting yang mengajarinya. Salah satunya sensei atau sang pelatih. “Ada pelatih dari Jepang yang benar-benar menginspirasi. Melatih sejak lama, sampai mengantarkan kami tanding mulai tahun 2016. Sampai kontraknya selesai dia selalu datang untuk mendukung kejuaraan. Disiplin dan konsistensinya sagat baik,” ungkapnya.
Dari sang sensei pula, ia tidak dibiasakan manja. Ella tumbuh dengan baik, meski sang pelatih sudah berusia tak muda namun staminanya tetap terjaga.
Latihannya biasa dilakukan seminggu sekali pada pukul 08.00 WIB sampai 11.00 WIB. Kini, Ella menemukan kenyamanan menekuni Kendo. “Bahkan untuk olahraga lain selalu mikirnya untuk menguatkan kaki tangan saat main Kendo. Jadi sudah nyaman,” katanya.
Butuh dua tahun untuknya hingga bisa pecah telur. Sebuah kejuaraan Kendo ia torehkan prestasi untuk pertama kalinya. Hal itu pula yang mengubah pandangan keluarganya. Mulanya tak terlalu mendukung menjadi ikut senang dan menyemangati putri dari pasangan Asmiati dan Agus Supeno (alm) itu.
“Kurang lebih sudah sekitar empat tahun di Kendo. Selama ini turnamen ada beberapa kali, ada lokal Jatim, nasional, juga dapat juara dua dan juara tim nasional best fighting spirit. Terakhir jadi delegasi ASEAN, kejuaraan di Jakarta,” tuturnya.
Ia senang bisa diterima dan menjadikan prestasi dari yang dulu hanya dikenalnya melalui komik dan anime. Dia juga mengajak yang ingin belajar bisa mengenal lebih dulu. Hal ini karena Kendo belum banyak diketahui di Malang khususnya. “Banyak yang dipelajari dan bermanfaat, terutama gigihnya dan tidak mengeluh atau nyerah,” ungkap Ella. (tyo/van)