Wednesday, May 14, 2025
spot_img

Kepala SMPN 5 Satap Singosari Dipolisikan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Gegara Perekrutan Guru, Aniaya Wakasek

MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Kepala SMPN 5 Satu Atap (Satap) Singosari, Anas Fachruddin, 53, dipolisikan oleh Abdul Rozaq, 49, salah satu guru yang menjabat sebagai Wakaseknya. Rozaq, sapaannya mengaku dianiaya oleh Anas saat perkemahan murid, Sabtu (12/8) malam. “Sudah saya laporkan ke Polsek Singosari,” katanya.

Kepada Malang Posco Media, Rozaq menjelaskan bila saat itu dia dan beberapa guru sedang berada di kegiatan perkemahan pramuka siswa SMPN 5 Satap Singosari, di Dusun Sumbul, Desa Klampok, Singosari. Tiba-tiba, menurutnya, Anas datang sambil menunjuk-nunjuk dirinya.  “Dia menyuruh saya keluar dari perkemahan,” lanjutnya.

-Advertisement-

Tanpa merasa ada masalah, Rozaq keluar dari area perkemahan. Tak diduganya, kaki Anas langsung menendang di pinggangnya. “Sebenarnya dua kali tendangan. Tapi yang satu ditepis teman-teman. Saya berusaha memukul balik tapi tidak kena karena dihalangi teman-teman juga,” papar pria asal Lamongan itu.

Buntutnya, kegiatan perkemahan itu heboh. Beberapa guru wanita menangis karena ketakutan melihat kejadian itu. Termasuk beberapa siswa. “Saksinya banyak. Saya lalu memilih pulang ke rumah dengan kondisi pakaian kotor. Saat mengarah pulang ini, saya juga melapor ke Polsek Singosari,” ungkap dia. 

Rozaq menduga, penganiayaan itu karena permasalahan perekrutan salah satu guru di sekolah yang belum lama ini dilakukan. Rozaq dianggap belum tuntas berkoordinasi dengan Anas untuk penerimaan guru. Pembukaan perekrutan itu sendiri, dilakukan melalui salah satu operator BOS bernama Frista, untuk mencari tenaga pendidik bulan Maret 2023 lalu.

Di bulan Juli, lanjutnya, sekolah sudah mendapatkan beberapa lamaran dan dilakukan wawancara. Saat sudah memilih guru yang bakal direkrut, Rozaq bermaksud memberitahu Anas. “Namun dia tidak ada di lokasi,” alasannya. Dia lalu melanjutkan proses perekrutan dengan menghubungi Nuril Izzah, calon guru yang diterima.

Tanpa disangka Rozaq, beberapa hari kemudian, Anas mengirim pesan WhatsApp ke grup sekolah dan menyampaikan keberatan atas perekrutan yang dilakukan. “Intinya dia merasa dilangkahi dengan perekrutan itu, sampai mengajak berkelahi. Akhirnya kejadian Sabtu lalu, saya ditendang. Saya masih trauma dan tidak mau masuk kalau duia masih di sana,” urainya.

Sementara itu, saat dikonfirmasi, Anas mengaku perlakuan yang diberikan pada Rozaq juga dilatarbelakangi perilaku korban yang tidak baik. Korban sering indisipliner dengan memiliki berbagai pelanggaran. Salah satunya izin tidak masuk dalam waktu lama, hingga jarang mengajar di kelas.

“Beliau ini guru olahraga yang bagi kami indisipliner. Rumahnya di Kalimantan. Kalau pulang, bisa izin sampai dua bulan. Jarang mengajar di kelas, lalu yang terakhir menerima tenaga pendidik dan tata usaha tanpa izin,” ungkapnya. Ia juga menyayangkan perbuatan Rozaq yang melakukan scan tandatangan kepala sekolah untuk perekrutan.

Hal tersebut yang membuatnya cukup marah. “Kalau disebut melakukan penganiayaan, tentu itu sangat berlebihan. Dalam kejadian itu, tidak ada kekerasan berlebihan. Kejadian itu hanya tertawa-tawa saja. Bukan bermaksud menganiaya di acara pramuka. Paginya, beliau tidak hadir rapat, lalu saya dilaporkan ke polisi,” katanya.

Anas sendiri, berencana melaporkan balik dengan dugaan perbuatan pemalsuan tandatangan. “Saya siap melaporkan balik dengan dugaan pemalsuan tamda tangan waktu dia mengajukan mutasi. Saya masih menunggu mediasi dengan Dinas Pendidikan dan Inspektorat, baru selesai itu akan laporan,” imbuhnya.

Kapolsek Singosari, Kompol Ahmad Robial membenarkan laporan Rozaq telah diterima pihaknya dan akan dilanjutkan dengan proses pemeriksaan. “Sudah diterima laporannya oleh anggota dan dalam proses pemeriksaan oleh penyidik. Korban juga sudah kami mintakan visum,” terangnya. (tyo/mar)

-Advertisement-.

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img