.
Sunday, December 15, 2024

Kepedulian Rendah, Sampah Sanaya Resort Terancam Tak Diangkut

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA- Kepedulian Sanaya Resort terhadap sampah yang dihasilkan dinilai masih rendah. Padahal setiap bulan, sampah yang dihasilkan perumahan yang berlokasi di desa Ngijo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang ini mencapai 1,5 ton.

Hal itu diungkapkan M Anshori, Kaur Tata Usaha dan Umum Desa Ngijo Kecamatan Karangploso  Kabupaten Malang, Rabu (31/8) kemarin. “Per hari, rata-rata Sanaya menghasilkan 50 kg sampah,’’ kata Anshori saat mendampingi Kades Ngijo Mahdi Maulana meninjau Tempat Penampungan Sampah Terpadu (TPST) Ngijo.

Dia mengatakan sampah yang dihasilkan Sanaya Resort jenisnya sampah basah. Sampah yang dihasilkan dari rumah tangga. Atau sampah yang dihasilkan dari penginapan. Praktis karena sampah basah maka tidak mungkin disimpan terlalu lama.

Dari sampah sebanyak itu, lanjut Ansori, Sanaya Resort tiap bulan hanya membantu iuran Rp 700 ribu saja. Padahal pengambilan dan memilah sampah Sanaya Resort  butuh anggaran sedikitnya Rp 2.250.000.

‘’Tim pengelola sampah, sudah kami minta untuk ajukan anggaran sesuai kebutuhan. Jika tidak mau, ya sampahnya tidak akan kami  ambil,’’ timpal Mahdi Maulana sembari menyebutkan kesadaran dalam pengelolaan sampah sangat dibutuhkan semua pihak.

TPST Ngijo berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 600 M2. Lahan ini sangat strategis karena lokasinya jauh dari pemukiman warga. Setiap hari sampah yang dikelola mencapai 18 kubik atau setara 900 kg setiap hari.

Sampah sebanyak itu kemudian dipilah-pilah menjadi sampah kering dan sampah basah oleh 16 pekerja. Sisa sampah yang tidak bisa dimanfaatkan dan dibakar kemudian dibuang ke  Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Songsong, Singosari.

‘’Setiap bulan kami harus mengeluarkan biaya untuk memberi upah 16 pekerja Rp 42 juta. Jumlah  itu sebenarnya masih cukup kecil. Karena itu, mereka lebih pas kalau kita sebut sebagai relawan kemanusiaan,’’ ungkap Mahdi kalem.

Ditambahkan dia, keberadaan sampah dimanapun menjadi persoalan yang sulit dipecahkan. Tetapi jika semua pihak mau mengerti dan menyadari pentingnya hidup bersih dan sehat, maka akan menjadi ringan.

‘’Anda lihat sendiri kan. Ibu-ibu pekerja tadi rela memilah sampah di tengah ribuan lalat. Mereka tidak lagi berpikiran soal berapa upah yang diterimanya. Tapi mereka ingin membantu sesama mengatasi persoalan sampah,’’ kata  Mahdi.

Dihubungi terpisah, Saiful dari divisi HRD Sanaya Resort menyebutkan selama ini sampah produknya masih dikelola RW setempat. Kewajiban Sanaya Resort setiap bulan membayar iuran Rp 700 ribu.

Tetapi lanjut Saiful, pihaknya memang telah dihubungi perangkat desa soal kenaikan iuran yaitu Rp 3 juta per bulan. ‘’Soal iuran Rp 3 juta perbulan belum kami setujui. Karena sifatnya masih pengajuan. Dan iuran bulan ini masih disamakan dengan bulan sebelumnya,’’ kata Saiful melalui WhatsApp (WA).  (has/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img