Ambar Tunjung Retno Kusumaningtyas,
Pejuang Ekonomi Inklusif
Memiliki keterbatasan sebagai seorang tuna rungu atau tuli tak membatasi Ambar Tunjung Retno Kusumaningtyas. Ia kreatif dan produktif. Bahkan biasa mengisi materi tentang membangun bisnis, personal branding hingga kelas bahasa isyarat.
=======
MALANG POSCO MEDIA – Ambar Tunjung Retno akrab disapa Lala. Ia tak asing sebagai pemateri di beberapa kampus ternama di Malang. Sebut saja seperti Universitas Brawijaya (UB) hingga Binus Universitas Malang, pernah mengundangnya berbagi ilmu untuk membangun usaha.
“Saya bisa berbagi pengalaman, ilmu dan cerita karena saya juga berkecimpung di dunia usaha. Sejak 2014 saya sudah memulai bisnis kuliner, saat itu produknya chicken katsu,” cerita Lala kepada Malang Posco Media.
Perempuan 38 tahun ini, sempat menjajal usaha lain nonkuliner. Ia pernah bergelut di dunia Make Up Artist (MUA) di tahun 2016 sampai 2022. Kemudian juga aktif menjadi content creator hingga saat ini di media sosial.
Buah tangan terbaru Lala adalah produk kuliner. Yakni donat. Ia membuka usaha yang diberi mama The Donut Club. Ia adaptasikan dari donat berbahan labu kuning khas Jepang. Kemudian diberikan topping kegemaran anak muda dan masyarakat saat ini.
“Untuk produk ini, saya berkolaborasi dengan teman dengar untuk membantu mengontrol kualitas dan rasa. Sehingga, tidak sampai mengecewakan pelanggan kami,” ujarnya.
Bukan perkara mudah Lala bisa bertahan sampai di titik ini. Meskipun karya kuliner itu dari iseng-iseng, namun berkat dukungan suami dan anak yang suka, akhirnya karya dari dapurnya itu bisa dijual dengan lingkup lebih luas.
Selain itu, meskipun dengan keterbatasan yang ada, dia tetap belajar mengembangkan diri. Belajar communication skill dengan bahasa isyarat, tak sedikit konten yang ia buat di media sosial, disukai banyak netizen.
“Saya merasa masyarakat saat ini sudah terbuka dan ikut mendukung isu inklusivitas. Bahkan, ketika saya transaksi dengan pembeli, ada yang bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat sesuai petunjuk informasi di tempat usaha kami, atau memang sudah bisa. Apabila kesulitan, mereka juga bisa menuliskan di catatan, bukan sebuah masalah,” jelasnya.
Berkat kegigihannya dalam mengembangkan diri, serta serius menyuarakan ekonomi inklusif membuatnya mendapat perhatian. Di dunia akademis, Lala menjadi salah satu pemateri baik untuk mendorong masyarakat difabel lebih berdaya, ia juga bisa berbagi soal membangun usaha. “Beberapa dari kampus ini, yang mengundang saya sebagai pemateri sharing bisnis, ada juga yang mengundang untuk mengisi sebagai pemateri kelas bahasa isyarat. Saya senang, karena mulai banyak masyarakat yang tertarik dengan dunia inklusi ini,” lanjutnya.
Selain di dunia kampus, ia juga melengkapi sarana jualannya di outlet dengan kamus bahasa isyarat. Tak jarang banyak pembeli yang terpikat dengan layanan ini. Karena selain beli produk yang diinginkan, mereka juga bisa belajar.
“Kebahagiaan saya saat customer bisa menikmati produk dan semangat belajar bahasa isyarat. Saya senang respon masyarat selalu positif tentang saya ataupun usaha saya. Kali ini kami juga menyasar pasar di pasar tradisional Malang dan pasar mahasiswa di Malang,” beber Lala.
Alumnus Bhakti Luhur ini merencanakan nanti outletnya juga bisa memberdayakan masyarakat difabel khususnya tuna rungu yang lain. Karena selain berdaya secara ekonomi, Lala juga memiliki harapan besar di setiap usahanya bisa menginspirasi teman disabilitas lain.
“Difabel juga bisa berwirausaha dan tidak takut berkolaborasi dengan teman-teman non-disabilitas. Selain itu, saya juga ingin lebih banyak lagi memberdayakan teman-teman disabilitas khususnya dalam setiap bisnis yang saya jalani ini,” pungkasnya. (rex/van)