MALANG POSCO MEDIA, MALANG- SDIT Ahmad Yani (SITAYA) mempunyai komitmen dalam mencetak ilmuan muslim. Pada Peringatan Nuzulul Quran, Senin (17/3) lalu, beberapa kelompok siswa mempresentasikan teori sains tentang cahaya. Mereka menerangkan karakteristik cahaya ketika dibenturkan dengan cermin. Dan istimewanya, dikorelasikan dan diintegrasikan dengan Alquran.
Presentasi mereka menjelaskan bahwa Alquran itu logis dan ilmiah. Kitab Suci yang diturunkan di abad ke-7 ini masih relevan dengan perkembangan zaman saat ini. Tidak ada satu ayat pun yang bersebrangan dengan ilmu pengetahuan.
Kepala SDIT Ahamad Yani, Nurdiah Rachmawati, S.Pd., M.Pd pun merasa kagum dengan potensi anak didiknya. Mereka merupakan siswa-siswi yang tergabung dalam kelompok Sains SITAYA. “Keren sekali mereka menjelaskan materi dengan rinci dan ilmiah,” katanya.
Para siswa yang presentasi ini dari kelompok siswa kelas 2, 3 dan 4. Masih kelas bawah. Tapi menunjukkan kemampuan sains yang mengagumkan. Presentasi dengan penuh percaya diri di depan kakak kelasnya.
Pada momentum Nuzulul Quran ini, mereka menjelaskan tentang sifat-sifat hati (kalbu). Ada hati yang bersih, ada yang kotor. Mereka ilustrasikan dengan sebuah cermin atau kaca. Cermin yang bersih akan memantulkan dan membiaskan cahaya.
“Mereka (siswa) menjelaskan bahwa hati yang bersih akan menebar kebaikan dan memberi manfaat kepada lingkungan sekitarnya. Dan cahaya itu adalah kebaikan. Sebaliknya hati yang kotor tidak dapat melakukan itu,” terang Rahma, menirukan penjelasan anak didiknya.
Nuzulul Quran menjadi pembuka Pondok Ramadan SDIT Ahmad Yani. Keesokkan harinya, kegiatan ini dibuka secara resmi. Diikuti seluruh siswa mulai kelas 1 sampai 6. Lalu di hari Rabu, siswa kelas 1, 2 dan 3 mengikuti agenda SIMORI (Sitaya Mondok Sehari). Sedangkan di Hari Kamis (20/3) giliran kelas 4, 5 dan 6, dengan agenda SIMOSEM (Sitaya Mondok Semalam). Kelas atas ini menginap sampai keesokan harinya.
Ada berapa agenda keislaman selama kegiatan pondok ramadan. Mulai salat wajib dan sunah berjamaah, tilawah Alquran, kajian keislaman, hingga buka puasa dan salat tarawih. SITAYA juga mengundang anak-anak yatim dan para duafa untuk buka bersama.
“Dalam kesempatan tersebut kami juga membagikan bingkisan. Sebanyak 50 paket untuk anak yatim dan 50 paket untuk duafa. Bingkisan tersebut berupa zakat fitrah dan sedekah. Serta ada uang sangu untuk mereka,” terang Rahma.
Kegiatan SIMORI dan SIMOSEM memberikan pengalaman yang berbeda bagi siswa-siswi SDIT Ahmad Yani. Mereka melaksanakan amal ibadah dengan lebih khidmat. Didampingi langsung oleh guru-guru mereka. Sekaligus ajang praktik dari teori yang diajarkan selama ini.
Dan ada yang berbeda di kegiatan SIMOSEM. Siswa tidak hanya diberikan materi keislaman. Tetapi juga ada materi keterampilan hidup atau life skill. Mereka belajar menjahit, menyetrika dan memakai pakaian yang rapih. “Dengan life skill ini kami melatih anak untuk mandiri. Tidak selalu bergantung kepada orang tua. Dimulai dari urusan yang sederhana dengan harapan juga bisa mandiri ke urusan yang lebih besar,” pungkasnya. (imm/sir/udi)