spot_img
Wednesday, May 28, 2025
spot_img

Kesemek Glowing Tulungrejo

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Ikon Baru Kota Batu Tembus Pasar Luar Daerah

MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Sudah banyak orang tahu jika buah apel jadi ikon Kota Wisata Batu. Namun ternyata Kota Wisata Batu memiliki potensi pertanian buah yang luar biasa selain apel, yakni buah kesemek glowing.

Meski produksinya tak sebanyak pertanian apel, kesemek glowing mampu menarik pasar di luar daerah. Bahkan sesuai namanya kesemek glowing mampu naik kelas karena tampilannya yang berbeda dengan kesemek lainnya.

Sudarmono salah satu petani dan pengepul kesemek asal Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu mengatakan bahwa kesemek glowing sangat berbeda dengan kesemek pada umumnya. Bahkan harganya empat kali lipat lebih mahal.

“Dengan adanya inovasi baru yang sudah kami pelajari selama tujuh tahun ini, akhirnya kesemek bisa menarik perhatian pasar luar daerah. Bahkan harganya naik lebih mahal karena tampilannya lebih bersih, higienis dan mengkilat,” ujar Momon sapaan akrabnya kepada Malang Posco Media.

Ia menjelaskan untuk pertanian buah kesemek sudah ada sekitar 30-50 tahun yang lalu di Kota Batu. Pohon kesemek sendiri di Kota Batu hanya ditanam terbatas sebagai pelengkap pertanian lainnya atau tumpang sari dan tersebar di daerah Junggo dengan ketinggian 1200 Mdpl.

“Yang berbeda, sampai saat ini kesemek hanya di beberapa daerah yang mampu memproduksi buah kesemek. Yakni Sumatra Utara, Jatim yang meliputi Dampit dan Kota Batu. Tapi pasar kesemek sudah ke berbagai daerah. Bahkan layak untuk di ekspor,” bebernya.

Untuk pasar, saat ini kesemek produksinya sudah merambah swalayan. Dengan tujuan Jakarta, Surabaya dan kota-kota besar di Indonesia. Setiap Minggu dia mengaku bisa mengirim hingga 2 ton.

Harga per Kg kesemek glowing dijual mulai dari Rp 20-25 ribu perkilonya dengan isi 5-6 buah untuk kategori grade A. Sedangkan kategori grade B dijual Rp 12-15 ribu berisi 7-9 buah.

“Sebenarnya kesemek memiliki potensi ke pasar luar negeri. Tapi sayang masih minim produksinya dan perlu peningkatan kualitas lagi. Dengan potensi yang ada ini kami berharap ada perhatian khusus dari Pemkot Batu untuk memberikan pendampingan agar petani asal Junggo bisa mengirim ke luar negeri seperti Singapura,” terangnya.

Ia juga menambahkan ada beberapa kendala lain kenapa produksi kesemek sangat terbatas. Diketahui bahwa buah kesemek hanya dimiliki beberapa petani. Dengan satu petani hanya memiliki 1 sampai 20 pohon paling banyak dengan panen hanya bisa dilakukan pada bulan Mei – Juli.

Sementara itu Kades Tulungrejo, Suliono menambahkan bahwa Desa Tulungrejo memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Mulai dari sektor pariwisata hingga pertanian.

“Banyak potensi yang bisa dieksplore di Desa Tulungrejo selain sektor pariwisata, yakni sektor pertanian. Yang terbaru dan mampu menembus pasar luar daerah adalah kesemek glowing,” bebernya.

Dengan adanya potensi tersebut, diharapnya kesemek glowing menjadi ikon buah baru asal Tulungrejo selain Apel. Sehingga mampu benar-benar mewujudkan daerah Tulungrejo sebagai daerah agrowisata.

“Kami pihak desa akan mendukung total terobosan para petani. Bentuknya dengan mempromosikan buah ini dalam setiap agenda seperti rapat. Apalagi buah ini juga bisa diolah kembali menjadi jenang kesemek,” paparnya.

Ia berharap dengan adanya terobosan baru yang sangat menjanjikan ini tak hanya mampu meningkatkan dan memberdayakan warganya. Tapi juga ada pendampingan dan bantuan promosi dari semua kalangan. Sehingga kesemek glowing bisa jadi ikon baru Kota Batu,” pungkasnya. (eri)

-Advertisement-.

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img