MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Masih dalam suasana kemerdekaan, Malang Towns Square (Matos) menghadirkan Kesenian Tradisional Jawa yakni Ludruk yang tampil di Lower Ground Matos, Rabu (23/8) Malam. Kalangan tua maupun muda berkumpul menjadi satu menonton pertunjukan tradisional tersebut.
Direktur Malang Town Square, Fifi Trisjanti mengatakan penyelenggaraan event tersebut dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-78 dengan mengangkat tema Kebudayaan Nusantara. Kesenian Ludruk menjadi salah satu kegiatan yang ditampilkan dalam rangkaian acara yang digelar mulai Rabu (23/8) sampai dengan Jumat (25/8).
“Kami juga bekerjasama dengan Komunitas Kebaya Indonesia (KKI) di Kabupaten Malang untuk menggelar tontonan rakyat ini. Dan mungkin ini adalah satu-satunya di Malang ada penampilan Ludruk di dalam Mal. Ini juga menjadi salah satu langkah kami untuk melestarikan budaya Indonesia, khususnya wilayah Jawa,” terangnya.
Dilanjutnya, terdapat mahasiswa dan siswa-siswa SMA yang ikut andil dalam pementasan Ludruk tersebut. Melalui penampilan kesenian Ludruk menjadi salah satu langkah untuk memberikan edukasi dan memperkenalkan kembali budaya-budaya bangsa yang amat beragam dan perlu dilestarikan bagi generasi muda khususnya.
“Kita ingin mengenalkan kepada generasi muda kita, bahwa budaya-budaya kita itu sangat banyak. Oleh karena itu, kami menggandeng KKI sangat welcome untuk penampilan-penampilan kebudayaan, yang mana tujuannya adalah untuk melestarikan serta dikenalkan kepada masyarakat luas,” ujarnya.
Menurutnya acara tersebut menjadi sebuah hiburan yang berbeda yang ada di Matos dengan hadirnya karawitan, gending dan sebagainya sehingga ambience mulai dari dekorasi dan sekitarnya khusus didesain agar para pengunjung bisa merasakan suasana tradisional tersebut.
“Ada kuliner nusantara juga disini. Tidak hanya hari ini, kerjasama dengan KKI ada beberapa kegiatan, seperti merias wajah, fashion show Lomba Kebaya Nusantara dan masih banyak kegiatan lainnya. Intinya adalah kami ingin menghadirkan kesan Kebudayaan Nusantara agar penerus-penerus bangsa ini dapat mengenal budayanya,” jelasnya.
Kesenian Ludruk dengan membawakan lakon Kepak Sayap Terluka dibawakan oleh sanggar Ludruk Wahyu Madyo Budoyo. Suhardi atau dikenal dengan Ki Hardi sebagai ketua ludruk sekaligus ketua Kandaka Seni Budaya Malang (KSBM) menjelaskan pengangkatan cerita tersebut berlatar belakang di tahun 1948 yang berlokasi di bawah Gunung Kawi.
“Jadi Ludruk kali ini berceritakan tentang perjuangan seorang perempuan yang diam-diam masuk ke barisan tentara untuk berjuang melawan penjajah. Meskipun sudah merdeka, nyatanya masih banyak pribumi-pribumi yang tidak menghargai kemerdekaan Indonesia dan lebih mendukung ke penjajah. Menjadi seorang penghianat. Jadi di dalamnya terdapat konflik antar masyarakat pribumi terkait dengan rasa Nasionalisme,” paparnya.
Ia turut merasa bangga bisa menampilkan kesenian tradisional di Mal, yang mungkin masih pertama kali dilakukan, khususnya di daerah Malang. Ia mengapresiasi antusias dari generasi muda yang menyaksikan lakon mulai dari awal sampai akhir cerita. Ki Hardi juga turut memberikan pesan-pesan kepada para pemuda penerus bangsa.
“Bagaimanapun orang tua sudah berkorban, anak muda jangan terbuai. Memang kita hidup di zaman yang penuh nikmat, semuanya mudah, apapun gampang. Tapi coba ingat kembali, Indonesia merdeka tidak langsung, prosesnya panjang dan banyak memakan korban. Tolong di ngerteni ojo sak karepe dewe (Tolong dimengerti, jangan semaunya sendiri),” katanya.
Indonesia adalah negara yang memiliki aturan, sehingga hidup di Indonesia jangan semaunya sendiri. Adanya Pancasila, Undang-Undang NKRI Tahun 1945 serta Bhinneka Tunggal Ika menjadi ideologi yang harus dijaga. (adm)