Tuesday, October 21, 2025
spot_img

Ketika Batik Menari; Generasi Muda Malang Padukan Tradisi dan Kreasi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh: Safira Intan Nurvitania, Mahasiswa S1 Pendidikan Seni Pertunjukan UM

Malang Posco Media

Di tengah hiruk-pikuk pusat perbelanjaan modern, siapa sangka lantai atrium Malang City Point Mall bisa berubah menjadi panggung budaya yang sarat makna. Minggu, 19 Oktober 2025 lalu, Sanggar Citra Natya Budaya (CNB) bersama EO City Expo sukses menggelar Festival Lomba Tari Tradisional dan Kreasi Bernuansa Batik.

Sekitar 70 peserta dari tingkat TK, SD, hingga SMP menampilkan tarian yang memadukan tradisi dan kreasi. Kostum batik berwarna cerah berpadu dengan gerak yang lincah dan penuh semangat. Semua tampil dengan rasa bangga membawa warisan budaya bangsa ke tengah ruang publik yang selama ini lebih akrab dengan dentuman musik modern dan hiruk promosi belanja.

-Advertisement- HUT

Batik, selama ini kita kenal sebagai kain yang indah dikenakan di tubuh. Namun dalam festival ini, batik tampak lebih hidup — ia menari, bergerak di setiap langkah para penari muda. Di sinilah letak keistimewaan kegiatan ini: batik tidak hanya dikenakan, tetapi dihidupkan kembali lewat gerak dan ekspresi.


HUT
Malang Posco Media

Ketua Sanggar CNB, Qatrunnada, menuturkan bahwa ajang ini bukan sekadar lomba, melainkan ruang edukasi dan ekspresi budaya. “Kami ingin menumbuhkan rasa cinta anak-anak pada seni tradisional, sekaligus memberi ruang untuk berkreasi tanpa meninggalkan akar budaya,” ujarnya.

Pernyataan sederhana itu punya makna dalam: pelestarian budaya bukan berarti menolak perubahan. Justru di tangan generasi muda, budaya bisa menemukan bentuk baru — lebih segar, lebih dekat dengan realitas hari ini.

Festival Lomba Tari Tradisional dan Kreasi Bernuansa Batik ini merupakan kegiatan yang cukup menarik dan inspiratif. Acara ini menjadi ajang bagi generasi muda untuk menampilkan kreativitas mereka dalam bidang seni tari, khususnya yang bernuansa batik. Saya menilai bahwa kegiatan ini memiliki nilai positif dalam upaya pelestarian budaya serta pengenalan seni tradisional kepada masyarakat luas.

Namun, menurut saya, pelaksanaan acara di ruang publik seperti mall memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah keterbatasan ruang gerak penari, yang dapat menghambat ekspresi dan gerakan secara maksimal. Selain itu, keramaian pengunjung mall juga menimbulkan gangguan terhadap konsentrasi penari dan kenyamanan penonton. Meskipun konsep ruang terbuka dapat memperluas jangkauan audiens, tetapi menurut saya, tempat seperti ini perlu disiapkan secara lebih matang dalam hal penataan panggung dan tata cahaya.

Dari segi teknis, saya melihat bahwa aspek pencahayaan dan tata panggung masih perlu diperbaiki, agar setiap penampilan dapat terlihat lebih jelas dan menarik. Publikasi kegiatan juga masih bisa ditingkatkan supaya informasi lomba menjangkau lebih banyak peserta dari luar daerah.

Malang Posco Media

Namun di sisi lain, saya sangat mengapresiasi bagaimana Sanggar CNB mampu menggabungkan unsur tradisi dan kreasi modern dalam satu wadah yang harmonis. Kegiatan ini juga menjadi bukti nyata bahwa pelestarian budaya bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan dekat dengan masyarakat.

Sekaligus menunjukkan bahwa budaya bisa hidup di mana saja — tidak harus di gedung kesenian atau panggung besar. Ketika tari tradisional tampil di ruang publik modern, masyarakat yang mungkin jarang bersentuhan dengan seni tradisi bisa kembali merasa dekat dengannya.

Batik yang menari di panggung Malang City Point bukan sekadar simbol lomba, tetapi pesan penting bagi kita semua. Bahwa budaya tidak mati di museum, tidak membeku di lembar sejarah — ia hidup di tengah masyarakat, menari bersama zaman.

Apalagi, festival ini menghadirkan juri-juri berkompeten seperti Santi Peni dan Winarto Ekram, yang memastikan kualitas penilaian berjalan profesional. Hasilnya, pertunjukan berlangsung semarak dan mengundang perhatian banyak pengunjung mall yang seolah lupa sejenak dengan agenda belanjanya.

Secara keseluruhan, saya menilai bahwa acara ini berhasil menumbuhkan semangat mencintai budaya Indonesia, khususnya dalam bidang tari. Dengan beberapa perbaikan di aspek teknis dan publikasi, saya yakin Festival Lomba Tari Tradisional dan Kreasi Bernuansa Batik ini dapat menjadi agenda tahunan yang lebih besar dan berpengaruh di Kota Malang. (*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img