Kiai Marzuki Mustamar Belum Terima Surat Resmi, Beredar Kabar Terkait Pilpres
MALANG POSCO MEDIA- Kiai Marzuki Mustamar, pimpinan Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad, Kota Malang diberhentikan dari posisi Ketua PWNU Jawa Timur. Kabar ini bikin terkejut banyak pihak.
Apalagi tersiar kabar pemberhentian Kiai Marzuki ini ditengarai karena masalah politik. Dikonfirmasi terkait hal ini, Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi membenarkan Kiai Marzuki Mustamar telah diberhentikan dari Ketua PWNU Jawa Timur. Namun ia menepis kabar yang beredar bahwa pemberhentian dari Ketua PWNU berkaitan dengan politik. Ia menyebut ada pelanggaran yang dilakukan. Bahkan sudah beberapa kali diberikan peringatan.
“Ada aturan-aturan yang harus ditegakkan. Sudah ada tiga kali peringatan yang kami sampaikan (kepada Kiai Marzuki Mustamar). Jadi ini terkait disiplin saja, bukan soal pilpres,” tegas Gus Fahrur, sapaannya, dikonfirmasi Kamis (28/12) kemarin.
Gus Fahrur tidak menyebut apa pelanggaran yang dilakukan. Sebab hal tersebut termasuk masalah internal dan tidak perlu untuk disampaikan ke publik. Yang jelas proses pemberhentian itu dipastikannya sudah sesuai aturan.
Terkait siapa nantinya yang akan menjadi pengganti Ketua PWNU Jawa Timur, Gus Fahrur menyampaikan PBNU segera melakukan langkah sesuai yang sudah diatur. “Tentu nanti kami akan bahas, kami rapatkan dulu. Yang jelas segera,” lanjutnya.
Terpisah, Kiai Marzuki Mustamar saat ditemui di pondok pesantrennya mengaku belum bisa berkomentar banyak. Sebab ia belum menerima surat resmi maupun surat melalui ponselnya dari PBNU. Jadi, ia pun belum tahu kapan persisnya diberhentikan sebagai Ketua PWNU Jawa Timur
“Benar atau tidak (diberhentikan) kami tidak tahu. Bisa jadi dalam situasi tertentu PBNU menarik kembali juga bisa, yang jelas kami tidak tahu. Kami belum menerima (surat resmi),” terang Marzuki.
Menurut Kiai Marzuki, beberapa waktu ini pihaknya masih tetap melakukan kegiatan seperti biasanya. Bahkan ia masih sempat memberikan tanda tangan kepada pengurus dari salah satu daerah. Kendati begitu, Kiai Marzuki menegaskan, terkait hal ini agar tidak menjadi suatu hal yang berlebihan.
“Kami hanya ‘nerimo ing pandum’, menerima dawuh, suruh kerja ya kerja, suruh berhenti ya berhenti. Kami tidak pernah minta-minta. Saya sebagai kader NU ketika surat itu sudah prosedural, tentu harus diterima. Tidak usah ‘geger geger’, ‘rame rame’,” tuturnya.
Ia yakin warga NU sudah cukup dewasa menyikapi hal ini. Sehingga dia meyakini warga NU tidak akan bereaksi berlebihan. Akan tetapi jika dalam membuat keputusan itu juga ada yang kurang pas, maka siapapun wajib meluruskannya.
Terkait isu dirinya condong ke salah satu paslon, Marzuki menekankan, dirinya hanya mengacu bahwa pengurus NU harus netral. Dalam artian, netral harus bisa merangkul semuanya. Ia hadir ke semua kegiatan parpol, bukan satu parpol saja.
“Netral bagi kami bukan tidak kemana-mana. Bukan menutup diri dari siapa-siapa. Tapi netral itu merangkul semua. Nah yang kadang kadang siapapun mensikapi saya perlu mentabayun, itu misalnya orang bikin TikTok saya dengan siapa. Itu langsung disimpulkan saya dukung itu saja,” jelasnya.
“Nah sementara yang saya dengan orang lain, diunggah, tidak diviralkan. Harusnya siapapun yang menganggap saya condong ke satu paslon, sebelum menuduh harus tabayun dulu ya,” sambung mantan Ketua PCNU Kota Malang ini.
Sementara itu, salah satu tokoh NU di Jawa Timur, sekaligus mantan pengurus PBNU, KH Abdussalam Shohib menyebut pemberhentian Kiai Marzuki ini diketahui ketika pertemuan antara PBNU dan PCNU se Jawa Timur di Hotel Shangrila Surabaya Rabu (27/12) malam. Dalam kesempatan itu juga ada hal lain yang disampaikan.
“Yang jelas pertemuan PBNU dengan PCNU tadi (kemarin) malam materinya hanya dua. (Pertama) Pemberitahuan atas pemberhentian Kiai Marzuki. (Kedua) Kampanye Rois Aam, Wakil Rois Aam, Ketum, Sekjend PBNU di depan Rois dan Ketua PCNU Se Jatim ke paslon 02. Silahkan diartikan sendiri,” beber Gus Salam sapaannya kepada Malang Posco Media.
Ia mendapatkan informasi tersebut dari banyak rekan pengurus PCNU. Pertemuan itu digelar secara tertutup dan tidak boleh ada yang merekam atau melakukan dokumentasi.
“Kami dengan kawan-kawan di PCNU itu sudah dekat, ada hubungan kedekatan. Makanya ketika selesai acara itu, mereka itu banyak yang mengeluh ke saya, intinya sama semua. Artinya kan valid,” jelasnya.
“Mereka menyampaikan ke saya kenapa tiba-tiba kok Kiai Marzuki, terus kenapa kok malah menyampaikan tentang salah satu paslon. Apalagi yang berat adalah mereka ditugasi untuk sosialisasi hal itu ke MWC,” sambung Gus Salam.
Meski dirinya saat ini berada di tim pemenangan paslon lain, ia hanya menyayangkan organisasi ulama justru menunjukkan keberpihakan pada salah satu paslon. Semestinya NU harus mengedepankan akhlak dan keilmuan diatas urusan politik seperti ini.
“Kalau kami sebagai tim pemenangan AMIN hanya bagaimana meyakiankan masyarakat ke tingkat paling bawah, itu saja. Cuma yang kami sayangkan NU katanya netral tapi kok seperti ini. Di luar gembar gembor harus netral, bahkan mengancam pengurus yang tidak netral, ternyata di internal malah berkata lain dan mengarah ke salah satu paslon,” tutupnya. (ian/van)