MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Pandemi Covid masih belum berakhir. Termasuk di Indonesia, banyak dampak diakibatkan dari pandemi yang sudah berlangsung sekitar dua tahun ini. Hampir di semua sektor, merasakan dampaknya. Kondisi ini membuat seorang pegiat sosial asal Malang, Marlany Siek SE., untuk lebih peduli kepada sesama.
Wanita yang akrab disapa Claudia Mey ini konsen di beberapa bidang kegiatan sosial. Diantaranya pendidikan, perlindungan hukum dan pertanian. Kebetulan saat ini, Mey dipercaya sebagai Ketua Umum (Ketum) Barisan Relawan ‘Moeldoko Bersama Rakyat’. Mey bergerak bersama Kepala Staf Kepresidenan Indonesia itu membantu pertanian di Indonesia.
“Saya jauh dari urusan politik, saya lebih berkegiatan bidang sosial, seperti pendidikan, bulan lalu saya membantu di Jogjakarta dan saat ini diajak Pak Moeldoko untuk bidang pertanian,” ungkap Mey saat ditemui Malang Posco Media di kediamannya di kawasan Villa Puncak Tidar Malang, kemarin sore.
Meski baru lima bulan terakhir ini bergabung dalam komunitas pegiat tani, Mey cukup aktif. Terbukti sebagai Ketum ‘Moeldoko Bersama Rakyat’ sudah membuka posko di lima kota besar yaitu Makassar, Manado, Jakarta, Malang dan Jogjakarta.
“Mengapa Ibu Mey mendukung Pak Moeldoko, karena Pak Moeldoko satu-satunya yang saat ini sangat concern terhadap petani. Mulai dari bibit unggul, pupuk, asuransi tani, detasemen anti hama dan lain-lain. Mari bersama kita sejahterakan petani Indonesia,” sebut Mey.
Dijelaskannya, dukungan nyata untuk petani dari Moeldoko adalah dengan menyediakan bibit unggul dengan harga terjangkau. Diantaranya bibit padi dan jagung yang sudah terbukti di beberapa wilayah, memberikan hasil maksimal. Bibit unggul tersebut diberi merek M-Tani. Menurut Mey, bibit unggul ini sangat membantu petani.
Bahkan M-Tani sebenarnya juga sebuah manajemen usaha di bidang pertanian dengan tujuan utama memajukan pertanian Indonesia. M-Tani mengembangkan metode baru dalam penanaman dan pengolahan budi daya pertanian ramah lingkungan, serta membangun sebuah metode pertanian secara utuh dan menyeluruh. Dimulai dari proses budi daya, pascapanen, hingga manajemen pemasaran hasil panen melalui sistem kemitraan dengan petani.
“Kita galakkan pertanian, dengan adanya bibit yang bagus ini, jangan sampai impor bibit dari luar, karena bibit ini unggul, kita harapkan Indonesia juga tidak sampai impor beras. Selain penyediaan bibit, kita bisa dengan sistem kerjasama, seperti kerjasama lahan dan beli hasil pertanian, juga ada asuransi tani, serta menggelar seminar pertanian. Kita ingin mengajak petani untuk bersinergi,” jelasnya.
Satu hal yang menjadikannya prihatin adalah kondisi sumber daya manusia di bidang pertanian. Mey khawatir dengan para petani saat ini yang sudah tua, tidak ada proses regenerasi. Lantaran anak-anak dari petani yang punya lahan, cenderung memilih bidang pekerjaan lain. Mereka tidak mau kerja sebagai petani.
“Kita kembalikan anak-anak ke tani. Khususnya dengan adanya produk unggul dari Pak Moeldoko ini, pertanian bisa jadi bisnis yang menarik, apalagi saat pandemi seperti sekarang ini. Saya bukan orang kaya, hanya ingin memperkaya orang lain, karena memberi itu tidak harus nunggu kaya. Kita ingin menebar kebaikan di bidang sosial, baik pendidikan, pertanian dan pendampingan hukum,” pungkas alumni Unmer ini. (bua)