MALANG POSCO MEDIA, MALANG – H+6 setelah Hari Raya Idul Fitri, tradisi kuliner nusantara masih terasa kental di tengah masyarakat. Salah satunya lewat sajian ketupat, makanan berbahan dasar beras yang dibungkus janur (daun kelapa muda) dan menjadi simbol Riyoyo Kupatan pada H+7 lebaran.
Di Pasar Kebalen, Jalan Zaenal Zakse, Jodipan KotaMalang, para penjual musiman ketupat kebanjiran pembeli.
“Lebaran tahun ini beda. Dari H-2 sudah ramai. Penjualan saya naik dua kali lipat dibanding tahun lalu,” ungkap Priyati (42), pedagang ketupat musiman, kepada Malang Posco Media, Minggu (6/4) kemarin.
Ketupat yang dijual tersedia dalam dua bentuk: anyaman jadi dan janur lembaran. Harga delapan ketupat anyaman dibanderol Rp 12.500, sedangkan 50 lembar janur dijual Rp 25.000.
Menurut Priyati, pasokan janur ia ambil dari wilayah Dampit, Malang Selatan, sehingga harga jual turut menyesuaikan ongkos kirim dan harga bahan baku.
“Meski naik, tetap laris. Alhamdulillah masih lebih untung dibanding tahun lalu,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Djamitun (56), penjual ketupat lainnya. Ia menyebut model ketupat berbentuk layang-layang paling banyak diburu.
“Yang sudah jadi dan tinggal diisi itu paling cepat habis. Orang sekarang maunya praktis,” ucapnya.
Sementara itu, Sari (30), warga Blimbing yang menjadi pelanggan tetap tiap tahun, mengaku selalu membeli di Pasar Kebalen.
“Sudah langganan. Ketupatnya bagus, sudah dianyam, tinggal isi dan rebus,” katanya.
Ketupat biasa disajikan bersama opor ayam, sambal goreng ati, atau rendang, dan menjadi simbol kebersamaan keluarga dalam suasana Lebaran. Tradisi menyantap ketupat pada Riyoyo Kupatan ini menjadi penanda eratnya budaya dan kekeluargaan masyarakat Indonesia. (mg/aim)