Anemia merupakan kondisi medis yang ditandai dengan rendahnya jumlah sel darah merah dalam darah, yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Anemia masih menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia, dengan prevalensi mencapai 32% (3 hingga 4 dari 10 remaja mengalami anemia). Anemia menjadi masalah kesehatan yang cukup penting dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan remaja, yaitu: menghambat pertumbuhan dan perkembangan fisik, penurunan kinerja akademis, mengurangi energi dan produktivitas, dan perubahan suasana hati dan gangguan kesejahteraan emosional. Kondisi ini menjadi fokus mengingat remaja sedang berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan penting.
PENYEBAB ANEMIA
Penyebab anemia pada remaja bisa sangat bervariasi dan seringkali berkaitan dengan faktor-faktor asupan zat gizi, fisiologis, dan perilaku.
- Perdarahan (loss of blood volume): kecacingan, trauma/luka, serta perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan
- Hemolitik: perdarahan akibat pecahnya sel darah merah (malaria atau thalassemia)
- Defisiensi zat besi: rendah asupan pangan sumber zat gizi penting untuk pembentukan hemoglobin (Fe, protein, asam folat, vitamin B12.
- Mengonsumsi makanan/minuman yang menghambat penyerapan zat besi (anti gizi). Beberapa senyawa antigizi, seperti:
- Senyawa polifenol
Teh dan kopi merupakan salah satu pangan kaya polifenol, yang dapat mengikat zat besi serta mineral lainnya. Konsumsi teh dan kopi bersamaan dengan makanan dan atau dalam jumlah berlebih dapat menghambat penyerapan zat besi
- Antitripsin, Hemaglutinin dan asam fitat
Anti tripsin, hemaglutinin dan asam fitat merupakan senyawa antigizi pada kacang-kacangan terutama kedelai. Sementara kedelai dan olahannya menjadi pangan sumber protein andalan masyarakat. Oleh sebab itu upaya menghilangkan senyawa antigizi menjadi sangat penting.
Tripsin Inhibitor: menghambat kerja enzim tripsin dan kemotripsin, namun dapat diinaktifasi dengan perebusan/kukus 100oC 15 menit
Hemaglutinin: dapat menggumpalkan sel darah merah, namun dapat dihilangkan dengan perebusan/kukus 100oC, selama 15 menit.
Asam fitat di dalam tubuh akan mengikat Fe, Ca, Mg dan Zn. Asam fitat dapat dihilangkan dengan proses fermentasi/perkecambahan.
PANGAN LOKAL – GIZI SEIMBANG – CEGAH ANEMIA
Pangan Lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai potensi dan kearifan lokal (UU No.18 Tahun 2012 tentang Pangan). Interpretasi dari pengertian ini melekat pada istilah “LOKAL”, yaitu sumber daya pangan dan budaya makan setempat, sehingga makna PANGAN LOKAL, adalah:
- Diproduksi dengan mengoptimalkan sumber daya setempat (bahan baku, IPTEK).
- Dikembangkan sesuai preferensi konsumen lokal.
- Dikonsumsi secara turun-temurun, dalam bentuk pangan segar dan olahan sesuai budaya dan kearifan lokal.
- Menjadi makanan khas daerah setempat
Pangan lokal memiliki peran dalam pemenuhan gizi keluarga, meningkatkan keragaman makanan bergizi, menjadi stok pangan keluarga, serta usaha pangan lokal berpotensi pencipta lapangan kerja, dan pendapatan.
Pangan lokal sumber karbohidrat seperti jagung, singkong, kentang, talas, dan ubi jalar (putih, kuning, orange, cilembu, ungu), ganyong, gembili, dan garut.
Pangan lokal sumber protein seperti daging ayam, daging sapi, ikan dan hasil perikanan seperti udang, cumi, kerang-kerangan, kacang-kacangan dan hasil olahan (tahu dan tempe). Dari berbagai jenis pangan sumber protein hewani, ikan merupakan pilihan terbaik dalam penanggulangan masalah anemia gizi dan masalah gizi lainnya, karena ikan memiliki banyak keunggulan, yaitu: sumber protein bermutu tinggi, sumber omega-3, sumber vitamin (A, B1, B2, B12, D), sumber mineral (Fe, Zn, Iodium, selenium, Ca), citarasa tinggi karena tinggi kandungan glutamat, lisin, histidin, tekstur lembut serta harga yang relatif murah.
Tempe dan tahu banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai sumber protein yang murah dan mudah pengolahannnya. Walaupun kedelai mengandung senyawa antigizi namun proses pengolahan tempe dan tahu dapat mengeliminasi dan menginaktifasi senyawa anti gizi. Selain itu proses pengolahan juga dapat meningkatkan nilai gizi dan citarasa.
Indonesia negeri “gemah ripah loh jinawi” menyediakan banyak sayuran lokal sebagai sumber Fe, vitamin C, termasuk protein seperti daun kelor, mangkokan, leunca/pokak, komak, pare. Namun kenyataanya, pangan lokal, seperti umbi-umbian, dan sayuran lokal tersebut sangat kurang diminati. Hal ini disebabkan oleh penampilan dan citarasa yang tidak sesuai dengan selera remaja. Tantangannya adalah mengolah sayuran lokal yang kaya manfaat menjadi menu yang disukai remaja.
MENU HASIL OLAHAN PANGAN LOKAL
Hidangan sepinggan adalah menu dalam satu piring (one dish meal), dimana dalam satu piring sudah mengandung berbagai bahan (sumber karbohidrat, protein, dan sayuran). Beberapa hidangan sepinggan yang sangat populer, seperti: kanji rumbi (Aceh), Tekwan (Sumatera Selatan), Gudheg (Jogyakarta), Catemak Jagung (NTT), Bubbor Pedah (Kalimantan Barat), Bubur Manado (Sulawesi Utara), dan Papeda Kuah Ikan Sayur Ganemu (Maluku dan Papua).
Membuat kudapan sesuai dengan trend remaja dengan memanfaatkan pangan lokal kaya manfaat (sumber Fe, protein, asam folat, vitamin B12) secara utuh, maupun menyisipkan (substitusi), misal: dimsum, brownies ubi, kue pancong ubi, kue lumpur, pempek, otak-otak, tela-tela, singkong lumer (dapat diganti dengan ubi ungu, orange).(*)