MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Menindaklanjuti hasil konferensi di Kota Batu pada Februari lalu, pengurus MWC NU Blimbing Kota Malang akhirnya resmi dilantik, Minggu (18/9) kemarin. Bertempat di gedung DPRD Kota Malang dihadiri jajaran PC NU Kota Malang, hingga Ketua PW NU Jawa Timur KH. Marzuki Mustamar.
“Alhamdulilah hampir 100 persen bisa hadir di pelaksanaan pelantikan pengurus MWC NU Blimbing. Mulai pejabat, pengurus cabang, PWNU hingga pengurus ranting bisa hadir,” terang Ketua MWC NU Kecamatan Blimbing Kota Malang, Achmad Romdlon, disela acara.
Romdlon menjelaskan, ada 5 arah kebijakan umum MWC NU Blimbing masa khidmat 2022-2027. Kelimanya yakni penguatan sistem Jam’iyah dan administrasi, penguatan dan pengembangan ajaran ahlussunnah wal jamaah annahdliyah, program pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia (SDM), program penguatan dan pengembangan potensi sumber pendanaan dan program menjalin kerjasama dengan pihak luar.
“Jadi program kerja 5 tahun ke depan yang secara langsung kita sampaikan tadi akan mengarah ke kebijakan umum dengan menekan kerjasama bersama pihak luar,” tambahnya.
Oleh karenanya dalam acara yang mengangkat tema ‘Membangun Peradaban dan Menebar Kemanfaatan Menuju Kemandirian Organisasi’ itu juga dirangkaikan dengan MoU bersama beberapa pihak, antara lain Royal English, Halal Center UNISMA, Monster Company, Telkomsel hingga Polisma.
Kepada para pengurus MWC NU Blimbing yang dilantik, Ketua Tanfidziyah PW NU Jawa Timur KH. Marzuki Mustamar yang hadir pada kesempatan itu berpesan agar pengurus cabang bisa bekerja maksimal. Selain itu juga harus bekerjasama dengan baik bersama pengurus ranting.
“Dampingi ranting, jangan biarkan ranting kerja sendiri. Bagaimana caranya mengurus wakaf, mendirikan TPQ, membuat proposal, jangan ada kelurahan yang tidak ada TK atau sekolahnya,” ujar Marzuki.
Ia juga meminta kepada seluruh Nahdliyin untuk menjaga ajaran Islam dengan berahlussunnah wal jamaah. Terlebih dengan adanya paham radikal dan berpotensi mengganggu keutuhan NKRI.
“Ber-NU dengan mengamalkan semua ajaran dan tradisinya, itu menjadi sangat penting untuk pertahanan negara. Kampung yang mayoritas NU, lazim Kenduren, yang muda lazim Dibaan, yang agak tua lazim Toriqoh, yang sedang lazim tahlilan, itu model NU sehingga sekampung seringkali mereka bertemu. Tidak mungkin difitnah di-adu domba karena mereka menyatu,” jelas Marzuki.
“Beda dengan lingkungan non NU yang individualis dan tidak peduli lingkungan. Itu andai difitnah, mudah diadu domba. Lingkungan NU tidak mudah disusupi teroris, karena ada pertahanan kolektif,” tandasnya. (ian/aim)