spot_img
Friday, July 4, 2025
spot_img

Kisah Pasutri Tasikmadu Buka Warung Gratis, Pastikan Lokasi Jauh dari Pedagang Makanan, Dinikmati Semua Kalangan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa memberi manfaat terhadap manusia lainnya. Prinsip itu yang sangat ditanamkan oleh sepasang suami istri (pasutri)  Mayendra Eka Putri dan Firman Abadi. Warga Tasikmadu Kota Malang yang ini sibuk membuka warung gratis secara rutin.

MALANG POSCO MEDIA-Pasangan yang merupakan seorang IRT (Ibu Rumah Tangga) dan wiraswasta ini, selalu meluangkan waktunya untuk mengenyangkan perut orang lain. Dengan mobil miliknya, tiap Selasa dan Rabu, keduanya rutin berkeliling ke berbagai tempat untuk membuka warung dan mengajak banyak orang untuk bersantap pagi.

“Yang namanya manusia, saya ingin jadi manusia yang kasih manfaat untuk orang lain walaupun mungkin hanya sedikit. Dari situ, saya sama suami ada kepikiran untuk bikin warung gratis dengan berkeliling,” ujar May, sapaan akrab Mayendra Eka Putri.

Warung makan gratis ini pertama kali dibuka pada 2022 lalu. Dengan modal pribadi seadanya, ia sengaja membuka warung makan gratis yang diberi nama Warung Azzahra. Konsepnya, berbeda dengan program makan gratis atau warung makan gratis yang sudah ada.

Selain bisa makan di tempat dan memilih menu yang disiapkan, warung makan gratis ini konsepnya keliling atau tidak hanya satu tempat. Selalu berupaya mencari lokasi baru, tujuannya agar makin banyak masyarakat yang bisa mengakses makan gratis. 

“Pertama kali, untuk yang masak itu saya sama ada ‘mbak’ (asisten rumah tangga, red) yang bantu. Awal itu tidak sampai 100 porsi. Saya ingat, pertama kali itu di perempatan Jalan Cengger Ayam. Ternyata waktu itu awalnya sulit, karena orang bingung masih percaya atau tidak percaya kalau ini benar gratis. Alhamdulillah ada saja yang mampir,” kenang May.

Warung gratis miliknya ini dikatakan May tidak menyasar secara khusus kalangan tertentu. Siapapun bebas untuk makan bersama di tempatnya. Ada ojek online, orang jalanan, warga sekitar hingga pegawai kantoran juga ikut makan, berbaur menjadi satu.

Untuk lauk hingga porsi makan, May juga tidak pernah membatasi. Kerap kali ada saja yang ingin menambah makannya satu porsi lagi dan ia mempersilakannya.

“Bahkan pernah ada kayaknya pegawai kantoran, itu bawa lunch box. Minta izin kalau untuk dibuat bekal kerja apakah boleh? Ya kami sangat memperbolehkan,” tegas dia.

Warung makan gratis ini dibuka mulai pukul 8 pagi hingga maksimal pukul 11 siang. Biasanya, May dan suaminya membuka warungnya pada Selasa dan Rabu saja. Dua kali dalam seminggu.

Bukan tanpa alasan, May sengaja memilih hari tersebut karena hari lain dinilai sudah banyak digunakan.

“Senin sama Kamis itu kan biasanya banyak yang puasa Senin Kamis. Lalu kalau Jumat, itu sekarang sudah banyak yang berbagi makan gratis, seperti Jumat Berkah. Nah yang masih jarang ditemukan ini yang hari Selasa sama Rabu,” beber dia.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai antusias mengikuti program Warung Makan Gratis Azzahra. Terlebih semua kegiatan diumumkan di media sosial. Sehingga porsi makan yang disiapkan pun menjadi bertambah. Dari awalnya hanya 100 porsi, terus bertambah hingga saat ini sedikitnya sudah 220 porsi per hari.

Namun demikian, May mengaku warungnya itu memang sempat vakum. Sebabnya, tentu karena keterbatasan SDM yang membantu. Tidak hanya tenaga untuk masak atau mempersiapkan makanan, tapi juga tenaga untuk mengkondisikan kelancaran di TKP.

Mulai dari tenaga panggil untuk memanggil dan menginformasikan ke masyarakat luas, tenaga untuk membantu parkir, tenaga untuk membantu kebersihan dan banyak lainnya. Jika hanya dirinya berdua dengan suaminya saja, ia merasa kelelahan. Beruntung,  ada sahabtnya yang ikhlas membantu dan setia mendampingi sampai saat ini.

“Qodarullah, ternyata waktu itu Allah mengirim kami sepasang suami istri,  yaitu sahabat saya sendiri. Dia tanya kenapa kok tidak jalan lagi, kok vakum, saya jelaskan karena faktornya begini. Ternyata dia merespon baik dan bilang ayo kita temenin. Akhirnya kami semangat lagi dan mereka bantuin kami sampai sekarang,” syukur wanita kelahiran 11 Mei 1988 ini.

Berjalannya waktu, bantuan juga datang dari masyarakat yang ingin membantu warung gratis itu. Tidak hanya membantu donasi, tapi juga banyak yang berkenan untuk membantu tenaga untuk mensukseskan kegiatan sosial ini. May menyebut mereka sebagai Sahabat Azzahra.

 May dan suaminya sendiri sebenarnya bukan tipe orang yang inisiatif meminta bantuan donasi. Tapi untungnya bantuan donasi itu datang sendiri.

“Karena mungkin kami sering posting di media sosial, akhirnya banyak yang nanya gimana cara gabung. Ada yang ingin partisipasi dana, partisipasi tenaga atau apapun. Jadi kami tegaskan,  boleh partisipasi dalam hal apapun terutama tenaga. Karena untuk melayani orang yang datang untuk makan itu kan harus dengan layanan yang terbaik,” tutur arek Malang asli ini.

Dengan makin berkembangnya warung gratis miliknya ini, May juga akhirnya saat ini  sekaligus berbagi berkah dengan pihak lain. Terutama yakni pelaku usaha makanan untuk menyediakan lauk di warungnya.

Sehingga lebih praktis, cukup hanya pesan dan tinggal mengambil saja. Namun demikian, diakui May, cara ini juga ada sedikit kekurangannya. Yaitu dari segi kualitas makanan bisa berubah. Pernah ia merasakan makanan terlambat, hingga rasa masakan yang kurang pas.

“Akhirnya dari situ saya belajar. Memang terkadang masakan kurang pas. Padahal kami selalu ingin berikan yang terbaik, tapi kadang ada yang mungkin rasanya terlalu asin, atau kurang gimana. Itu kami perbaiki,” ungkapnya.

Selain itu, May juga belajar, ia dan suaminya juga perlu menjaga jarak warungnya dengan warung makan terdekat. Ia tidak ingin mengganggu kegiatan usaha warung makan lain, apalagi warung kecil. Sehingga ia pun sangat selektif untuk membuka warungnya, setidaknya ia membuka warungnya dengan radius tiga kilometer di sekitarnya tidak ada warung makan.

Tiga tahun perjalanan warung makan gratis ini, May mengharapkan bisa memberikan makan gratis kepada masyarakat luas lebihh banyak lagi. Tidak hanya itu, ia ingin lebih profesional menjalankannya sehingga masyarakat bisa lebih maksimal merasakan manfaatnya.

Bahkan, ia berharap warung makan gratis seperti ini bisa berubah menjadi sebuah komunitas yang memiliki gerakan besar. Ia bercita-cita ingin seperti Gerakan Infaq Beras yang manfaatnya bisa dirasakan meluas di Indonesia.

“Harapan pribadi saya, ingin lebih baik saja dan bisa menjadi manfaat untuk untuk lebih banyak orang lagi. Makin meluas, sekaligus bisa menjalin hubungan baik dengan orang karena dengan warung ini kami juga bisa menjalin relasi dan silaturahmi. Banyak bertemu dengan orang- orang baru,” pungkas alumnus Universitas Muhammadiyah Malang ini. (ian/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img