.
Saturday, December 14, 2024

TEROKA

Kisah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh : Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M.Si

MALANG POSCO MEDIA – Menunaikan ibadah haji merupakan impian setiap kaum muslimin. Namun untuk dapat melaksanakan haji dibutuhkan biaya, tenaga dan kesiapan mental yang luar biasa. Sebelum ditemukannya teknologi pesawat seperti sekarang, perjalanan ibadah haji ditempuh dalam perjalanan hitungan bulan, mengingat saat itu yang ada transportasi darat dan kapal laut sehingga membutuhkan waktu yang panjang dan berbulan-bulan.

Ibadah haji adalah ibadah yang dikaitkan langsung dengan kemampuan para hamba-Nya, maka ada hikmah tertentu yang menunjukkan kebijaksanaan Allah Swt, yakni rindu menjumpai Allah di tanah suci Makkatul Mukarromah, timbulnya keikhlasan, kesabaran dan kepuasaan walaupun telah mengeluarkan segala kemampuannya. Orang-orang beriman selalu berupaya menerima ketentuan Allah tanpa merasa berat hati. 

Kesaksian Jama’ah Haji

Ada kisah menarik tentang suatu ulama yang meskipun tidak berhaji tapi mendapatkan kemuliaan seperti haji mabrur, yaitu kisah Abdullah bin Mubarak. Kisah tersebut bisa ditemukan dalam kitab An-Nawadir karya syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qulyubi telah dikisahkan, bahwa dahulu kala ada seorang ulama zuhud yang bernama Abdullah bin Mubarak.

Beliau berangkat menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Akan tetapi sesampainya beliau di kota Kufah, Abdullah bin Mubarak menghentikan perjalanannya hingga akhirnya dia batal menunaikan ibadah haji.

Ternyata ada sesuatu hal yang menahannya yaitu ketika dengan mata kepalanya sendiri dia menyaksikan seorang perempuan yang dalam kondisi miris terpaksa memakan bangkai itik. Bahkan perempuan itu mengajak pula anak-anaknya untuk memakan bangkai itik untuk menghilangkan rasa lapar.

Abdullah bin Mubarak sempat menegur dan mengingatkan bahwa bangkai itik itu haram dikonsumsi. Namun perempuan itu tetap memakannya dengan alasan keterpaksaan. Sudah tiga hari mereka mengais bekal untuk dimakan ke sana kemari dan tidak menemukan makanan. Maka untuk mempertahankan hidup, satu keluarga miskin tersebut rela memakan apa saja yang ditemuinya.

Melihat kondisi keluarga tersebut, Abdullah bin Mubarak merasa terenyuh. Ia kemudian menyedekahkan keledai tunggangannya beserta barang-barang bawaannya, bekal dan bahkan pakaian kepada keluarga perempuan miskin itu. Hingga akhirnya Abdullah bin Mubarak tidak memiliki bekal untuk melanjutkan perjalanannya ke tanah suci. Perjalanannya tertunda beberapa lama di kota Kufah sampai dengan berakhirnya musim haji. Abdullah bin Mubarak pun gagal melaksanakan ibadah haji pada tahun itu.

Namun hal ajaib terjadi, ketika Abdullah bin Mubarak pulang ke kampung halamannya, ia kaget karena disambut luar biasa oleh masyarakat selayaknya orang yang baru pulang berhaji. Dalam hatinya Abdullah bin Mubarak merasa protes, malu dan akhirnya ia berterus terang bahwa ia gagal pergi menunaikan ibadah haji di tanah suci. Dengan mengatakan “Sungguh aku tidak menunaikan ibadah haji tahun ini,’’ ucap Abdullah bin Mubarak meyakinkan masyarakat.

Akan tetapi warga masyarakat yang baru saja pulang haji mengatakan bahwa Abdullah bin Mubarak ada di Makkah bahkan banyak membantu teman-temannya menyiapkan bekal makanan, memberi minum, sampai membelikan sejumlah barang untuk bekal pulang.

Setelah peristiwa aneh bin ajaib tersebut diceritakan oleh banyak masyarakat, Abdullah bin Mubarak tertidur dan dalam mimpinya ia mendapatkan jawaban atas fenomena tersebut. Dalam tidurnya Abdullah bin Mubarak mendengar suara,”Hai Abdullah, Allah telah menerima amal sedekahmu dan mengutus malaikat menyerupai sosokmu menggantikanmu untuk beribadah haji.”

Hikmah Shadaqah

Subhanallah, Allah menggambarkan kepada kita kemuliaan orang yang bersedekah, apalagi ketika melihat orang lapar dan miskin. Apa yang dilakukan Abdullah bin Mubarak merupakan prioritas dalam beribadah. Haji adalah ibadah tapi sedekah untuk meringankan fakir miskin juga merupakan ibadah.

Abdullah bin Mubarak memilih bersedekah kepada orang miskin, sebab sedekah di kala itu sangat dibutuhkan. Namun bukan berarti Abdullah bin Mubarak meremehkan atau mengabaikan ibadah pergi menunaikan ibadah haji ke Makkah. Beliau hanya mendahulukan apa yang seharusnya didahulukan, ketika ia melihat ada orang miskin yang membutuhkan uluran tangannya.

Kisah di atas mengajarkan pertama, kita untuk tidak perlu bersedih jika belum mampu berangkat menunaikan iadah haji, lantaran keterbatasan ekonomi atau halangan lainnya. Sebab, selain memenuhi kewajiban suatu ibadah, seseorang juga diharuskan memikirkan mana yang lebih prioritas untuk dilaksanakan. Islam agama rahmatan lil ‘alamin tidak memaksakan orang miskin untuk berangkat haji ketika ia masih kesulitan untuk menafkahi anak dan istrinya sehari-hari.

Kedua, yang bisa kita teladani dari kisah Abdullah bin Mubarak yaitu ia telah melaksanakan “al-birru” atau kebajikan yang memang sangat dianjurkan dalam Islam. Ia dengan ikhlas dan rela menyedekahkan sesuatu yang sungguh ia perlukan untuk menunaikan ibadah haji, tetapi hatinya luluh dan ikhlas bekal menunaikan ibadah hajinya, untuk mengentaskan orang atau masyarakat yang dilihatnya makan makanan haram. Sungguh mulia tindakan Abdullah bin Mubarak, sehingga kita semua perlu meneladaninya. (*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img