MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kelompok Tani Mulyo Kecamatan Sukun mendapat tambahan wawasan untuk meningkatkan produktivitasnya. Tim Dosen Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) dari Universitas Merdeka (Unmer) Malang dan Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) memberikan penyuluhan kepada mereka tentang manajemen dan pengelolaan keuangan usaha. Tidak hanya itu, mereka juga mendapat bantuan berupa alat pencacah rumput dan alat pengering kotoran sapi.
Ketua Tim PKM, Luthfi Indana, S. Pd., M. Pd mengatakan selama ini kelompok Tani Mulyo khusunya meraka yang bergerak di bidang usaha perah susu sapi mengalami banyak kendala. Antara lain, penyediaan pakan, mengatasi kotoran, pengemasan susu dan pemasaran produk. “Terkait kendala tersebut kami berinisiatif membantu mereka agar semakin produktif dan kotoran yang dihasilkan tidak sampai mencemari lingkungan,” katanya.
Luthfi menerangkan, peternak sapi belum memiliki sarana yang membantu kinerja mereka secara otomatis. Semua dikerjakan secara manual. Untuk menghaluskan batang rumput yang keras pun, peternak masih mengerjakannya secara manual. “Hal ini tidak efektif dan menghabiskan waktu peternak. Karena itu kami membantu dengan memberikan mereka alat pencacah rumput,” ujarnya.
Sementara itu, produk yang dihasilkan adalah susu segar dan sapi anakan. Susu segar yang dihasilkan mencapai 50
liter setiap harinya. Harga jual setiap liter adalah 12.000 rupiah. Jika sapi sedang hamil tua, susu yang
dihasilkan hanya 15 liter bahkan terkadang bisa sampai tidak berproduksi.
Hal ini menyebabkan pendapatan peternak sapi perah tidak menentu. Selain itu, pengemasan susu juga kurang menarik
karena dibungkus plastik dan ditali karet. Kemasan plastik juga mudah bocor. “Maka di kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini kami juga memberikan pelatihan cara packaging susu. Karena selama ini kemasannya kurang menarik. Nilai jual rendah. Maka setelah pelatihan ini harapan kami dapat meningkatkan nilai jual,” harapnya.
Disamping itu, kata Luthfi, peternak sapi ini belum memiliki financial planning yang bagus. Karena mereka berfokus pada proses pemeliharaan
dan pemerahan sapi. Peternak disibukkan dengan proses pemeliharaan seperti mencari rumput, memberi makan dan membersihkan kandang.
Mereka tidak pernah melakukan rekapitulasi catatan keuangan dan tidak memiliki target dari tahun ke tahun. Dalam manajemen usaha, mereka masih menggunakan pola manajemen rumah tangga dan bersifat konvensional. “Dengan pelatihan ini pengolahan keuangan sederhana nantinya mereka dapat mengetahui untung rugi dari usaha yang mereka jalankan,” terangnya.
Adapun terkait alat pengering kotoran dapat digunakan untuk pemanfaatan kotoran sapi. Selama ini kotoran hanya dikumpulkan dan berpotensi mencemari lingkungan. “Dengan adanya alat pengering ini kotoran sapi dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kandang. Dan bisa dipasarkan sebagai nilai tambah penghasilan,” tuturnya.
Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, Luthfi Indana, S. Pd., M. Pd juga bersama dua anggotanya. Mereka adalah Rosyida Fajri Rinanti, S. Pt., M. Pt dan Viry Puspaning Ramadhan, S. Kom., M. Kom. Dalam program pengabdian ini mereka mendapat dana hibah dari DRTPM Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (imm/sir/udi)