MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tim Dosen Institut Pertanian Malang (IPM) dan Universitas Islam Raden Rahmat (UNIRA) Malang sukses berkolaborasi menggelar Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Wringinanom Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Pengabdian ditujukan pada pemberdayaan UMKM skala kecil yang selama ini masih awam dalam pengelolaan usaha, sehingga kebanyakan pelaku usaha tersebut kesulitan untuk bertahan apalagi untuk berkembang, utamanya pascapandemi Covid 19.
Melalui pendanaan dalam skema Program Pengabdian Pemula (PMP) dari Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Masyarakat tahun 2023, program pengabdian ini berjudul “Pemberdayaan Kelompok Masyarakat UKM Skala Kecil di Desa Wringinanom, Kec. Poncokusumo, Kab. Malang Melalui Pendampingan Business Management dan Waste Treatment” yang diikuti oleh beberapa pelaku usaha UMKM, diantaranya penjual kopi dan gorengan, produsen keripik talas, bawang goreng dan produsen makaroni goreng.
Tim dosen dari IPM yaitu Muh. Agus Ferdian, STP, M.Si (Ketua), Gettik Andri Purwanti, S.Sos, M.E (Anggota) serta Tim dosen dari UNIRA Malang yaitu Dr. M.Yusuf Azwar Anas, S.E, M.M. (Anggota). Kolaborasi kedua Perguruan Tinggi Swasta ini memberikan solusi berupa pendampingan pengelolaan usaha dan pengolahan limbah berupa minyak jelantah yang bisa dijadikan produk berupa sabun transparan. Kegiatan PKM ini juga dihadiri oleh Ketua LPPM IPM yaitu Anisa Zairina, S.Si, M.Si dan melibatkan beberapa mahasiswa baik dari IPM maupun UNIRA Malang.
Pelaku usaha yang mengikuti kegiatan didominasi oleh Ibu-ibu yang memiliki semangat tinggi untuk membantu dalam menopang ekonomi keluarga. Seperti contohnya Juwariyah yang memiliki usaha produksi keripik talas. Usaha yang telah dirintis sejak 7 tahun silam telah dirasakan manfaatnya oleh Ibu dua anak ini. Berkat usahanya pula, anaknya bisa mengenyam pendidikan hingga lulus SMA. Juwariyah menjajakan produk keripik talas hingga memiliki 65 pelanggan baik toko kelontong maupun warung yang dikelola dengan baik.
Berdasarkan observasi terhadap kegiatan usaha dari Juwariyah yang tergolong cukup baik, namun beberapa catatan yang masih perlu perbaikan di antaranya pertama, Juwariyah yang merupakan single fighter atau one women show, artinya mulai dari belanja bahan baku, produksi dan pemasaran masih dikerjakan secara mandiri. Kedua, kemasan keripik talas yang masih konvensional berupa plastik kiloan dan belum memiliki merek. Ketiga, belum diterapkannya marketing digital yang bisa menarik konsumen dari luar daerah.
Hal yang sama juga dialami oleh Deviana, yang menjalankan usaha produksi bawang goreng baik bawang merah maupun bawang putih yang dilakukan sejak tahun 2013. Usaha yang dirintis adalah usaha keluarga yang menjual produk olahan bawang goreng di pasar Blimbing Malang. Sistem pemasaran lain tidak dilakukan misalnya menjual melalui online.
Berikutnya Sri sebagai ketua kelompok juga merupakan pelaku usaha yang baru merintis dalam satu tahun terakhir ini. Beliau menjual kopi dan gorengan di teras rumahnya. Sebagai seorang ibu rumah tangga dengan satu anak yang sedang kuliah, beliau juga perlu membantu kebutuhan keluarganya karena sang suami bekerja sebagai tenaga administrasi kampus. Selain menjual secara langsung di teras rumahnya, Sri telah menerapkan pemasaran melalui order whatsapp. Hal tersebut tergolong efektif karena konsumen tidak perlu datang langsung melainkan melalui servis layanan antar gratis.
Berdasarkan paparaan di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa ibu-ibu telah menjalankan usaha dengan baik dibuktikan dengan eksistensi mereka dalam mempertahankan usahanya, apalagi setelah mengalami terpaan pandemi yang banyak menyebabkan mayoritas pelaku usaha harus gulung tikar.
Namun, melihat spa yang diterapkan oleh ibu-ibu tersebut maka usahanya akan sangat sulit berkembang, karena spa yang dilakukan merupakan sebuah rutinitas sebagai pedagang bukan sebagai pengusaha. Oleh karena itu diperlukan solusi dengan memberikan pendampingan dalam menjalankan usahanya agar dapat menerapkan usaha dengan benar melalui manajemen bisnis atau usaha serta pendampingan dalam pengelolaan keuangan.
Kehadiran Tim pengabdian dari IPM dan UNIRA Malang memiliki tujuan mulia dalam memberikan pendampingan kepada pelaku usaha UMKM di wilayah Desa Wringinanom agar dapat mengembangkan usahanya, sehingga mereka mendapat manfaat berupa peningkatan produksi baik kuantitas maupun kualitas serta memperoleh peningkatan omset.
Dr. M.Yusuf Azwar Anas, S.E, M.M menyebutkan bahwa produk yang dihasilkan harus diterapkan kontrol quality yang baik, sehingga output yang dihasilkan adalah pembagian segmentasi target pasar. Kualitas atau grade utama dikhususkan untuk segmentasi menengah keatas dengan tampilan produk yang dikemas lebih baik untuk nilai jual yang lebih tinggi.
“Kelemahan lainnya yang tidak kalah penting adalah perekaman yang baik minimal dalam alur kas pengeluaran dan pemasukan, sehingga dapat dengan mudah diketahui bahwa usaha tersebut memperoleh margin keuntungan atau justru mengalami kerugian yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam evaluasi baik mingguan ataupun bulanan,” terang Gettik Andri Purwanti, S.Sos, M.E.
Aktivitas dari usaha yang dilakukan oleh ibu-ibu di Desa wringinanom tidak lepas dari penggunaan minyak goreng yang relatif banyak. Sehingga dari aktivitas mereka menghasilkan limbah berupa minyak jelantah. Minyak jelantah adalah minyak yang telah digunakan lebih dari dua atau tiga kali penggorengan, dan dikategorikan sebagai limbah karena dapat merusak lingkungan dan dapat menimbulkan sejumlah penyakit.
Selama ini minyak sisa dari produksi atau minyak jelantah yang mereka hasilkan hanya dibuang begitu saja atau bahkan justru dipakai untuk keperluan menggoreng di rumah. Apabila kegiatan tersebut dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit jika dikonsumsi.
Solusi yang dibawa oleh Tim Pengabdian adalah pemanfaatan bahan limbah minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan sabun transparan. Berdasarkan penelitian dari salah satu tim dosen, minyak jelantah perlu dilakukan treatment awal berupa pemurnian, bahan yang digunakan sebagai absorben adalah memanfaatkan limbah ampas kopi.
Selanjutnya minyak hasil pemurnian dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun transparan tentunya juga dengan kombinasi bahan-bahan yang lainnya diantaranya asam stearat, NaOH, gliserin dan lain-lain. Pada proses pelaksanaanya, kegiatan PKM ini juga dilakukan praktik langsung dengan alat reaktor skala 20 liter yang sekaligus dapat digunakan dalam pemurnian dan pembuatan sabun.
Menurut Muh. Agus Ferdian, STP, M.Si, sabun transparan dari bahan minyak jelantah dapat menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan. Hal ini karena sabun sudah melekat erat kaitannya dengan kebutuhan primer manusia. Sehingga permintaan akan sabun tidak akan berhenti utamanya untuk bahan personal care. Namun, segmen sabun transparan ini dapat ditargetkan untuk kebutuhan souvenir atau hotel. Sehingga nilainya bisa lebih tinggi, apalagi produk ini menjalankan pada kelestarian lingkungan.
“Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan melalui tahapan kegiatan survei dan wawancara, perancangan dan pembuatan serta implementasi alat. Keseluruhan kegiatan ini dapat diselesaikan selama 6 bulan mulai dari mei hingga oktober 2023. Program PKM berupa pendampingan manajemen usaha dan bantuan alat serta difusi produk berupa sabun transparan mampu memberikan dorongan peningkatan omset usaha guna pemulihan ekonomi terutama akibat adanya pandemi covid19,” terangnya.
“Setelah implementasi alat dalam pembuatan sabun transparan, secara keberlanjutan produk sabun transparan dapat menjadi produk baru yang memberikan pemasukan lain disamping pemasukan dari usaha yang sudah berjalan selama ini,” pungkasnya. (bua/adv)