MALANG POSCO MEDIA- Ini cerita dua karib. Dyon Felany dan Rizal Nugraha. Dua warga kreatif asal Malang ini kolaborasi custom dan melukis diecast. Hasilnya menembus pasar Amerika dan Eropa dan berbagai negara lain.
Dunia mainan diecast makin populer. Kian banyak penghobinya. Mereka melakukan kreasi pada diecastnya. Yakni diecast secara custom atau sesuai keinginan. Diecast merupakan istilah yang biasa digunakan untuk logam yang dilelehkan dan dicetak menjadi sebuah bentuk. Dalam hal ini, diecast berbentuk mobil berukuran mini. Biasanya Hotwheels, yang tenar sejak era 90-an.
Uniknya, kreasi diecast custom ini tidak hanya custom bentuknya saja. Tapi motif yang ada di tiap mainan diecastnya dilukis ulang dengan gambar sesuai keinginan customer.
Kreasi diecast custom ini dibuat oleh Dyon Felany bersama Rizal Nugraha. “Saya mulai hobi dan koleksi Hotwheels sejak tahun 2013. Terus tahun 2018 lalu sebenarnya saya mulai jualan. Cuma waktu itu masih jual biasa, baru tahun 2020 saya mulai custom,”cerita Dyon kepada Malang Posco Media.
Saat itu, custom diecast yang dilakukan Dyon masih sebatas custom yang dilakukan penghobi diecast kebanyakan. Yakni mengganti part atau bagian mobil mainannya dengan part baru sesuai permintaan. Entah mengganti roda mobilnya, mengubah mobil jadi ceper atau mengganti bagian lainnya.
“Pelan-pelan saya melengkapi keperluan untuk custom. Ya seperti beli bor, melengkapi oven ini dan beli kebutuhan lain. Waktu itu permintaan sudah banyak, kebanyakan malah luar negeri. Sebelumnya memang saya pernah ikut seminar dari eBay di Surabaya. Mulai itu saya makin semangat jualan ke luar negeri,” kenang warga Plaosan Timur ini.
Singkatnya, Dyon pun sukses berjualan custom diecast ke berbagai negara. Tidak hanya di benua Amerika, custom diecastnya ini juga merambah pasar Eropa.
“Pernah saya dapat customer itu agak rewel. Saya ingat yang paling rewel itu dari UK (Inggris, red). Sudah dibuatkan desain, lalu sudah deal harga, di tengah perjalanan ternyata minta tambahan custom ini itu. Ini kan sebenarnya sudah diluar ongkos. Tapi ya tidak apa-apa tetap saya kerjakan,” beber pria kelahiran tahun 1986 ini.
Berjalannya waktu, permintaan custom yang diterima Dyon pun makin sulit. Ada customer yang menginginkan mobil Hotwheelsnya bergambar desain yang diminta. Saat itulah Dyon pun kesulitan memenuhinya. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Rizal, salah satu artist lukis yang saling bertemu dalam kegiatan komunitas Hotwheels.
Dari pertemuan itu, karena sama-sama penggemar Hotwheels, keduanya pun merasa ada saling kecocokan. Bahkan, Dyon kemudian tahu kemampuan dan kehebatan Rizal dalam hal melukis.
“Dia itu satu dari sedikit artist atau pelukis yang bisa sebagus itu membuat lukisan ukuran kecil di Hotwheels. Mungkin di Indonesia ini tidak lebih dari lima orang. Dia mampu bikin coretan dan gambar dengan detail. Banyak pelukis lain yang saya tawarkan tapi memang tidak sanggup,” sebut alumnus D3 Arsitektur Universitas Brawijaya (UB) ini.
“Saya kenal Dyon ini baru kok mas. Baru lima bulan ini kami berdua kerjasama. Jadi saya yang lukis dan bikin konten, Dyon yang merakit dan finishing. Termasuk edit konten, karena kami juga bikin konten di sosmed,” tukas Rizal yang ditemui ketika melukis diecast custom di rumah Dyon.
Rizal merupakan salah satu artis lukis yang sangat aktif di Malang. Ia telah malang melintang melukis dan membuat mural di beberapa sudut Kota Malang. Seperti salah satunya adalah Kampung Biru Arema. Namun dia baru menekuni lukis Hotwheels pada 2016 lalu.
Melukis di media yang sangat kecil, tentu merupakan tantangan tersendiri baginya. Bukan hal yang mudah, Rizal mampu membuat desain gambar di mobil mainan dengan sangat realistik. Hanya dengan kuas dan cat khusus, ia bisa membuat berbagai macam desain sesuai permintaan customer.
“Pernah yang paling sulit itu saya gambar naga. Itu kan sangat detail, sudah saya upload juga di medsos bisa dilihat sendiri hasilnya. Ini saya pakai kuas saja ukuran kecil,” sebut pria kelahiran 1987 ini.
Sama dengan Dyon, hasil lukis diecast custom dari Rizal ini juga banyak peminatnya. Yakni dari berbagai berbagai negara. Namun ia memutuskan bekerjasama dengan Dyon. Tujuannya lebih mengembangkan diecast custom. Jatuh bangun pun sudah mereka berdua rasakan meski baru lima bulan ini bekerjasama.
Kini pasar untuk kreasi mereka berdua sudah cukup terbentuk. Perlahan tapi pasti pesanan demi pesanan berdatangan.
Dari sebuah diecast seharga Rp 25 ribu, mereka berdua meraih cuan besar dengan menjualnya sebesar 30 dolar. Atau setara Rp 450 ribu.
“Tapi kami berdua ini masih baru, istilahnya kami ini masih tebar pesona. Masih butuh dikembangkan terus,” kata Rizal.
Kedepan, Rizal mengaku bersama Dyon sudah berkomitmen mengembangkan kreasi uniknya. Mereka ingin ada regenerasi atau artis lukis baru seperti Rizal. Sebab, kemampuan seperti itu tidak banyak yang memilikinya.
“Kami berdua ingin ada yang bisa melukis seperti ini. Karena potensinya besar. Sementara ini saya tidak sanggup memenuhi permintaan kalau sendirian. Kalau ada lagi kan kedepan bisa mass production (produksi masal),” katanya.
“Apalagi saya selama ini tidak pakai alat bantu di mata, jadi tidak ada garansi mata terus sehat untuk melukis sekecil itu,” sambung lulusan SMK Widyakartika Karangploso ini. (ian nurmajidi umar/van)