MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Animo masyarakat terhadap Bantengan Nuswantara Trace Festival tinggi. Terbukti puluhan ribu warga dan wisatawan tumplek blek disepanjang Jalan Panglima Sudirman Kota Batu Minggu (4/8) sejak pagi hingga siang ini. Antusias masyarakat Kota Batu dan berbagai daerah terhadap kesenian rakyat ini sangat luar biasa. Pasalnya hampir setiap tahun digelar, Bantengan Nuswantara tetap menjadi daya tarik untuk ditonton. Terlebih ini merupakan tahun ke 16 even budaya Bantengan Nuswantara dihelat.
Ketua Bantengan Nuswantara, Agus Riyanto mengatakan bahwa Bantengan Nuswantara ke 16 ini bertujuan melestarikan budaya nuswantara. Total ada ribuan seniman bantengan dari ratusan kelompok Bantengan yang berpartisipasi didalamnya.
“Ada sekitar 200 kelompok Bantengan mengikuti event ini. Para seniman ini berasal dari Komunitas Bantengan se Jawa Timur. Mulai Surabaya, Ponorogo, Jombang, Blitar, Kediri, Malang Raya dan berbagai daerah lain,” ujar Agus Tubrun sapaan akrabnya kepada Malang Posco Media.
Menariknya lagi, Bantengan Nuswantara ke 16 ini tidak hanya diikuti berbagai daerah di Jawa Timur. Tapi juga diikuti sejumlah seniman internasional. Total ada delapan negara meliputi Malaysia, Jepang, India, Australia, Columbia, Amerika, New Zealand dan beberapa negara lain.
“Teman-teman seniman Bantengan Internasional ini sudah menjadi anggota Bantengan Nuswantara sejak Tahun 2009. Sehingga mereka selalu hadir ketika ada event Bantengan di salah satu negara itu. Begitu juga kami terus intens berkomunikasi dan bersilaturahmi sampai ke mancanegara,” bebernya.
Salah satu peserta dari Kelompok Bantengan Pecut Samandiman Blitar, Rafael Pito Wahyu hadir bersama 20 orang seniman Bantengan. Kehadiran meraka sebagai bentuk eksistensi dan juga silahturahmi para pelaku seni Bantengan dari berbagai daerah.
“Kehadiran kami jauh-jauh dari Blitar ke Kota Batu karena ingin bertemu para pencinta seni budaya, khususnya Bantengan. Karena para pelaku seni budaya Bandengan memiliki prinsip harus sama-sama bisa sengkuyung, guyub rukun dan membangun persaudaraan,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu, Arief As Siddiq mengatakan bahwa event Bantengan Nuswantara ini adalah sebuah bentuk event tradisi budaya di Kota Batu. Apalagi Bantengan merupakan salah satu kesenian warisan budaya tak benda di Kota Batu.
“Ini luar biasa pasalnya Bantengan tidak hanya menjadi warisan budaya tak benda yang diakui Kemendikbud-ristek RI. Tapi melalui event tahunan ini para pelaku seniman Bantengan Kota Batu mampu melestarikan kesenian mereka kepada anak cucu,” ungkapnya.
Dengan eksistensi Bantengan Nuswantara ini maka, Disparta Kota Batu akan terus mendukung, mengembangkan dan memfasilitasi berbagai kegiatan Bantengan. Apalagi selain Bantengan, Kuda Lumping atau Jaran Kepang juga sudah diakui menjadi aset dan warisan budaya tak benda di Kota Batu.
“Untuk itu kami akan terus berkomitmen mendukung penuh dan berkolaborasi agar kegiatan Bantengan Nuswantara ada setiap tahunnya. Sehingga mampu menjadikan Kota Batu sebagai Kota Wisata Budaya,” pungkasnya (adv/eri/jon)