MALANG POSCO MEDIA- Komnas HAM turun tangan. Salah satu aspek yang ditelusuri yakni penggunaan gas air mata dalam Tragedi Kanjuruhan. Psikolog dan pakar kimia menilai penggunaan gas air mata menghadapi suporter sebagai tindakan berlebihan.
“Kami akan lihat lebih dalam. Anatomi dalam stadion dan cerita saat di stadion. Kalau lihat kasat mata dari video, seandainya tidak ada gas air mata, mungkin tidak ada hiruk pikuk seperti ini. Kami sedang dalami juga karakter luka (korban) kejadian seperti apa. Nah dari situ apakah ada dugaan kekerasan,” jelas Komisioner Pemantauan/Penyelidikan Komnas HAM, Choirul Anam.
Lebih detail Komnas HAM juga ingin memastikan jatuhnya banyak korban dari sisi pintu tribun mana. Apakah lontaran gas air mata berpengaruh besar. “Itu jadi konsen kami (gas air mata). Yang jadi salah satu kunci untuk kami tanyakan ke teman-teman medis,” ungkapnya.
Choirul Anam memastikan tim yang turun ke Malang adalah tim besar. Menurutnya, tanpa harus menyebutkan jumlah, maka mereka yang terlibat langsung adalah tim yang biasa menangani kasus besar. “Tim lumayan besar, biasanya saya bawa tim besar seperti ini ketika ada kasus besar sekali. Tapi tidak perlu saya sebutkan jumlahnya,” katanya.
Ia mengatakan Komnas HAM siap mendalami apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, termasuk mengumpulkan fakta. Tujuannya membantu ungkap tragedi memilukan tersebut terang benderang.
“Kami turut bela sungkawa, secara lembaga dan institusi maupun personal. Dari kemarin saya sudah komunikasi dengan beberapa Aremania, kami juga komunikasi degan beberapa yang keluarganya meninggal,” jelas Choirul Anam.
Selain itu pihaknya koordinasi dengan Arema untuk bertemu pemain, berikutnya mendalami yang terjadi di Stadion Kanjuruhan.
Dia menilai Aremania sebagai pendukung Arema FC merupakan suporter terbaik di Indonesia. Untuk itu pihaknya akan melakukan penyelidikan secara objektif dalam tragedi yang menghentak tidak hanya di Indonesia saja, bahkan sampai ke penjuru dunia itu.
“Bagi komnas HAM peristiwa ini tidak boleh terulang kembali. Kami pun diminta sama teman-teman Aremania, bahwa peristiwa itu harus dilihat secara objektif. Kami akan telusuri. Bukan hanya gas air mata, kenapa hal itu bisa terjadi,” terang dia.
Pada kesempatan tersebut, Choirul Anam mengakui ada unsur dan indikasi kekerasan dalam tragedi itu. Bahkan hal ini tidak hanya dilihat Komnas HAM, tapi seluruh masyarakat di Indonesia. Sebab, banyak video juga sudah beredar luas. Oleh sebab itu, ia meminta agar semua pihak transparan dan pihaknya akan menelusuri objektivitasnya.
“Jadi kami minta semua pihak transparan, termasuk kepolisian, TNI dan semua yang terlibat dalam pertandingan itu. Beberapa informasi yang memiliki kedekatan pada satu fakta, kekerasan memang terjadi. Ada ditendang, kena kungfu di lapangan. Itu tidak hanya Komnas HAM, tapi semua bisa melihat,” tambahnya.
Penggunaan gas air mata saat Tragedi Kanjuruhan oleh petugas keamanan memang jadi sorotan. Menurut Psikolog Rr Nia Paramita M.Si., M.Psi, dari sudut pandang psikologi massa, khususnya massa supporter, penggunaan gas air mata dinilai berlebihan
Menurut dia, pengendalian massa supporter menggunakan gas air mata maka justru menimbulkan ketidakstabilan tubuh. Apalagi efek gas air ke tiap orang itu berbeda-beda. Ada yang merasakan efek luar biasa meski hanya terkena sedikit saja. Maka tidak bijak apabila gas air mata ditembakkan rata ke semua orang. Apalagi di kondisi malam hari yang lazimnya kondisi tubuh sudah mulai lelah.
Juga merujuk peraturan FIFA, Nia, sapaan akrab Rr Nia Paramita
mengimbau tidak perlu memakai gas air mata. Sebaiknya cukup dengan air saja.
Bagi Nia, gas air mata cocok untuk pengendalian massa seperti demonstran yang sudah brutal. Akan tetapi untuk kasus massa supporter sangatlah berbeda.
Sementara itu, dosen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang, Diana Chandra Dewi,S.Si M.Si mengungkapkan penggunaan gas air mata akan memberikan beberapa efek sekaligus bagi tubuh manusia.
“Namanya gas air mata, jadi efek yang paling sering muncul ketika terkena senyawa tersebut rasa pedih dan terbakar di mata,” ungkap Diana.
Gas air mata biasanya terdiri dari senyawa CS (2 klorobenzalmalononitril, C10H5ClN2), meskipun ada beberapa kombinasi yang biasanya digunakan, namun yang paling banyak ditemukan dalam gas air mata adalah senyawa CS atau 2- klorobenzalmalononitril.
Menurutnya penggunaan gas air mata dalam kondisi tertentu bisa saja memberikan dampak yang berbeda-beda, seperti kondisi dari tubuh maupun usia dari manusia.
“Kondisi tubuh dan faktor usia akan memberikan dampak yang berbeda. Seperti anak-anak, jika terkena gas air mata akan memiliki dampak yang lebih fatal, karena keadaan tubuh yang lebih rawan dibandingkan dengan orang dewasa,” ungkap dosen jurusan Kimia tersebut.
Senyawa kimia sejenis CS biasanya digunakan untuk melumpuhkan tubuh sesaat, tidak sampai memberikan efek yang mematikan. Adapun dampak yang dirasakan oleh tubuh manusia, semuanya tergantung konsentrasi yang diberikan serta lokasi dimana zat tersebut dilepaskan. Penggunaan senyawa CS di ruangan tertutup memungkinkan terjadi dampak yang berbahaya.
“Pada ruangan tertutup pada konsentrasi tertentu dapat berubah menjadi efek racun bagi tubuh manusia. Sehingga kejadian buruk yang dapat terjadi adalah kematian itu sendiri,” ungkap Diana.
Namun demikian dampak yang umumnya terjadi ketika terkena gas air mata di antaranya memberikan efek pedih ketika terkena mata, batuk, keluarnya lendir pada lubang hidung, dan memberikan efek kelumpuhan bagi tubuh.
“CS senyawa yang memberikan reaksi berupa rasa pedih dan terbakar pada mata, sehingga merangsang untuk mengeluarkan air mata. Selain itu efek yang terjadi juga sesak napas, ketika gas tersebut masuk ke paru-paru,” jelasnya.
Selain itu dia mengatakan, kemungkinan terjadinya kulit terbakar disebabkan oleh senyawa yang terkandung dalam gas air mata. Namun hal tersebut jarang ditemui, bisa saja terjadi bagi tubuh yang memiliki kulit sensitif.
“Salah satu kandungan yang terdapat dalam CS itu kan sulfur. Nah sulfur bisa memberikan efek burn atau terbakar,” lanjut dia.
Penanganan sederhana yang dapat dilakukan bagi yang terkena senyawa CS atau gas air mata dalam dosis yang rendah dapat dilakukan dengan cara cuci muka menggunakan air hingga bersih. Selain itu juga segera mungkin beralih ke ruangan yang lebih terbuka. (ley/ian/mp1/van)