MALANG POSCO MEDIA – Di sektor pertanian ada beragam hasil panen luar biasa. Mulai dari tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Serta hasil produk turunan (UMKM), khususnya dari hasil perkebunan yang dikembangkan masyarakatnya untuk naik kelas. Salah satunya adalah kopi.
Menjelajah Malang Barat, tepatnya di Kecamatan Ngantang ada banyak potensi produk UMKM. Salah satunya Kopi Selo Parang.
Kopi Selo Parang diproduksi Wong Tani Sumber Lancar. Tepatnya di Dusun Gagar RT 17 RW 07 Desa Tulungrejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang.
Meski berada jauh di pelosok desa, kopi yang diproduksi pasangan suami istri (pasutri) Siswanto dan Yeti Ratnaningsih ini berkualitas. Cita rasanya khas, wajib dicoba.
Di rumah sederhana milik Siswanto dan Yeti, pasutri ini memproduksi Kopi Selo Parang. Mulai dari hulu hingga hilir. Kopi Selo Parang memiliki beberapa varian. Mulai dari kopi robusta, kopi robusta fermentasi, kopi lanang, kopi arabica dan kopi excelso.
Saat ini banyak petani kopi berlomba-lomba menanam dan merawat kopi terbaiknya. Tak hanya petani, hampir tiap sudut jalan hingga gang sempit ada tempat, warung atau kafe menyediakan berbagai jenis kopi. Bisa dikatakan kopi adalah emas hitam.
“Kami memulai usaha kopi sejak tahun 2019 lalu. Belum cukup lama. Kami belajar memproduksi kopi mulai dari tanam sendiri, panen sendiri, olah sendiri dan packing sendiri,” cerita Siswanto kepada Malang Posco Media.
Ketika membangun usaha mikro, pasutri Siswanto dan Yeti Ratnaningsih menghadapi banyak tantangan. Tak semudah membalikkan telapak tangan. Sempat jatuh bangun atau gagal terpuruk karena terkendala modal.
Apalagi Sis sapaan akrab Siswanto mulanya seorang buruh serabutan. Penghasilannya tak menentu. Mirisnya lagi, Sis terlilit utang pinjaman online (pinjol). Keterpurukan memaksa dirinya memiliki tekat dan lebih kreatif sehingga bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.
Saat memulai usaha ia harus terseok-seok. Dia bahkan mendapatkan penolakan ketika memasarkan kopi produksinya ke beberapa tempat.
Bahkan saat mengawali usaha, Sis tersapu gelombang Pandemi Covid-19. Tapi itu bukanlah penghalang, sebaliknya justru jadi penyemangat Sis.
“Dua tahun berjalan kami harus jatuh bangun. Kami kekurangan modal dan sulit berkembang. Bahkan hutang pinjol. Hingga akhirnya pada tahun 2021 kami berhasil berkembang karena mendapatkan bantuan modal usaha, pembinaan dan bantuan pemasaran dari PJT 1,” kenangnya.
Sis selalu teringat perhatian PJT 1 melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Kopi Selo Parang menjadi salah satu UMKM binaan PJT I. Tak sekadar binaan, tapi juga mendapatkan permodalan dan bisa berkembang sampai saat ini.
Dari program TJSL, asa pun muncul. Sis yang menanam kopi di lahan yang disewa dari Perhutani seluas 2 hektare makin menjanjikan. Dalam setahun kebun yang dia garap menghasilkan 12 ton biji kopi.
Disisi lain, produksi kopi miliknya berkembang. Mulai dari banyaknya tamu yang datang hingga permintaan semakin meningkat berkat pemasaran secara online. Bahkan permintaan berasal dari Malang Raya, Pasuruan, Surabaya, Probolinggo, dan wilayah Jawa Timur lainnya.
Sis menguraikan kopi hasil produksinya dijual dengan harga Rp 12 ribu sampai Rp 115 ribu. Harga tersebut mengacu dari segmen pasar yang dupilih. Yakni bawah dan menengah.
“Sekarang berkat kemauan, kesabaran dan konsisten serta bantuan dari PJT 1 perekonomian kami mulai membaik. Bahkan omzet yang kami dapat sebulan mencapai Rp 12 juta, baik dari penjualan produk kopi hingga jasa roasting atau penggilingan kopi yang kami miliki,” terangnya.
Kini Sis berharap kolaborasi dengan PJT I bisa untuk mengenalkan kopi asal Desa Tulungrejo Kecamatan Ngantang ke kancah nasional hingga internasional semakin digencarkan. Sehingga mampu memunculkan ikon kopi asli dari Kecamatan Ngantang.
“Kami harap PJT I bisa membina UMKM lewat program bantuan permodalan, pembinaan maupun pemasaran. Dengan begitu nanti bisa mewujudkan visi misi produk UMKM kopi atau yang lainnya asal Desa Tulungrejo, Ngantang yang mendunia,” harapnya.
Untuk diketahui nama Kopi Selo Parang memiliki filosofi yang cukup unik. Nama Selo Parang diambil dari nama lokasi kebun kopi Sis. Selo berarti batu, sedangkan Parang artinya tebing. Atau bisa diartikan kopi yang ditanamnya berada di tebing bebatuan.
Direktur Operasional PJT I, Ir Milfan Rantawi mengatakan sektor UMKM memiliki prospek yang cerah ke depannya. Untuk itu BUMN wajib hadir dan berkomitmen mensejahterakan masyarakat melalui program-programnya, salah satunya yaitu TJSL.
“Kami ingin hadir dan bersinggungan langsung dengan masyarakat, terpenting bagaimana BUMN bisa berkontribusi membangun ekonomi berkelanjutan serta membantu kebangkitan UMKM binaan setelah pandemi Covid-19 agar semakin hebat,” ungkapnya.
Komitmen itu merupakan wujud keseriusan PJT I menjalankan arahan Menteri BUMN Erick Thohir agar bisa berperan aktif menjadi motor pemulihan ekonomi nasional. Sehingga bisa memperkuat dan meningkatan daya saing UMKM dan mendorong UMKM naik kelas.
“Untuk mendorong UMKM naik kelas, PJT 1 akan melakukan pendampingan secara berkelanjutan kepada UMKM binaan kami,” katanya.
“Serta mewadahi pelaku usaha dalam (modernisasi.red) melalui Pasar Digital (PaDi) UMKM yang merupakan platform yang diinisiasi oleh Kementerian BUMN. Melalui PaDi UMKM fungsinya mempertemukan BUMN dengan UMKM dengan tujuan untuk mengoptimalkan efisiensi belanja BUMN pada UMKM,” pungkas Ir Milfan Rantawi. (kerisdianto/van)