Oleh : Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M,Si
MALANG POSCO MEDIA – Pergantian tahun baru Islam 1444 H menjadi momen penting bagi umat Muslim. Menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk selalu bersyukur dan memulai lembaran baru dengan berbagai amalan ibadah.
Perayaan tahun baru Islam 1444 H bukanlah hanya sekedar pergantian waktu dengan merakannya, tanpa ada makna atau hikmah yang bisa diambil. Dari satu tahun yang sudah dilalui, tentunya umat Muslim melewat berbagai peristiwa dalam kehidupan.
Pergantian Tahun Baru Islam kali ini harus tetap disambut dengan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan, walaupun pandemic Covid-19 belum selesai. Rasa syukur tersebut bisa membuat umat Muslim lebih banyak bertafakur.
Dengan begitu, umat Muslim bisa merenungi perubahan yang ada pada diri sendiri dan berdoa meminta hidayah untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Selain itu, umat Muslim juga bisa bersyukur telah berpegang teguh pada Islam yang membawa ketidaktahuan menjadi tahu dan dari kurang iman menjadi beriman.
Sisi lain, tahun baru ini harus menjadi momentum untuk memberbaiki kualitas diri, baik dari ibadah hingga hubungan dengan sesama makhluk di bumi. Dalam perkara ibadah, umat Muslim dapat memperbaiki diri. Jika salat lima waktu sebelumnya masih lalai, maka di tahun baru ini harus diperbaiki.
Allah SWT berfirman dalam surat Fatir ayat 37 yang artinya: “Dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan apakah tidak datang kepada kamu pemberi peringatan?”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap manusia diberikan umur panjang seharusnya digunakan untuk berpikir mengenai hal yang sudah diperbuat di masa lalu. Dengan kata lain, setiap orang haruslah merenungi perbuatannya terhadap makhluk lainnya.
Sesungguhnya, momen Tahun Baru Islam ini mengingatkan umat Muslim bahwa masa hidup di dunia semakin berkurang. Imam Hasan Al-Basri menjelaskan hakikat waktu yang berbunyi. ”Wahai anak Adam, sesungguhnya Anda bagian dari hari, apabila satu hari berlalu, maka berlalu pulalah sebagian hidupmu.”
Statement tersebut, seharusnya dapat dijadikan pelajaran, bahwa pergantian tahun perlu dimanfaatkan untuk bermuhasabah. Allah SWT juga berfirman dalam QS. 59: 18, mengenai hakikat waktu manusia di bumi, yang artinya sebagai berikut.
”Wahai orang-orang beriman bertakwalah kalian kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah disiapkan untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kalian kerjakan.”
Ayat tersebut mengingatkan kepada umat Islam untuk selalu melaksanakan ibadah dan menyiapkan amalan baik semasa hidupnya. Dalam suatu hadist, Rasulullah SAW juga menjelaskan hakikat waktu umat manusia seperti berikut.
”Tidaklah melangkah kaki seorang anak Adam di hari kiamat sebelum ditanyakan kepadanya empat perkara: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dihabiskan, dan tentang ilmunya untuk apa dimanfaatkan.” (HR Tirmidzi).
Rasulullah Hijrah
Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 H. Momentum 1 Muharram sarat dengan kesakralan perjalanan hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke kota Madinah. Ini adalah saatnya kita mengulik kembali beberapa hikmah dari perjalanan hijrah Rasulullah SAW.
Wacana untuk melakukan hijrah sebenarnya sudah berlangsung beberapa lama sebelum Rasulullah SAW benar-benar melaksanakan perjalanan hijrah. Namun, beliau masih belum melakukannya. Pasalnya, beliau juga belum mendapatkan perintah langsung dari Allah SWT untuk melakukan hijrah.
Sebagai seorang rasul dan nabi, Rasulullah SAW tidak pernah mengambil keputusan besar sebelum mendapatkan izin dari Allah SWT. Suatu hari, ia akhirnya bersiap-siap dan meminta orang-orang terdekatnya untuk berkoordinasi terkait hal tersebut. Sayyidah Aisyah r.a pun bertanya, apakah Allah sudah memberikan keputusan tentang hal ini? Rasulullah kemudian menjawab, “Na’am” (Iya).
Kita perlu introspeksi, berapa banyak keputusan besar dalam hidup yang kita ambil dengan berkonsultasi kepada Allah. Berapa banyak sholat istikharah yang telah kita lakukan sebelum melakukan perubahan besar dalam hidup. Nah, di tahun baru ini, mari kita rutinkan lagi kebiasaan untuk meminta petunjuk, izin, dan keputusan dari Allah SWT, mulai dari keputusan yang besar, sampai keputusan yang kecil sekalipun.
Sesampainya di Yatsrib, Rasulullah SAW kemudian mengubah nama kota Yatsrib, yang artinya cenderung dekat dengan makna kerusakan, dan sebagai cercaan, menjadi nama baru “Madinah al-Munawwarah” yang artinya “Kota Baru yang Bersinar.”
Selain itu, Madinah juga mengandung arti sebagai “peradaban” atau sebagai “suatu kehidupan yang teratur.” Momentum tiba di Madinah ini juga akhirnya diakui Khalifah Umar bin Khattab r.a. sebagai awal dari Tahun Hijriyah, ketika beliau menjadi pemimpin peradaban Islam ketika itu. Alasannya, beliau menganggap momentum pindah ke Madinah itulah saatnya umat Islam membentuk suatu wilayah otonomi yang berkedaulatan.
Mari kita mengambil momentum 1 hijriyah sebagai awal dari kehidupan baru. Setelah melakukan hijrah dalam hal apapun dengan identitas baru, tidak perlu lagi memikirkan tentang kesalahan atau kelalaian di masa lalu. Sudah saatnya untuk terus berjalan dan teguh memegang identitas baru “Time to turn a new leaf.”
Hijrah sendiri diartikan sebagai perjuangan meninggalkan hal-hal buruk ke arah yang lebih baik. Dan, kini peristiwa hijrah diartikan sebagai pembelajaran nilai kebaikan untuk diri sendiri. Seperti berani meninggalkan sesuatu yang buruk yang merugikan diri sendiri dan beralih pada sesuatu yang baik.
Perjuangan Besar
Kaum yang berhijrah (Muhajirin) sungguh-sungguh telah melakukan suatu perjuangan besar. Mereka rela meninggalkan tanah kelahiran, keluarga, harta benda, dan segala kepentingan duniawi lainnya. Perjuangannya adalah membangun ekosistem baru yang lebih kondusif bagi perkembangan Islam.
Allah menjanjikan kebaikan yang besar kepada mereka. Dalam pengertian yang lebih luas, hijrah tidak hanya berkaitan dengan peristiwa historis tertentu, tetapi juga semangat memperbaiki diri. Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Tidak ada lagi hijrah sesudah pembukaan Kota Makkah, tetapi yang ada jihad dan niat tulus.
Oleh karena itu, peringatan 1 Muharram tahun baru Hijriyah seyogyanya menjadi momentum perubahan agar diri dan masyarakat Muslim menjadi lebih baik. Bentuk perayaan 1 Muharram bisa macam-macam, sesuai dengan rona budaya setempat. Hanya titik tolaknya tidak boleh bertentangan dengan ajaran Islam. Jangan sampai momentum tahun baru Hijriyah diwarnai perbuatan-perbuatan yang condong pada kemusyrikan atau takhayul. (*)