.
Friday, December 13, 2024

Kota Malang Makin Inklusif dengan Inovasi Pembelajaran Diferensiasi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media, Malang – Pengembangan inovasi untuk mewujudkan pelayanan publik yang optimal dan inklusif saat ini menjadi sebuah keharusan. Kali ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang melalui SMP Negeri 2 Kota Malang mengembangkan sebuah terobosan pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus dengan mengusung nama Sinau Mandiri Bersama Anak Satwimaba Istimewa (SIMBA ASIA).

 Hal serupa juga dilakukan SMP Negeri 13 Kota Malang yang memberi atensi khusus bagi siswa istimewa dengan mengembangkan metode pembelajaran bertajuk Layanan Siswa Istimewa Galas Berwirausaha (NASI TIGA BERAS).

Kedua inovasi pembelajaran ini merupakan jawaban atas kebutuhan pembelajaran diferensiasi bagi siswa istimewa. Penerapan kedua metode tersebut berkiblat pada kurikulum nasional yakni Merdeka Belajar yang diharapkan bisa melayani anak spesial sehingga bisa tumbuh secara optimal. Bisa dikatakan SIMBA ASIA dan NASI TIGA BERAS dengan semangat pendidikan inklusifnya menjadi sebuah implementasi Merdeka Belajar yang lahir untuk menciptakan pembelajaran berkualitas dengan disesuaikan kebutuhan dan kondisi siswa.

Kepala SMPN 2 Kota Malang Riatiningsih, S.Pd, MM menuturkan bahwa inovasi SIMBA ASIA mulai diterapkan sejak tahun 2023. Diungkapkannya, setelah melakukan asesmen terhadap peserta didik yang hasilnya teridentifikasi 17 anak istimewa yang membutuhkan pendampingan khusus. Siswa istimewa ini memiliki kebutuhan yang berbeda-beda karena terdiagnoasa tunagrahita, slow learner, gangguan belajar spesifik, intellectual disability, dan underachiever. Akibatnya, siswa ini mengalami hambatan akademis dan mental sehingga belum bisa mandiri dan belum memiliki keterampilan hidup.

Inovasi SIMBA ASIA ini hadir untuk memfasilitasi dan mengoptimalkan potensi siswa istimewa melalui pembelajaran berdiferensiasi dan bermakna untuk menjadi pribadi mandiri. Ria menerangkan, dalam inovasi SIMBA ASIA ada dua pendekatan yang digunakan, yakni pembekalan kemandirian dan adanya Sahabat Siswa. Dalam pembekalan kemandirian, siswa diberi pelatihan melakukan kegiatan yang bagi orang normal merupakan sebuah hal sederhana namun sulit dilakukan bagi mereka yang berkebutuhan khusus seperti memasang kancing, menjahit sederhana, menggoreng telur, bahkan menyeterika. “Jadi kita latih hal-hal sederhana agar mereka bisa lebih mandiri, ya kegiatan yang sehari-hari kita lakukan,” lugasnya.

Melalui SIMBA ASIA, SMPN 2 Kota Malang juga melibatkan peserta didik lain untuk berempati kepada rekannya yang berkebutuhan khusus dengan menjadi Sahabat Siswa. Mereka direkrut tanpa diberi tahu siapa teman-teman spesialnya. “Sahabat Siswa ini memberikan pendampingan sebaya untuk membantu fasilitasi kemampuan adaptasi dan sosial. Mereka mendampingi teman-temannya yang biasanya menyendiri, malu, atau sering di-bully. Karena anak-anak spesial itu biasanya sifatnya seperti itu,” terang Ria lebih lanjut.

Dia menyebutkan  secara garis besar tidak ada perbedaan materi pembelajaran yang diberikan pada siswa inklusi dan reguler. Namun demikian, tenaga pendidik siap memberikan diferensiasi pembelajaran. Dalam SIMBA ASIA diterapkan prinsip 4P (Penyesuaian, Penyederhanaan, Penghilangan, dan Penggantian). “Tujuan pembelajaran yang diberikan sama, namun cara penyampaiannya berbeda, juga penilaiannya kita bedakan, dan tentunya kami beri pendampingan lebih,” sambungnya.

Dalam penerapannya, awalnya pihak sekolah mengalami kendala terutama untuk memberi pemahaman kepada para orang tua siswa, karena ada sebagian yang tidak menerima anaknya termasuk istimewa. Pihak sekolah pun terus memberi pengertian sehingga kini dukungan terus mengalir dari orang tua untuk pelaksanaan program tersebut. Alhasil, pascapenerapan SIMBA ASIA di SMPN 2, 82 persen siswa istimewa mampu mencapai rata-rata nilai akademik >80, padahal sebelumya hanya 20 persen siswa yang mencapai kriteria tersebut. Selain itu, sebelumnya hanya 15% guru yang mampu menerapkan pembelajaran diferensiasi, kini naik drastis menjadi 73 persen.

Sedangkan tentang inovasi NASI TIGA BERAS, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum & Guru BK SMPN 13 Kota Malang Sinthian Susan, M.P mengungkapkan gagasan ini sudah muncul sejak tahun 2022. NASI TIGA BERAS merupakan sebuah inovasi pembelajaran kontekstual dan kewirausahaan bagi siswa istimewa. Tak hanya memberikan materi yang dikaitkan dengan situasi kewirausahaan, namun juga melatih siswa untuk menghasilkan produk. Sebagai contoh, sekolah memberikan keterampilan membuat telur asin juga beternak ayam ras. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri para siswa inklusi bahwa mereka juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi diri.

“Bagaimanapun keadaannya, pasti mereka punya potensi di bidangnya. Mereka berhak mendapat pendidikan tanpa perbedaan. Berbekal asesmen diagnostik non-kognitif berupa tes psikologi serta identifikasi bakat dan minat terhadap siswa inklusi, kami ciptakan program pelayanan NASI TIGA BERAS yang bertujuan menggali potensi kemampuan wirausaha siswa inklusi. Harapannya keistimewaan mereka tidak menjadi hambatan untuk lebih inovatif dan makin peraya diri, khususnya dalam berwirausaha,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Disdikbud Kota Malang Suwarjana, SE, MM menyampaikan bahwa tidak bisa dipungkiri saat ini memang banyak siswa istimewa yang menuntut ilmu di sekolah reguler. Pihaknya pun berkomitmen untuk tetap memberikan pelayanan kepada semua siswa tanpa membedakan kondisinya di tengah keterbatasan guru pendamping khusus (GPK). Karenanya dibutuhkan kreativitas dari pihak sekolah dan guru agar siswa istimewa juga dapat terlayani dalam proses belajar. Suwarjana menyebut bahwa SIMBA ASIA dan NASI TIGA BERAS sejatinya merupakan hasil replikasi inovasi Belajar Menarik Bersama Siswa Istimewa (Jarik Ma’Siti) SMP Negeri 10 Kota Malang yang mendapatkan penghargaan Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Klaster Pemerintah Kota Tahun 2023 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB).

“(Siswa istimewa) Tidak bisa kami tolak, jadi harus tetap kami terima dan ajari. Padahal GPK tidak ada, karena kebanyakan GPK latar belakangnya malah bukan S1 Pendidikan, tetapi Psikologi. Jadi kami tetap melayani anak berkebutuhan khusus tanpa adanya GPK, dan alhamdulilah teman-teman guru di Kota Malang ini kerjanya luar biasa. Mereka pun bisa berinovasi dengan memberikan pembelajaran diferensiasi, seperti Jarik Ma’Siti, SIMBA ASIA, dan NASI TIGA BERAS ini,” pungkasnya mengapresiasi.

Dukungan penuh diutarakan oleh Penjabat (Pj.) Wali Kota Malang Dr. Ir. Wahyu Hidayat, MM atas beragam inovasi yang dikembangkan sekolah dalam memfasilitasi siswa istimewa untuk dapat mengenyam pendidikan layak dan setara. “Harapan saya inovasi ini juga bisa dikembangkan dan mendapatkan apresiasi. Tidak hanya itu, saya berharap juga bagi para siswa istimewa ini mendapatkan pelayanan dan mempunyai tingkat pendidikan dengan kualitas yang sama dengan siswa reguler. Ini juga dalam mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045 mendatang,” harapnya.

Menjadi sebuah kebanggan pula karena Inovasi SIMBA ASIA dan NASI TIGA BERAS ini juga mengantarkan Pemkot Malang mendapat apresiasi dari KemenPANRB. Melalui Pemantauan Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi (PKRI) Pelayanan Publik Tahun 2024, keduanya masuk 5 Terbaik Inovasi Kelompok Replikasi Inovasi Kluster Kota yang diumumkan tanggal 29 Juli 2024 kemarin. Untuk diketahui pula, bahwa ada dua inovasi lain yang juga diajukan dalam PKRI dan mengikuti tahap presentasi dan wawancara, yakni Belajar Menyenangkan Bersama Siswa Spesial (Benang Mass) dari SMPN 3 Kota Malang dan Spenturo Ramah Inklusi (Serasi) dari SMPN 20 Kota Malang.

Layanan publik yang inklusif seperti SIMBA ASIA bukanlah yang pertama di Kota Malang. Bisa dikatakan ini sudah menjadi proses bisnis tetap dan bentuk komitmen Pemkot Malang dalam mewujudkan ekosistem inklusif secara berkelanjutan melalui berbagai inovasi pelayanan publik, seperti Belajar Menarik Bersama Siswa Istimewa (Jarik Ma’Siti), BREXIT (Braille Eticket and Extraordinary Access for Visual Dissabilities), layanan pojok braille perpustakaan, dokumen kependudukan braille, bahkan layanan inklusi braille (Libra) untuk berbagai perizinan. (aim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img