MALANG POSCO MEDIA – Gempa bermagnitudo sangat besar melanda Kota Malang. Akibat gempa tersebut terjadi sejumlah tanah longsor, pohon tumbang, kendaraan saling bertabrakan, hingga bangunan hancur. Ditambah cuaca buruk hujan deras cukup lama, juga membuat sejumlah lokasi banjir dan diperkirakan menimbulkan banyak korban. Tim tangap bencana langsung cepat bertindak.
Peristiwa bencana itu bukan kejadian sebenarnya. Itu hanyalah simulasi. Namun menunjukkan sigapnya tim tanggap bencana bertindak.
Tim tanggap bencana itu lintas sektor. Mulai dari BPBD, TNI, Polri, PSC 119, DLH, PMI, hingga Tim SAR. Mereka cepat melakukan penanggulangan bencana sesuai tugas masing-masing. Tim dari PSC 119 Dinkes Kota Malang dan PMI Kota Malang langsung mengevakuasi korban yang tertimpa pohon tumbang, tertimpa bangunan maupun yang terkena tanah longsor.
Sementara tim dari BPBD dan DLH mengevakuasi pohon yang tumbang.
Sedangkan Tim SAR dan TNI Polri langsung terjun mencari korban. Termasuk yang terjebak di reruntuhan bangunan.
Penanganan dan penanggulangan bencana itu disimulasikan dengan baik oleh masing- masing tim saat Apel Siaga Bencana yang digelar BPBD Kota Malang, di Balai Kota Malang, Rabu (13/11) kemarin.
“Bencana Hidrometeorologi sering kita hadapi di wilayah Kota Malang. Di sini BPBD menjadi koordinator supaya semua jajaran perangkat daerah, instansi, relawan, merefresh kesiapsiagaannya. Jadi kami mempersiapkan diri secara terkoordinir, rapi, sinergi, sehingga bencana sekecil apapun, sebesar apapun, kami siap menghadapi dan sejak awal mitigasi kami lakukan,” terang Sekda Kota Malang Erik Setyo Santoso yang memimpin Apel Siaga Bencana tersebut.
Disebutkan Erik, bencana Hidrometeorologi yang sering dihadapi di Kota Malang, juga termasuk di antaranya adalah banjir. Ada banjir kala ulang yang terjadi secara periodik tiap sekitar 25 tahun hingga 100 tahun yang membuat debit air naik cukup tinggi. Tingginya debit air ini membuat volume air sungai meluber hingga membanjiri kawasan pemukiman.
Skenario bencana banjir seperti itu, dikatakan Erik juga perlu diantisipasi dan menjadi salah satu kewaspadaan tersendiri.
“Kawasan hunian pasti ada orang-orang yang bisa jadi ada lansia, disabilitas, anak- anak, ibu hamil nah semua harus kami siap siagakan. Bagaimana kami mengevakuasi, bagaimana bisa meminimalkan korban, baik korban material, maupun korban jiwa. Termasuk pula penanganan pasca bencana nantinya,” tambah Erik.
Kemudian yang juga paling sering dihadapi di Kota Malang yakni bencana pohon tumbang. Sebagai salah satu kota yang konsen terhadap penghijauan, cukup banyak pohon besar di Kota Malang yang usianya puluhan hingga ratusan tahun. Sehingga kondisinya bisa saja rawan roboh dan menimpa warga yang tengah beraktivitas.
“Aksesibilitas dan mobilitas transportasi warga Kota Malang tinggi sekali. Sehingga kalau ada pohon tumbang yang melintang di jalan, pasti kemacetan bisa sampai ratusan meter atau bahkan kilometer. Ini harus segera ditangani. Pohon tersebut bisa segera ditangani sehingga arus lalin bisa lancar. Apalagi jika pohon tumbang mengenai pengguna jalan yang lewat, tentu di sini variabilitas dalam penanganan akan semakin kompleks,” tegasnya.
Oleh karenanya, untuk menanggulangi bencana, BPBD tidak bisa sendirian melakukannya. Pihaknya pun melibatkan lintas sektor, baik TNI, Polri, PSC 119, DLH, PMI, Tim SAR maupun relawan lainnya. Sementara untuk sarana prasarana pendukung seperti peralatan penunjang penanggulangan bencana, Erik juga telah meninjau kesiapannya. Ia menilai sarana prasarana dan kelengkapan untuk penanggulangan bencana ini sudah cukup lengkap.
“Semuanya siap, malah ada yang baru datang dan belum sempat dibuka. Ini segera kami buka dan distribusikan sehingga semua wilayah punya alat yang memadai dalam penanganan bencana,” beber dia.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kota Malang Prayitno menambahkan, alokasi menyiapkan sarana prasarana dan peralatan selalu mengalami peningkatan. Sejumlah sarpras yang bertambah seperti chainsaw, perahu karet, maupun perahu LCR (Landing Craft Rubber Boat) bantuan dari Provinsi Jawa Timur.
“Jadi secara umum peralatan kami, mulai yang ada di kami maupun yang ada di tingkat kecamatan, ini siap semua,” tegas Prayitno.
Sementara dari kesiapan SDM, Prayitno juga menyebut pihaknya sudah membentuk tim reaksi cepat (TRC) baru berisi 40 orang yang unsurnya dari lintas sektor. Yakni dari Dinkes, DLH, Dinsos, TNI, Polri yang dilatih dengan reaksi cepat kebencanaan. Tidak hanya sekadar cepat, tapi juga bisa melakukan asesmen.
Dengan tambahan TRC baru ini, beragam bentuk bencana Hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor yang sering terjadi di Kota Malang bisa ditanggulangi secara lebih cepat.
“Mereka sudah kami latih selama tiga hari bersama dengan BNPB RI. Insya Allah kemampuan mereka sudah standar TRC,” tutup Prayitno. (ian/van)