Sebagai kota wisata, tentu tidak bisa lepas dari yang namanya oleh-oleh. Untuk itu, di Kota Malang memiliki berbagai macam jenis oleh-oleh. Satu di antaranya adalah keripik tempe Sanan yang kini bangkit lagi pascapandemi Covid. Produk usaha dari Kampung Sanan ini sudah normal lagi, mulai banyak pesanan untuk toko oleh-oleh.
“Oleh-oleh khas Kota Malang memang keripik tempe, sekarang mulai bangkit lagi, mulai ada pemesanan dan penjualan lagi, sudah mulai normal lagi setelah pandemi Covid,” ungkap Ferdi (30), pengusaha keripik di Kampung Sanan saat ditemui Malang Posco Media di rumah sekaligus toko miliknya.
Selain keripik tempe, Ferdi juga memproduksi makaroni dan kerepik kentang, dengan merek Mayla Jaya. Lantaran posisi usahanya masuk dalam gang, hasil produksinya lebih banyak dititipkan ke toko oleh-oleh dengan sistem konsinyasi. Produksinya berdasarkan pesanan dari pihak penjual atau distributor.
“Alhamdulillah, covid sudah selesai, lambat laun, mulai ada peningkatan produksi, mulai normal lagi. Kalau rata-rata produksi satu hari hampir 75 kilogram keripik tempe yang sudah jadi. Kalau dalam satu minggu, bisa produksi terus, dengan libur sehari atau dua hari itu sudah bagus,” terang Mohammad Wicaksono (50), pengusaha keripik tempe merek Melati di Kampung Sanan.
Sementara saat pandemi covid, produksi satu bulan terkadang hanya satu kali. Kondisi itu menjadi duka para pengusaha keripik tempe sanan. Menyusul saat itu memang tidak ada aktivitas wisata, sehingga pusat oleh-oleh tak ada permintaan produksi keripik tempe. Bahkan keripik tempe yang sudah tidak laku, ditarik untuk bahan bakar.
“Sekarang sudah normal, kita hanya produksi keripik tempe. Ada kerjasama dengan distributor, dan kita sudah punya pangsa pasar sendiri-sendiri, rezeki gak bakalan tertukar,” yakin Wicaksono mengaku pembeli sekarang sudah tidak banyak yang masuk gang lantaran di depan Kampung Sanan atau di pinggir jalan raya sudah ada toko oleh-oleh.
Rata-rata pengrajin keripik tempe di dalam kampung Sanan, menitipkan hasil produksinya di toko oleh-oleh yang tersebar di Malang Raya dan juga pesanan luar kota. Bahkan juga dijual toko-toko kecil yang bukan pusat oleh-oleh, harapannya keripik tempe bukan sekadar sebagai oleh-oleh, melainkan juga makanan ringan yang bisa dikonsumsi setiap hari.
“Kebetulan saya tidak hanya fokus kepada oleh-oleh, karena ada pelanggan yang bukan hari libur tetap beli keripik tempe setiap hari. Kita titipkan di toko kecil itu bukan oleh-oleh, tapi sebagai makanan ringan, buat jajan. Ya kalau itu lancar, bisa produksi tiap hari,” terang Ibrahim (56) pengusaha keripik tempe dengan merek Elang Jawa di Kampung Sanan.
Rata-rata produksinya 20 kilogram per hari, Elang Jawa sudah bekerjasama dengan oleh-oleh Malang Strudel. “Suka duka sebagai pengusaha, ya kalau semua jualannya itu laris ya suka, kalau gak laku itu yang gak suka, apalagi saat covid, setengah mati, tapi kita kuat bertahan sampai sekarang, alhamdulillah ada progessnya,” sambungnya. (bua)