MALANG POSCO MEDIA – Wajah baru Kayutangan Kota Malang yang hampir mirip Malioboro tersebut kini menarik perhatian masyarakat. Menjelang sore hari atau saat weekend kawasan ini pun dipadati pengunjung, alhasil berbagai sumber perputaran uang lainnya seperti kuliner di juga ikut ramai pengunjung.
Salah satu pusat kuliner yang ramai pengunjung adalah Pujasera Kajoetangan. Di sini pengunjung bisa mendapati berbagai hidangan legendaris Kota Malang seperti bakso dan sego sambel malangan.
Marketing Pujasera Kajoetangan, Anthony menjelaskan tempat makan ini mengusung konsep kuliner legendaris asli Malang. Dari stand kuliner yang ada saat ini, mereka harus melewati proses seleksi yang ketat dan makanan wajib mempunyai cita rasa khas.
“Dapat dikatakan legendaris apabila kuliner tersebut sudah eksis selama lebih dari 10 tahun. Menunya juga sudah diuji secara rasa oleh tiga orang dari tim kami yang ahli dalam bidang kuliner. Sedangkan kuliner baru berdiri bisa masuk kesini dengan syarat minimal eksis selama satu tahun dan memiliki penjualan serta rating tinggi di platform online,” ujar Anthony.
Menu legendaris yang disajikan antara lain baksoku, kuliner khas Malang yang berdiri sejak tahun 90an. Kemudian ada juga sego sambel malangan yang telah merajai penjualan tertinggi di Jawa Timur melalui online. Serta terdapat pula sego tempong khas Banyuwangi, angsle ronde klenteng, stmj dan nasi kulit syurga.
Selain rasa, tenant yang ada disini juga harus memiliki prestasi agar wisatawan asing yang berkunjung kesini dapat merasakan sajian khas Malang dengan kualitas tinggi. Juga harga terjangkau mulai mulai dari Rp 5 ribu saja.
Hidangan nikmat ala Pujasera Kajoetangan semakin lengkap dengan suasana Kayutangan tempo dulu melalui pajangan lukisan yang menghiasi sudut tempat makan ini. Deretan karya tersebut berasal dari Ojik Galeri.
“Pajangan yang menggambarkan Kota Malang di zaman dahulu ini bahkan ada yang sejak tahun 1920. Lukisan ini di antaranya lukisan Sarinah, PLN dan Gereja Kayutangan,” paparnya.
Masih berada dalam satu lokasi, pujasera ini juga menjadi rumah bagi beberapa komunitas seni yang ada di Malang. Terdapat sekitar tujuh komunitas yang bernaung disini, semuanya dikelola langsung oleh pegiat Dewan Kesenian Malang.
“Komunitas tari mulai dari tari tradisional hingga k-pop ada disini. Anggotanya ada yang usia anak-anak hingga dewasa. Agar budaya sekitar dapat terangkat kami padukan kuliner, budaya dan pariwisata,” tutup Anthony. (nit/bua)