MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia melakukan silaturahmi kebangsaan ke Universitas Brawijaya (UB), Rabu (6/7) kemarin. Silaturahmi ini dalam rangka mencegah paham radikal di kampus. Kedatangan rombongan BNPT yang dipimpin oleh Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, MH.
Dalam pemaparannya, Ketua BNPT tersebut menjelaskan antara lain tentang visi misi dan tugas pokok BNPT sesuai Undang Undang No. 5 tahun 2018. Rafli mengatakan, untuk menunjang eksistensi keberadaan pelaku terorisme, media sosial menjadi salah satu tempat yang paling sering dimanfaatkan.
“Apa peran media? karena terorisme sangat berkepentingan dengan media terutama media sosial. Dia butuh pengakuan. Menimbulkan ketakutan yang luas melalui media sosial. Dia ingin eksistensinya diakui orang,” kata Rafly, yang kedatangannya disambut Rektor UB bersama wakil rektor dan dekan di Gedung Rektorat Lantai 8.
Mantan Kadivhumas Polri tersebut menjelaskan, media sosial menjadi salah satu alternatif paling diminati. Hal ini karena 60 persen dari penduduk Indonesia merupakan pengguna media sosial dan diantaranya merupakan remaja atau generasi muda.
“Oleh karena itu, perlu ditanamkan secara kuat kepada generasi muda terutama mahasiswa penerapan nilai-nilai Pancasila. Kita berharap generasi muda tidak mengalami disorientasi terhadap nilai-nilai pancasila,” ujarnya.
Selain menanamkan nilai nilai Pancasila, arah kebijakan BNPT adalah meningkatkan moderasi beragama. Rafly menuturkan, BNPT mengajak semua pihak untuk meningkatkan moderasi dalam beragama. “Dalam prinsip-prinsip beragama kami bekerja sama dengan organisasi Islam, seperti Muhammadiyah dan NU, dan termasuk pemuka agama lain. Kami tidak ingin teroris mengatasnamakan misi agama yang memang sengaja dihembuskan kelompok-kelompok tertentu,” tuturnya.
Boy menambahkan, misi terorisme bukan misi agama. Terorisme adalah identitas yang justru merupakan sebuah tindakan pendzoliman terhadap agama. “Virus intoleransi tidak kalah cepatnya menyebar seperti virus COVID-19. Maka kita memerlukan vaksin terhadap virus intoleransi. Mari kita perkuat wawasan kebangsaan kita dengan memperkuat program-program moderasi beragama,” katanya.
Senada dengan Boy, Wakil Rektor V UB Dr. Bambang Susilo, M.Sc. Agr menambahkan pendidikan muatan lokal di sekolah bisa menjadi model pencegahan terorisme. Dia berharap kerjasama UB dengan BNPT tidak hanya sebatas pada pencegahan saja tapi sudah ke ranah pendidikan dan penelitian.
“Dulu ketika sekitar tahun ’81 saya masih duduk di bangku sekolah juga sudah mulai muncul radikalisme. Namun saya tidak ikut masuk kedalam hal tersebut karena saya sukanya sama wayang. Hal-hal yang bermuatan lokal bisa jadi modal untuk mencegah terorisme,” kata Bambang. (imm)