spot_img
Monday, May 20, 2024
spot_img

Kunjungi Pura Mangkunegaran hingga Pracimayasa

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Pura Mangkunegaran menjadi salah satu ikon Kota Surakarta. Namanya pun semakin terkenal setelah menjadi tempat resepsi pernikahan putra terakhir  presiden Republik Indonesia Joko Widodo Kaesang Pangarep dan Erina Gudono. Banyak wisatawan kemudian menjadikan tempat tersebut sebagai jujukan wisata. Tidak terkecuali wartawan Malang Posco Media Ira Ravika. Beberapa waktu lalu bersama rombongan warga Green Pakis Regency, Desa Bunut Wetan, Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, juga mendatangi Pura Mangkunegaran sebagai salah satu tempat untuk dikunjungi.

Tentu saja, selain untuk mengetahui lebih dekat istana resmi kadipaten Mangkunegaran, sekaligus untuk membayar rasa penasaran kami, karena tempat ini banyak kedatangan tamu penting dan artis kala itu.

Untuk sampai Pura Mangkunegaran kami sendiri tidaklah kesulitan. Wajar, karena kami dan rombongan diantar oleh travel yang drivernya paham betul Kota Surakarta. Sehingga kami pun tidak perlu berlama-lama untuk bisa sampai sini.

Dari luar bangunan Pura Mangkunegaran memang tidak terlihat. Karena sekeliling kompleks dikelilingi oleh tembok. Kecuali bagian taman atau pamédan  diberi pagar besi. Kemegahan kompleks Pura Mangkunegaran dapat terlihat setelah masuk. Oh ya, untuk masuk Pura Mangkunegaran pengunjung wajib membeli tiket. Harganya Rp 30 ribu untuk satu orang sekali masuk.

Harga itu cukup murah. Karena kami wisatawan mendapat jasa tour leader yang dengan sabar mengantar rombongan berkeliling sembari menjelaskan seluruh objek yang ada di sana.

Kami memulai dengan masuk pendapa. Disini ada aturan, pengunjung wajib melepaskan alas kaki. Pendapa ini sangat besar, luasnya 3.500 meter persegi. Bisa menampung lima sampai sepuluh ribu orang. Sehingga tidak heran Presiden Joko Widodo memilih Pendapa Mankunenagaran ini sebagai tempat resepsi Kaesang Pangareb dan Erina Gudono digelar.

Meski hanya pendapa dengan gaya arsitektur Jawa, namun kemegahan dan kemewahan Pendapa ini tampak nyata terlihat. Mata kami melihat sekeliling. Dimana bangunan tahun 1757 ini masih berdiri megah. Keramiknya pun merupakan keramik zaman dulu. Banyak pilar dan lampu.Hiasan langit-langit pendopo yang berwarna terang melambangkan astrologi Hindu-Jawa dan di langit-langit ini tergantung deretan lampu gantung antik

 Tour leader kami menjelaskan semuanya. Dia mengatakan jika bangunan pendopo ini tiang-tiang kayu berbentuk persegi yang menyangga atap joglo tidak sekadar menjadi penyangga. Tapi tiang kayu ini menampakan bangunan ini sangat gagah.

Di Pendopo ini banyak yang menarik. Pertama karena bangunan ini didirikan tanpa menggunakan paku. Selain itu juga titik nol pendopo. Dimana ada satu keramik yang menjadi cikal bakal pembangunan pendopo. Di atas keramik berbentuk bukur sangkar ini juga terdapat lampu. Alhasil, kami pun kemudian beramai-ramai untuk mengabadikan foto disana. Hasilnya pun lumayan bagus.

Usai dari pendapa, perjalanan wisata kami berlanjut ke objek lainnya di pringgitan, macam koleksi barang peninggalan berharga yang bernilai seni dan sejarah yang tinggi.

Di sebelah pringgitan menurut penjelasan tour leader adalah dalem ageng yang mana bangunan itu menjadi tempat bersemedi. Dari banyak objek, hanya Dalem Ageng ini yang tidak boleh kami masukki. Bahkan pengunjung juga tidak boleh mengambil gambar. Pengunjung hanya bisa melihat saja.

Selanjutnya kami menuju Keputren yang merupakan kediaman keluarga Mangkunegaran. Disini kita dapat melihat taman indah, patung -patung klasik bergaya eropa, juga kolam ikan.

Dari Keputren kami melanjutkan ke Pracimayasa. Merupakan ruang rapat, menghadap ke taman. Kursi-kursi di tempat itu masih tampak sangat bagus dan terawat.  Disini juga banyak kaca-kaca besar berbingkai emas. Juga banyak perabotan bergaya eropa.(ira ravika/jon)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img