MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Universitas Brawijaya (UB) kembali menambah dua Guru Besar. Mereka adalah Prof. Ir. Didik Suprayogo, M.Sc., Ph.D dan Prof. Anwar Sanusi, Ph.D. Masing-masing professor menyampaikan hasil risetnya dalam kegiatan pengukuhan.
Didik Suprayogo menyampaikan tentang pertanian konservasi dalam budidaya tanaman semusim di lahan kering. Menurutnya, degradasi tanah mempunyai pengaruh terhadap penurunan kualitas tanah. Juga mendukung produksi tanaman dan kualitas sumber daya alam. Serta penurunan produktivitas ekosistem.
Selain itu, penurunan fungsi mengakibatkan banyak kerugian. Seperti hilangnya unsur hara tanah, penurunan bahan organic tanah, erosi tanah, pemadatan, dan keanekaragaman hayati terancam hilang.
“Sebab itu, saya bersama tim mengembangkan penggunaan bahan baku organic yang dimasukkan di antara dua lapisan luar bahan geotekstil. Upaya ini disebut sebagai inovasi BioGT-BOT+, untuk mendukung pertanian konservasi,” tuturnya dalam pengukuhan Guru Besar, Sabtu (19/3) lalu.
Ia menjelaskan, BioGT-BOT+ adalah teknologi rakitan dengan dua lapis bahan rajutan dari bahan organik dengan kualitas rendah yang sering dikenal dengan Biogeotekstil (BioGT-). Teknologi tersebut berfungsi untuk pengendalian erosi tanah, yang nantinya diisi bahan organic atau seresah pertanian.
Tujuannya, memberikan tambahan (+) bahan organik tanah (BOT) agar terjadi penyehatan kesuburan tanah, sehingga diperoleh produksi pertanian yang berkelanjutan di lahan kering. “Teknologi itu juga memiliki manfaat lain. Seperti, menyehatkan tanah melalui penambahan bahan organik, mengendalikan fluktuasi suhu tanah, serta menjaga kelembaban,” lanjutnya.
Sementara itu, Prof. Anwar Sanusi, Ph.D menyampaikan tentang dampak dari Perkembangan era digital. Di mana menyebabkan ekonomi dunia sedang mengalami transformasi besar ke arah knowledge economy. Bahkan, dinamika perkembangan desa juga tidak lepas dari arus besar ini.
“Kita memerlukan terobosan pendekatan kebijakan publik terkait tata kelola pemerintahan Perdesaan Indonesia yang tidak lagi semata-mata terfokus pada aspek-aspek makro-struktural dan makro-kultural,” kata dia.
Ia berhasil membuat pendekatan baru yang disebut dengan Multi-level Collaborative Governance (MLCG). Ia menilai bahwa pendekatan itu cukup relevan dalam upaya pengembangan desa yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan multi-level pemerintah. “Dengan pendekatan tersebut dapat mendorong pengembangan desa yang berbasis kearifan lokal. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi seperti MLCG,” terangnya.
Sebagai professor dalam bidang Ilmu Konservasi Tanah dan Air, Prof. Ir. Didik Suprayogo, M.Sc., Ph.D merupakan professor yang ke-29 dari Fakultas Pertanian (FP) dan professor aktif ke-165 di UB. Sedangkan Prof. Anwar Sanusi, Ph.D merupakan professor yang ke-2 dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Serta professor aktif yang ke-166 di UB. (mda/imm)