.
Saturday, December 14, 2024

Lambau, Hutan Kaya Hayati Kini Jadi Perumahan Elite, Pernah Tumbuh Pohon Langka Satu-Satunya di Indonesia

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Mbien

Warga Malang Raya dulu familiar dengan Lambau. Sebab disebut-sebut sebagai hutan kota kaya hayati ekosistem yang pernah ada di Kota Malang. Bahkan tersisa banyak cerita masa kecil. Kini seiring pertumbuhan pembangunan, Lambau tinggal cerita. Lambau telah disulap menjadi perumahan. Yakni Ijen Nirwana. Kaum milenial mulai asing dengan Lambau.

Lambau sebenarnya   berasal dari bahasa Belanda, Yakni Landbouw. Dalam bahasa Indonesia memiliki arti  pertanian.

Karena penyebutan ala orang Indonesia, Landbouw dilafalkan menjadi Lambau. 

Salah satu aktivis lingkungan Kota Malang, Murdjoko mengatakan Lambau  memiliki keanekaragaman hayati yang sangat luar biasa. Pernah tercatat, bahwa banyak hewan hingga tanaman endemik yang tumbuh di kawasan tersebut.

 “Lambau ini sebenarnya dari kosa kata bahasa Belanda. Sebenarnya tulisan yang benar Landbouw,” katanya.  Banyak jenis tanaman tumbuh di Lambau. “Sebenarnya tulisan yang benar Landbouw,” kata dia.  

Banyak  jenis tanaman tumbuh di Lambau. “Salah satunya tanaman pohon jenis bunga bangkai. Namun untuk istilah asingnya saya tidak begitu mengetahui,” sebut Abah Slank, sapaan akrab Murdjoko.

Berdasarkan berbagai catatan yang dihimpun Malang Posco Media, salah satu tanam khas nan langka yang tumbuh di Lambau disebut pohon Taek-an. Disebut pohon Taek-an karena bunganya beraroma seperti kotoran bebek.

Pohon Taek-an di Lambau disebut-sebut sebagai satu-satunya tanaman yang ada di Indonesia.

Menurut Abah Slank, tak hanya tanaman khas yang tumbuh di tanah Lambau. Saat masih belum berubah habitatnya, Lambau menjadi habitat beragam flora dan fauna.

Tanaman yang bertumbuh di antaranya Kopi hingga Karet. 

“Kemudian ada jenis satwa, yakni burung-burung langka. Sejauh yang kami ketahui, ada lebih kurang 40 jenis burung langka yang ada di kawasan tersebut,” tambahnya.

Hal senada juga disampaikan oleh pemerhati sejarah Kota Malang, Agung H. Buana. Ia menceritakan, di tanah Lambau dulu memang menjadi perhatian banyak pihak, khususnya Belanda.

Melihat kondisinya yang bisa dimanfaatkan, bangsa Belanda getol membudidayakan tanaman bernilai ekonomi. “Dulu Lambau ini terkenal dengan kawasan produktif. Banyak tanaman bernilai ekonomis yang dibudidayakan. Seperti kopi, karet hingga tebu,” jelasnya.

Bahkan, untuk mengembangkan hal tersebut di tahun 1930-an Belanda mendirikan sebuah sekolah pertanian. Sekolah itu kemudian diberi nama De cultuurschool een agrarische school te Malang. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Polbangtan II Kementan di Kelurahan Tanjungrejo Kecamatan Sukun Kota Malang.

“Sekolah itu sempat berganti-ganti nama, namun tetap fokus utamanya adalah sekolah bidang pertanian, sampai saat ini,” ceritanya.

Di Lambau berdiri Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) kemudian Akademi Penyuluhan Pertanian (APP). Belakangan APP pindah ke Lawang karena tukar guling dengan Lambau.

Tokoh masyarakat Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Arief Wahyudi mengatakan,   Lambau sangat familiar di era sebelum tahun 90-an. Kemudian, memasuki tahun 2000, mulai muncul pengembang.

Hal itu kemudian membuat nama Lambau kian pudar lantaran tergantikan oleh kawasan perumahan elit Ijen Nirwana. “Lambau ini dulu sangat terkenal sebagai kebun kopi, karet hingga kawasan pertanian. Kami warga sini, sangat sering bermain, bersantai dan beraktivitas di kawasan itu,” ujarnya.

Selain itu, Lambau  memiliki kenangan tak terlupakan dengan adanya semacam bozem. Hal ini untuk membantu air hujan terjaga alirannya agar  sampai ke hilir.

Menurutnya apabila dipetakkan di era modern ini, kawasan Lambau dari timur ke barat meliputi RW 03 hingga RW 06 Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen. Kemudian dari utara ke selatan, meliputi RW 4 Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen dan berbatasan langsung dengan Kelurahan Tanjungrejo Kecamatan Sukun.

“Namun, banyak sekali saluran air dan  sungai yang mulai tertutup oleh bangunan. Ini membuat, kawasan tersebut jadi sering banjir,” lanjutnya.

Proses transisi Lambau menjadi kawasan perumahan tidak berjalan mulus. Penolakan dari masyarakat tidak hentinya mengalir. Namun,  pengembang  tak patah arang.

Salah satu yang paling jadi pusat perhatian saat itu upaya menjaga agar Lambau tetap dipertahankan sebagai ruang terbuka hijau. Berdasarkan catatan Malang Posco Media,  Kala itu awal tahun 2000, keras perjuangan mempertahankan Lambau. Salah satunya gelombang unjuk rasa mempertahankan agar Perda Kota Malang No 7 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tetap dipertahankan. Karena dalam Perda 7 tahun 2001 ini menyebutkan bahwa  Lambau sebagai ruang terbuka hijau.

“Kami berulang kali berdiskusi, bermusyawarah dan berdialog. Hingga akhirnya muncul perjanjian, dan janji-janji dari pihak pengembang. Salah satunya diperbolehkan masyarakat sekitar melintas. Namun, nyatanya saat ini semua dibatasi dan harus menggunakan kartu akses,” bebernya.

Peralihan fungsi Lambau dikatakannya, juga cukup mencekam. Kawasan perkebunan yang bak alam liar, mulai dibabat habis. Banyak hewan liar lari tunggang langgang  masuk perkampungan warga sekitar.

“Saat awal pembangunan (Ijen Nirwana) luar biasa mencekam. Ular-ular berukuran besar masuk ke kawasan kampung. Kemudian hewan-hewan liar juga demikian,” kenang Sekretaris Komisi B DPRD Kota Malang ini.

Saat itu, Arief bergabung bersama masyarakat ikut mengawal hak-hak sosial dan lingkungan atas proyek tersebut. Ia bahkan mengikuti rapat dewan yang menjebatani masyarakat dengan pengembang. Itu terjadi pada tahun 2001-2002. 

“Namun, seiring berjalannya waktu banyak aturan dan kesepakatan yang dilanggar. Membuat kawasan itu tak hijau lagi, bahkan kerap terjadi banjir saat turun hujan,” sebut Arief.

Ia mengatakan, Lambau merupakan bukti sejarah Kota Malang  asri. Sampai saat ini ia  enggan menyebut kawasan itu selain eks Lambau.

“Ini penting untuk pengetahuan kita bersama, bahwa di Malang ini pernah ada kawasan hijau produktif. Dulu kawasan itu, disebut sebagai Lambau,” tandas Arief Wahyudi. (rex/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img