MALANG POSCO MEDIA-Ribuan Aremania dan berbagai elemen warga Malang Raya menyatu dalam aksi damai mengenang 40 Hari Tragedi Kanjuruhan, Kamis (10/11) kemarin di Balai Kota Malang. Korban cedera juga ikut dalam aksi itu. Sejumlah warga memberi dukungan membagi makanan.
Massa aksi yang mengenakan pakaian serba hitam mulai bergerak dari Stadion Gajayana sekitar pukul 12.30 WIB. Lalu long march melalui Jalan Tangkuban Perahu menuju Jalan Arief Rahman Hakim hingga ke Jalan Basuki Rahmat kemudian menuju Balai Kota Malang.
Selain membentang spanduk, mereka membawa keranda hingga foto
Korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan.
Massa bergerak dengan diiringi bacaan dzikir dan doa yang dikumandangkan melalui pengeras suara di truk komando. Suasana duka dan pilu terasa di lingkungan sekitar. Hujan deras yang mengguyur tak menyurutkan semangat mereka.
Ada tiga poin penting yang diusung. Pertama mendesak aparat penegak hukum mengadili seluruh oknum yang melakukan penembakan dan aktor di balik penembakan gas air mata dalam Tragedi Kanjuruhan.
Kedua agar Tragedi Kanjuruhan dijadikan sebagai kasus pelanggaran HAM berat. Terakhir meminta seluruh kerugian yang diderita korban bisa dibayarkan.
Mereka juga menggelar aksi teatrikal yang menyampaikan pesan mengenai perjuangan Aremania. Yakni menuntut keadilan, mengusut sampai tuntas Tragedi Kanjuruhan.
Dalam teatrikal tersebut, ada beberapa Aremania bertumbangan, termasuk seorang bermaskot kepala singa. Lalu ada pula yang terlihat berusaha menyelamatkan sesama Aremania ketika terjadi kepungan asap.
Saat long march terdapat 137 keranda mayat yang dibawa. “Ada dua korban meninggal lain dari Aremania karena kecelakaan. Foto korban sekitar 110 foto, karena beberapa keluarga tidak berkenan. Sebagai gantinya hanya dikasih nama dan tanggal lahir,” terang Koordinator Aksi Aremania, Arif Setiawan
Terkait keranda mayat, menurut Anggota Sekretariat Tim Gabungan Aremania (TGA), M. Farhan, semua dibuat secara kolektif oleh korwil-korwil yang tergabung dalam TGA. Hasilnya terkumpullah 137 keranda yang dibuat dari potongan bambu, kayu dan ditutup kain hitam.
Sementara itu, Tim Kuasa Hukum TGA, Anjar Nawan Yusky menuturkan, inti dari aksi kemarin adalah massa Aremania yang turun ke jalan demi dilihat sebagai aksi sosial yang luar biasa. Sebab, selama ini Aremania dikenal sebagai suporter yang mendukung tim Arema berlaga, maka kali ini mereka berjuang melawan ketidakadilan.
Menurut dia, apa yang dilakukan Aremania dengan jumlah massa yang kian besar kemarin adalah langkah nyata yang akan terus dilakukan. “Diawali hari ini, ini sebagai bentuk kampanye yaitu kami akan melakukan Gerakan Suporter Ayo Lapor, kita singkat sebagai gaspol. Dalam waktu dekat kita akan berangkat ke Jakarta melaporkan dengan konstruksi pasal berbeda dari yang selama ini bergulir,” terangnya.
Dia menyebutkan, ada pasal pembunuhan, penganiayaan yang mengakibatkan luka ringan dan berat, serta juga ada pasal yang berkaitan dengan kekerasan terhadap anak. “Selama ini pasal ini jelas-jelas tidak tersentuh sama sekali. Ini langkah awal akan terus bergerak sampai benar-benar usut sampai tuntas,” tandasnya.
Wali Kota Malang Drs H Sutiaji yang menemui massa di tengah hujan deras menyampaikan terima kasih kepada Aremania dan berbagai elemen masyarakat yang tetap menjaga perdamaian di Bhumi Arema.
“Kami sampaikan terima kasih yang luar biasa kepada Aremania dan warga Malang Raya. Mampu menahan diri, mampu menciptakan kedamaian dalam waktu jeda selama 40 hari. Ini bukan waktu yang tidak sebentar,” pujinya.
Terkait tuntutan Aremania, Wali Kota Sutiaji mengatakan akan melakukan sesuai kewenangan yang dimiliki Pemkot Malang. Ia akan mengirim surat resmi kepada pihak terkait.
“Nanti kami akan berkirim surat dan kami sampaikan kepada Kapolri, Kemenpolhukam hingga Presiden RI untuk mengawal apa yang menjadi aspirasi anak bangsa, bukan hanya Arek Malang. Dan dalam hal ini yang mempunyai nilai kemerdekaan yang harus diperhatikan,” tandas orang perrama di Pemkot Malang ini.
Sementara itu, M. Anugrah Bustam, salah satu korban luka Tragedi Kanjuruhan ikut dalam aksi damai kemarin. Kondisinya belum pulih. Ia menjadi salah satu korban yang mengalami cedera pada engkel dan otot di kakinya.
Saat aksi, Aremania Sidoarjo ini mengenakan kaos hitam dan celana berwarna hitam. Kaki kirinya masih dibalut perban. Karena itu Bustam harus duduk di kursi roda.
“Ya ini memang keinginan saya sendiri untuk mengikuti demo,” kata dia. Bustam menepikan rasa sakit pada kakinya. Sebab, ia merasa satu hati dan satu rasa, memperjuangkan keadilan bagi Aremania. Meskipun korban yang belum pulih, ia turut berjuang bagi keadilan yang dituntut Aremania.
“Kalau saya gak peduli (keadilan) untuk saya. Tapi ini untuk teman-teman yang lain, Aremania yang lain, yang meninggal kan belum mendapatkan keadilan semua,” ujar Bustam.
Menurut dia, kondisinya bukanlah halangan. Ia berharap semangatnya ini turut membuat Aremania lainnya makin lebih semangat.
“Semoga bisa membantu warga Malang, teman-teman Aremania. Semoga tuntaslah,” kata dia.
Ia lantas menceritakan semangatnya mengikuti rangkaian agenda peringatan 40 Hari Tragedi Kanjuruhan. Ia berangkat dari Sidoarjo, Selasa (8/11) lalu dengan naik kereta api. Rabu (9/11) malam dia juga ikut doa dan tahlil di Stadion Kanjuruhan.
Menurutnya kalaupun ada aksi lagi di Malang, dia tak segan ikut. Jika kondisi memungkinkan alias tidak sakit atau ketika dijadwal menjalani perawatan. “Kalau benar-benar sehat, saya pasti berangkat,” tegasnya.
Bustam menuturkan, mengenai peristiwa yang membuatnya harus menjalani perawatan di RSUD Kanjuruhan. Saat itu, ia menonton di tribun 12 Stadion Kanjuruhan.
Begitu chaos karena gas air mata, dia berdesak-desakan di tangga pintu keluar. Pagar pembatas tangga ambrol, dia kemudian bergelantungan dengan posisi kaki tersangkut pembatas tersebut.
“Sekitar 30 menitan mungkin. Lalu saya pingsan, tahu-tahu sudah di RSUD Kanjuruhan,” kenangnya.
Sementara itu warga Malang yang berasal dari berbagai kalangan berbagai paket makanan. Seperti yang dilakukan Yayasan Lingkar Amal Indonesia dan komunitas Gimbal Alas Indonesia. Mereka terjun langsung untuk membagikan makanan kepada massa aksi yang sempat diguyur hujan lebat.
Ketua Yayasan Lingkar Amal Indonesia Dwi Susiati mengatakan aksi berbagi ini memang sudah direncanakannya. Selain aksi kemarin, mereka sudah berpartisipasi saat tahlil dan doa bersama di Stadion Kanjuruhan, Rabu (9/11) malam.
“Iya benar, untuk berbagi ini kami turun bareng-bareng. Dan paket makanan ini kami bagikan untuk siapa saja,” ujarnya. (ley/rex/van)