.
Friday, November 22, 2024

Dihanis Arsita Maharani, Gesit di Lintasan Lari

Latihan di Pasir Pantai, Wakili Malang ke Australia

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Muda dan berprestasi. Itulah gambaran Dihanis Arsita Maharani, atlet lari kebanggaan Kota Malang. Usianya yang belum genap dua dasawarsa, Dihanis sapaannya, sudah mengoleksi banyak medali emas di berbagai kejuaraan.

=========

Terbaru  setelah sukses merengkuh juara di Student Athletics Championship (SAC) Januari 2023, dara asal Dau Kabupaten Malang ini bakal mewakili Kota Malang dalam ajang internasional awal Maret mendatang di Australia. Yakni dalam ajang Western Australia State Championship. Dia bersama 16 atlet lain dari berbagai daerah di Indonesia.

Dihanis tidak menyangka mendapatkan kesempatan sangat berharga  tersebut. Padahal ia mengaku dulunya ikut cabang olahraga lari atau atletik hanya karena untuk keperluan mendaftar sekolah.

“Dulu itu waktu SD kelas 6 kan mau masuk SMP dan jujur sebenarnya saya merasa tidak terlalu bagus di akademik. Tapi tidak tahu mau ke SMP mana dan masih bingung harus gimana. Terus ayah saya bilang kalau punya prestasi, itu bisa masuk SMP yang diinginkan lewat jalur prestasi. Jadilah saya mulai mencoba jadi atlet,” kenang Dihanis.

Awalnya, Dihanis mengaku tidak begitu tahu akan jadi atlet apa. Akan tetapi berbekal pengalaman di O2SN beberapa waktu sebelumnya, ia kemudian memilih cabor atletik. Makin mantap keyakinannya ketika suatu saat berkeliling di car free day dan menyempatkan keliling ke Stadion Gajayana.

“Di situ ada atlet basket, ayah saya begini; mau ikut basket, atau mau jadi atlet voli atau mau jadi atlet renang? Saya tidak mau semua. Terus pas ada karnaval di Stadion Gajayana kok lihat gerbangnya terbuka, ayah saya menawarkan lihat-lihat, pas masuk ada mbak-mbak lagi lari latihan. Lama-lama tertarik, terus saya bilang mau jadi atlet itu juga. Hari itu juga langsung daftar,” cerita dara kelahiran Jombang ini. 

Singkat cerita, dari keikutsertaannya di cabor atletik, ia pun mengikuti berbagai kompetisi. Hasilnya ternyata positif,  meraih juara di berbagai kompetisi dalam waktu relatif singkat.

Dengan prestasinya itu, Dihanis diterima di SMPN 18 Malang lewat jalur prestasi, sesuai harapannya. Ia pun juga mengikuti ekstrakurikuler lari di sekolahnya untuk meningkatkan kemampuannya.

“Di situ orang tua lebih mendukung lagi. Dulu masih diantar latihan setiap hari, antar jemput, dan menunggu latihan sampai selesai. Latihannya di Stadion Gajayana, itu kalau hari Senin sampai Jumat sore pukul 15.00. Kalau khusus hari Sabtu, latihannya pagi,” sebutnya.

Karena sudah menjadi atlet, porsi latihan juga tetap dijaga oleh Dihanis. Ia hanya ingin memberikan yang terbaik di setiap kompetisi. Sampai suatu saat ia diharuskan beristirahat sementara karena terlalu berat ketika latihan. Saat itu ia mengalami cedera engkel hingga harus vakum selama dua bulan.

“Cedera engkel itu H min berapa Minggu saja sebelum Kejurda Jatim Open 2018 lalu. Dua bulan lebih bengkak, tidak bisa aktivtas, cuma jogging ringan dan sekolah tetap aktif. Padahal waktu itu ya ada kans menang. Dulu sering berapa bulan sekali memang latihan tanjakan di pantai. Pasirnya di pantai itu dibuat melangkah kan berat, itu cocok melatih kaki,” beber Dihanis.

Meski begitu, latihan berat itu membuahkan hasil. Berbagai kompetisi di tingkat kota, provinsi hingga nasional sukses ia raih sampai di masa SMA sekarang. Mulai dari Kejurda Atletik 2016 hingga 2022, lalu Porprov Jatim 2019 hingga 2022. Termasuk Kejurnas Jateng Open dan SAC 2022.

“Yang paling berkesan SAC ini karena yang membuat  acaranya kan DBL dan hadiahnya yang juara satu ikut ke Australia. Itu sama 16 atlet lain yang juara di nomor lainnya. Insya Allah nanti 1- 9 Maret dan sekarang persiapan ya pasti banyak latihan dan siapkan mental,” ungkap bungsu dari dua bersaudara ini.

Ia optimis dalam ajang internasional itu bisa meraih juara. Targetnya meraih juara satu. Dia mengaku bakal berupaya semaksimal mungkin dan meminimalisir kesalahan. Pelajaran berharga sudah pernah didapatkan. Kini menjadi motivasi tersendiri agar kedepan menjadi lebih baik lagi.

“Pernah waktu Porprov 2019 lalu di Tuban, waktu itu saat estafet ketika final saya jadi pelari ketiga. Kurang berapa langkah buat kasihkan tongkat estafet ke pelari terakhir itu saya jatuh, tidak tahu tiba-tiba jatuh. Mungkin karena lapangan baru, jadi tanah agak gembur, kasar atau bagaimana begitu,” katanya

“Waktu itu akhirnya kalah. Padahal perkiraan bisa juara dua tapi akhirnya jadi urutan terakhir. Itu benar-benar jadi pelajaran buat saya. Harus lebih fokus, banyakin berdoa. Tetap jadi pelajaran. Bisa semangat lagi,” sambung gadis yang gemar mendengarkan musik ini.

Selain itu, kini Dihanis juga tengah berjuang  membagi waktu yang lebih baik antara kiprahnya di atletik dan pendidikannya di SMA. Meski mengaku berat, ia tetap bersemangat karena besarnya dukungan orang tua.

“Untuk saat ini sih memang ada kayak waktu tabrakan dengan latihan. Sering ada ujian praktik, terus kerja kelompok. akhirnya ya kadang sore latihan dulu, kemudian baru kerja kelompok. Orang tua pasti mendukung dan memikirkan juga karena waktu istirahat kurang,” ujar Dihanis.

Namun demikian, Dihanis berpesan agar generasi muda harus aktif dan bisa memberikan kontribusi positif dari bidangnya masing- masing. “Semangat terus, walaupun tidak semua bisa langsung dicapai, tapi pelan pelan pasti bisa,” tegas gadis yang juga hobi berpetualang ke alam ini. (ian/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img