Malang Posco Media, Malang – Arema FC telah menuntaskan waktu hampir sepekan selama jeda FIFA Matchday dengan menjalani latihan fisik. Tim pelatih memilih latihan fisik di lapangan, dominan berlatih dengan bola yang dinilai efektif pula dalam meningkatkan fisik pemain.
Sejak Rabu (3/9) lalu, Arema FC telah menjalani enam kali latihan. Penggawa Singo Edan sempat berlatih dua kali dalam sehari demi menjalankan program yang disiapkan tim pelatih.
Asisten Pelatih Arema FC Kuncoro mengatakan, latihan fisik yang dipilih merupakan metode modern. Latihan ini tetap melibatkan bola di kaki pemain.
“Latihan fisik itu bisa dengan bola, ini yang modern. Memang kalau ingin dapatnya lebih banyak ya latihan fisik tanpa bola. Itu yang tradisional, pemain dituntut bergerak terus, sehingga peningkatan fisik dapatnya banyak,” jelasnya.
Menurut dia, dalam situasi in season atau di tengah kompetisi, berlatih fisik dengan bola kerap jadi pilihan.
Alhasil, tak terlihat anak asuh Marcos Santos ini berlatih khusus di Kebun Raya Purwosadi dengan medan naik turun, atau berlatih di kawasan pantai yang berat karena medan berpasir. “Tapi fisiknya tetap dapat,” tegas dia.
Dia mengatakan, alasan tim pelatih Arema memilih metode latihan fisik dengan bola adalah menjaga potensi kelelahan yang bisa menyerang pemain. Apalagi, pekan ini tim sudah bersiap menghadapi Dewa United.
“Secara recovery, yang modern lebih ideal karena gak terlalu capek buat pemain. Capek sih capek, tapi hati senang karena latihannya dengan bola,” imbuhnya.
Untuk latihan fisik konvensional, jarang dipakai ketika in season. Kalaupun dipakai, menurut dia, hanya sesekali saja ketika tim benar-benar drop dan butuh peningkatan kondisi.
“Tetap dipakai, tapi sesekali, terutama waktu pramusim. Kalau in season begini kan sudah dapat fisik dari pertandingan,” jelasnya.
Terkait latihan fisik, pada zaman dia masih menjadi pemain, tim bisa menggelar sampai tiga kali dalam sehari. Terutama ketika era 90an, latihan bisa pagi, siang dan sore, hampir setiap hari.
“Sekarang sepak bola makin maju, latihan fisik tradisional seperti itu sudah dianggap kurang ideal. Tenaga pemain itu seperti mesin, dipakai sekali, ada istirahat, lalu dipakai lagi. Gak bisa diforsir terus. Mungkin pelatih zaman dahulu mikirnya latihan fisik terus biar bagus, tapi risikonya pemain bisa tumbang dan sakit,” tandas dia. (ley/jon)