MALANG POSCO MEDIA – Saat itu Selasa (2/5) dini hari. Saya, Tri Haryanto layouter Malang Posco Media (MPM) bekerja layaknya wartawan. Mengabdikan dan mengabarkan peristiwa besar, Malang Plasa terbakar.
Usai deadline, sudah selesaikan pekerjaan lay out koran. Saya pun pulang. Sempat nongkrong di angkringan kopi depan gang dekat rumah saya di Kotalama. Tak terasa sudah jelang subuh. Sekitar pukul 02.30 WIB. Saya bergegas balik ke rumah, tak sengaja melihat ke langit. Kok tampak ada semacam kepulan asap.
Berwarna merah yang tidak seperti biasanya. Saya lalu scroll sosmed di ponsel. Di beranda salah satu grup Facebook ada yang posting. “Info malangplasa kebakaran lur”. Postingan itu kurang lebih masih sekitar 5-10 menitan.
Tanpa pikir panjang saya inisiatif geber motor. Tujuannya menuju lokasi tempat terjadinya kebakaran. Melewati Pecinan Pasar Besar Malang, jalanan gelap. Lampu pertokoan hampir semua mati.
Jalanan pun agak basah. Mungkin tumpahan air dari mobil PMK yang melintas. Sebab jalan yang saya lewati terdapat beberapa hydrant air. Semakin mendekati Malang Plasa, tampak asap makin mengepul. Disertai warna langit yang kemerahan terlihat semakin jelas.
Sesampai di perempatan Kudusan, ada beberapa mobil polisi yang sudah berjaga. Suara sirine ambulans, mobil PMK dan mobil polisi sahut-bersahutan. Suasana semakin mendebarkan.
Saya langsung memakirkan motor di depan Hotel Dewarna. Saat itu jalanan sekitar perempatan sudah penuh dengan motor warga. Ternyata banyak warga sekitar berbondong-bondong. Mereka penasaran ingin melihat suasana kebakaran yg menghanguskan mall tertua di Malang itu.
Sesampai di lokasi langsung saja saya inisiatif ambil beberapa foto menggunakan ponsel saya. Sesekali juga merekam atau memvideokan kejadian.
Seketika juga langsung saya share beberapa foto dan video ke grup redaksi, tempat saya bekerja. Selang beberapa waktu suasana menjadi tegang. Itu ketika api yang semulanya di bagian belakang gedung tiba-tiba menjalar ke depan gedung tepat di lantai dua sisi sebelah utara.
Saya lihat warga malah makin mendekat bangunan yang terbakar. Tampak merekam dengan gadget. Petugas keamanan sedikit kewalahan hingga akhirnya mengahalau warga.
Polisi pun sulit membedakan antara mana yg benar-benar jurnalis dan warga yang ingin memotret maupun merekam video. Hingga tak beberapa lama polisi memasang police line. Agar warga yang nekat tak mendekat. Itu demi keamanan bersama.
Di lokasi juga banyak penyewa stan di Malang Plasa yang harap-harap cemas. Ada juga beberapa yang lemas, sedih bahkan hampir pingsan. Mereka sangat memikirkan kondisi tempat usaha yang sedang diamuk api.
Setelah beberapa foto saya share di grup redaksi, saya di telepon Pak Soeparijono, redaktur yang mengelola www.malangposcomedia.id.
Pak Jon, begitu ia disapa ternyaat sudah terjaga. Ia kordinasi menanyakan suasana kejadian, waktu dan kondisi saat itu. Dari mulai jumlah kendaraan pemadam, waktu terjadinya, waktu itu sudah padam atau belum dan sebagainya. Tak lama berselang update berita sudah muncul di www.malangposcomedia.id. Lengkap dengan foto hasil jepretan saya.
Ini kali pertama saya mengambil momen saat terjadinya kebakaran atau bencana. Mendebarkan, menegangkan serta harus hati-hati karena sangat berbahaya. Ini akan jadi pengalaman yang tidak akan terlupakan. Sebab saya yang sehari-hari bertugas sebagai lay outer bisa merasakan langsung berjurnalistik. Mengabarkan bencana.
Selama ini saya memang tak asing dengan kerja wartawan. Sebab satu ruangan dengan redaksi. Biasanya hanya melihat redaktur dan wartawan koordinasi liputan. Melihat karya jurnalistik yang saya lay out di koran. Tapi kali ini mengabarkan peristiwa untuk pembaca. (har/van/mpm)