Oleh: Sugeng Winarno
Lebaran atau Idul Fitri segera tiba. Diprediksi Idul Fitri akan berlangsung pada Rabu, 10 April 2024. Pada penghujung Ramadan, banyak orang semakin meningkatkan ibadahnya dan berharap mendapat malam Lailatur Qodar. Masjid-masjid menggelar i’tikaf di sepuluh hari terakhir. Di malam-malam ganjil orang khusuk beribadah, berharap mendapatkan malam yang bernilai seribu bulan.
Namun, aktivitas bertolak belakang terjadi. Tak sedikit orang yang meninggalkan masjid dan berjubel di pusat-pusat perbelanjaan. Tak sedikit orang berburu diskon (sale) dan potongan harga yang banyak ditawarkan di super dan hiper market. Aneka busana muslim muslimah dijual dengan aneka merek dan harga, lengkap dengan potongan harga yang memikat orang membelinya.
Lebaran sale, obral, diskon gede, harga potongan, for sale, dan aneka tulisan persuasif lain yang menarik perhatian. Aneka tulisan promo itu banyak menghiasi mal dan pusat-pusat perbelanjaan. Akhir Ramadan dan jelang Lebaran benar-benar terjadi pertemuan yang kontras antara budaya masjid dan budaya pasar. Pemandangan seperti ini jamak terjadi pada Ramadan dan Lebaran setiap tahunnya.
Lebaran Tak Diobral
Siapa sejatinya orang yang mendapat Lebaran atau Idul Fitri? Seperti penjelasan dari banyak ustadz, mereka yang layak mendapatkan Idul Fitri adalah mereka yang telah menjalankan ibadah puasa. Lebaran itu milik mereka yang menggapai kemenangan dari puasa selama Ramadan. Lebaran tak diobral untuk siapa saja, bukan bagi mereka yang berbaju baru, yang motor dan mobilnya baru, atau orang yang rumahnya telah diganti catnya.
Lebaran sesungguhnya tak diobral seperti barang-barang yang dijual di pasar-pasar, toko-toko, dan pusat-pusat perbelanjaan. Namun demikian, siapapun kini boleh ikut merayakan Lebaran. Lebaran bukan lagi simbol puncak kemenangan dari ibadah bulan Ramadan, namun menjadi peristiwa budaya yang dinantikan di setiap tahun. Kini Lebaran ditunggu dan dirayakan oleh siapa saja.
Lebaran memang boleh dirayakan oleh siapa saja. Lebaran bisa jadi juga dirayakan oleh orang yang tak berpuasa. Seperti saat Ramadan, tak sedikit orang non-Islam (Nonis) juga ikut berburu takjil (war takjil). Di sinilah puasa Ramadan dan Lebaran muncul tak hanya sebagai sebuah peristiwa agama, namun juga momentum budaya dan interaksi sosial antar umat manusia. Berkah Ramadan dan Lebaran dirasakan dan dinikmati oleh siapa saja tanpa memandang agama.
Menujuk Kementerian Perhubungan (Kemenhub), pada Lebaran 2024 diprediksi tak kurang 193 juta orang mudik Lebaran. Mereka menggunakan moda transportasi umum dan kendaraan pribadi. Ada pula yang mudik bersama rombongan sejumlah perusahaan yang menggelar acara mudik gratis. Hampir semua rute perjalanan antar kota dalam dan antar provinsi padat pemudik. Hiruk pikuk pemudik menjadi pemandangan menarik dalam masa-masa akhir Ramadan.
Mudik dan Medsos
Mudik Lebaran dan media sosial (medsos) memiliki hubungan yang erat. Dalam tradisi mudik Lebaran, platform medsos seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok digunakan sebagai sarana berbagi momen perjalanan mudik, foto, dan video di kampung halaman, serta ucapan selamat Idul Fitri kepada keluarga dan teman-teman. Banyak orang yang menggunakan medsos untuk membagikan informasi terkait transportasi atau berbagi tips dan pengalaman tentang mudik Lebaran.
Selain itu, medsos juga digunakan sebagai sarana untuk menghubungi keluarga dan teman-teman yang mungkin tak bisa dijumpai secara langsung. Melalui medsos, orang-orang yang tak bisa bertatap muka langsung masih bisa saling berkomunikasi. Di antara mereka bisa bertukar pesan teks, melakukan panggilan video, atau mengunggah foto dan video untuk membagikan momen perjalanan mudik dan momen perayaan Idul Fitri.
Esensi tradisi mudik Lebaran sebenarnya adalah nilai-nilai kebersamaan, persaudaraan, dan kerukunan antar sesama. Perayaan Idul Fitri yang merupakan momen suci bagi umat Muslim di Indonesia merupakan waktu yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat.
Orang-orang berusaha untuk kembali ke kampung halaman mereka dan bersatu dengan keluarga dan teman-teman mereka yang mungkin sudah lama tidak bertemu. Hal ini mencerminkan rasa cinta dan rindu yang mendalam kepada orang-orang terdekat yang telah meninggalkan kampung halaman untuk mengejar impian mereka di kota atau di tempat lain.
Mudik Lebaran juga merupakan momen untuk mempererat hubungan sosial dan kebersamaan antara sesama umat Muslim, di mana saling mengucapkan selamat Idul Fitri, saling bermaafan, dan saling memaafkan menjadi hal yang sangat penting. Selain itu, dalam tradisi mudik Lebaran, orang-orang juga berbagi makanan dan hadiah dengan keluarga dan tetangga, yang mencerminkan nilai-nilai kebersamaan yang kuat di Indonesia.
Selamat pulang kampung berkumpul bersama keluarga besar. Selamat bertemu dengan rengginang dalam wadah Khong Guan, kue nastar, kastengel, putri salju, semprit, lidah kucing, kacang, mente, dan aneka penganan Lebaran yang ngangeni itu.
Selamat berburu kuliner dan menikmati indahnya tempat-tempat wisata dan membagikan beragam foto dan video suka cita Lebaran itu di medsos. Selamat mudik Lebaran dan rayakan Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin. (*)