MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Terik matahari di wilayah Malang beberapa hari belakangan memunculkan perasaan gerah. Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca yang lebih panas karena periode musim kemarau.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Karangploso Malang, Ahmad Lutfi menyampaikan bila kondisi cuaca lebih panas karena pemanasan yang intens.
“Posisi matahari di sekitar equator dan kondisi secara umum perawanan yang masih sedikit (Periode musim kemarau),” kata Lutfi kepada Malang Posco Media, kemarin.
Diuraikan, bila suhu udara paling tinggi di angka 34.9 derajat celsius dalam sehari berdasarkan BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Timur yang berada di Kecamatan Karangploso. Sedangkan, berdasarkan pemantauan cuaca otomotis Kantor BMKG Stasiun Geofisika yang terdapat di Kecamatan Karangkates suhu udara mencapai 35.7 derajat celsius.
“Suhu dipengaruhi oleh ketinggian suatu lokasi. Makanya dataran tinggi lebih dingin dibandingkan dataran rendah atau daerah pantai,” kata Lutfi.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bila wilayah Malang akan terjadi fenomena kulminasi utama atau hari tanpa bayangan pada Minggu (13/10) sekitar pukul 11:15:40 WIB kemarin.
Dipaparkan Lutfi, bila kulminasi atau transit atau istiwa’ adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama.
“Matahari tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat menghilang karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan,” paparnya.
Lutfi mengimbau beberapa hal kepada masyarakat dalam kondisi cuaca lebih panas, di antaranya menghindari dehidrasi dengan minum air yang cukup, mengindari paparan sinar matahari secara langsung, menggunakan tabir surya, dan bijak menggunakan air bersih.
Terkait ini Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang Prayitno mengimbau beberapa antisipasi yang bisa dilakukan menghindari adanya bencana di musim kering seperti ini. Seperti adanya kebakaran. Ia mengatakan lahan lahan kering dan kosong tidak dijadikan tempat membakar sampah dan sebagainya.
“Karena cuaca cukup panas dan kering. Dihindari membakar sampah sampah di lahan kosong. Jangan buang puntung rokok sembarangan dan perhatikan lingkungan masing-masing agar tidak rawan terjadi kebakaran,” tegas Prayitno.
Sementara itu pula pihaknya tetap mengantisipasi perubahan cuaca yang juga tidak menentu. Karena pada musim peralihan atau pancaroba seperti ini, hujan dengan intensitas beragam bisa juga datang. Untuk itu seluruh warga, utamanya yang telah dilatih dalam program Kelurahan Tangguh tetap diminta memantau dan memonitoring wilayahnya masing-masing.
“Memang sebelumnya hujan deras, lalu panas kering lagi. Ini kami akan antisipasi terus. Unit EWS (Early Warning System) disiagakan. Teman teman Keltang (Kelurahan Tangguh) kami juga minta pantau dan laporan. Kawasan rawan-rawan bencana kami prioritaskan monitoring,” pungkas Prayitno. (den/ica/aim)