spot_img
Friday, December 27, 2024
spot_img

Lewat Film, Novin Wibowo Angkat Cerita Lokal ke Dunia

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Sineas Kota Malang Berjaya di Kompetisi Film Asli Jawa Timur

Prestasi membanggakan datang dari dunia perfilman Jawa Timur. Novin Wibowo, dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), berhasil mencetak sejarah dengan meraih dua penghargaan dalam ajang bergengsi Kompetisi Film Asli Jawa Timur (Komfilasi).

Kompetisi Film Asli Jawa Timur diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur di Gedung Cak Durasim, Surabaya, pada 8 Desember lalu. Terdapat dua judul film, yakni film Kepaten Obor berhasil meraih Juara 1, sementara Mbiyodo menyabet Juara 3.

Penghargaan diserahkan langsung oleh Pj Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, dengan kehadiran Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, di tengah antusiasme para sineas lokal yang turut hadir.

“Komfilasi merupakan ajang kompetisi film yang menjadi ruang bagi sineas Jawa Timur untuk menunjukkan karya terbaik mereka. Tahun ini, sebanyak 89 film masuk ke meja kurator, melibatkan panel yang terdiri dari akademisi, media, pembuat film, budayawan, dan pemerintah. Penilaian akhir dilakukan oleh tim juri utama, yakni aktris Marcella Zalianty dan Prisia Nasution, serta juri kehormatan Arumi Bachsin,” ujar Novin kepada Malang Posco Media, Rabu, (25/12) kemarin.

Ia bercerita, Film Kepaten Obor yang menjadi juara pertama menggambarkan hubungan emosional yang kompleks antara ibu dan anak. Kisahnya mengikuti Betari, seorang anak perempuan yang berusaha menemukan ibunya, Lastri, yang merupakan perempuan asli Tengger. Latar megah Gunung Bromo tidak hanya menambah daya tarik visual, tetapi juga memperkuat nilai budaya yang diusung dalam cerita.

“Film ini adalah perpaduan antara keindahan alam dan kedalaman emosi manusia. Kami ingin menunjukkan bahwa budaya lokal seperti Tengger memiliki cerita universal yang dapat dirasakan siapa saja,” ujar Novin, yang bertindak sebagai produser dalam film ini.

Diproduksi oleh Raya Media Creative, film ini melibatkan 45 kru film dengan dedikasi tinggi. Proses produksi yang berlangsung selama tiga bulan menghasilkan visual dan narasi yang memukau. Bahkan, sebelum mengikuti Komfilasi, ide cerita Kepaten Obor telah memenangkan kompetisi pitch deck Layar Perempuan yang diselenggarakan oleh Indonesiana TV.

Sementara itu, Mbiyodo, yang berhasil meraih Juara 3, merupakan cerminan lain dari kepiawaian Novin dalam mengangkat isu sosial budaya. Film tersebut menyoroti nilai-nilai tradisional yang kian terkikis di tengah modernisasi. Dengan gaya penceritaan yang sederhana namun mendalam, Mbiyodo mampu memikat hati penonton dan juri.

“Setiap karya adalah cerminan dari tanggung jawab kami sebagai sineas untuk melestarikan budaya, tanpa mengesampingkan relevansi cerita bagi generasi muda,” tambah Novin.

Selain di Komfilasi,  Novin juga membidik panggung internasional. Salah satu karya lainnya adalah Majestic Rhythm yang saat ini tengah berlaga di ajang Japan World’s Tourism Film Festival di Okayama, Jepang. Film tersebut mengangkat keindahan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, sebagai bagian dari program Wonderful Indonesia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.

“Kami ingin membawa cerita-cerita lokal Indonesia ke dunia. Film adalah medium yang kuat untuk menjembatani budaya kita dengan masyarakat global,” ujar Novin.

Sebagai dosen, Novin tidak hanya berkarya untuk dirinya sendiri. Ia juga aktif membimbing mahasiswa UMM untuk mengeksplorasi dunia perfilman. Menurutnya, generasi muda memiliki potensi besar untuk menciptakan karya-karya berkualitas yang mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional.

“Melalui film, kita bisa menginspirasi banyak orang. Saya berharap lebih banyak anak muda yang berani mengangkat cerita lokal mereka, karena itu adalah kekayaan yang tidak dimiliki bangsa lain,” ujarnya.

Dengan berbagai penghargaan yang diraihnya, Novin Wibowo menjadi sosok yang menginspirasi dalam dunia seni dan pendidikan. Ia tidak hanya membawa nama baik UMM, tetapi juga membuktikan bahwa sineas lokal Jawa Timur mampu berbicara di kancah lebih luas.

Prestasi di ajang Komfilasi ini adalah bukti bahwa cerita-cerita lokal memiliki daya tarik universal. Melalui Kepaten Obor, Mbiyodo, dan karya-karya lainnya, Novin mengingatkan kepada semua bahwa budaya bukan hanya warisan, tetapi juga tanggung jawab bersama untuk dilestarikan.

“Film adalah jendela yang membuka dunia pada kekayaan Indonesia, dan bisa dijadikan sebagai alat untuk menginspirasi, mengedukasi, dan merayakan budaya. Dengan  Prestasi ini kami mengajak generasi muda untuk bermimpi lebih besar, menggali potensi lokal, dan membawanya ke panggung dunia,” pungkas Novin. (hud/aim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img