Keripik Tempe Jadi Idola
MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kesempatan mudik tahun ini benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat, khususnya wisatawan yang datang ke Kota Malang. Salah satu yang tidak boleh terlupakan adalah mendapatkan buah tangan khas Kota Malang, yakni keripik tempe.
Di Sentra Industri Tempe Sanan tampak diserbu ribuan wisatawan, seperti di Toko Oleh-Oleh Swari, Lancar Jaya dan lainnya yang berada di Jalan Tumenggung Suryo. Akibat banyaknya wisatawan yang keluar masuk berbelanja oleh-oleh, arus lalu lintas sempat macet. Kenaikan permintaan oleh-oleh di Swari hingga mencapai 200 persen.
“Kami hanya libur dua hari pada saat hari H Lebaran dan besoknya. Baru di H+3 buka kemarin, ini langsung ramai sampai sekarang,” jelas Rudy Adam, Owner Toko Oleh-Oleh Swari kepada Malang Posco Media, kemarin.
Menurut Rudy, kondisi ini sangat jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Peningkatan kunjungan wisatawan yang berbelanja di tokonya diperkirakan sekitar empat kali lipat dari tahun sebelumnya. Tak heran kemudian ia menambah jumlah produksinya.
“Peningkatan produksi kurang lebih mencapai sepuluh kali lipat. Sebelum Lebaran, rata-rata hanya 50 kilogram produksi per hari. Sekarang sampai 500 kilogram,” tambahnya.
Tidak hanya di Swari, di Toko Oleh-Oleh Rohani pun demikian. Bahkan kenaikan permintaan oleh-oleh di Rohani terjadi sejak bulan Ramadan lalu.
“Dua tahun belakang sempat turun drastis. Alhamdulillah tahun ini mulai puasa kemarin sudah naik 50 persen. Lalu setelah lebaran ini naik sampai 100 persen lebih,” terang Maria Ulfa Pengelola Toko Oleh-Oleh Rohani.
Di hari biasa lalu, tambah Ria sapaannya, rata-rata bisa menjual 1.000 sampai 2.000 bungkus keripik tempe. Namun saat lebaran ini mencapai 5 ribu sampai 6 ribu bungkus keripik tempe per hari. Akibatnya, ribuan stok miliknya ludes hingga berpengaruh pada reseller dan pasokan untuk pasar ekspornya. Hanya tersisa oleh-oleh lain seperti keripik buah, aneka camilan hingga minuman.
“Kita sebenarnya kekurangan stoknya. Ini di hari kelima itu stok sudah kosong, jadi hari ini memang kosong karena kehabisan stok. Reseller saja kami batasi,” ungkapnya.
Untu penjualan saat lebaran ini dikatakan Ria memang tidak ada harga promo. Hal itu mengingat tingginya harga minyak goreng dan kedelai. Saat ini ia fokus memproduksi lagi keripik tempe untuk memenuhi permintaan di akhir pekan ini.
“Mungkin ini diperkirakan sampai Sabtu Minggu karena menjelang liburan habis ini. Kemarin sepertinya juga sudah mulai puncak sebenarnya. Jadi mulai kemarin kita produksi lagi,” sebutnya.
Lebih jauh, Ketua Paguyuban Sentra Kripik dan Tempe Sanan M. Arif Sofyan Hadi mengungkapkan secara umum penjualan olahan tempe di sentra Sanan hampir seluruhnya mengalami peningkatan yang signifikan. Terlebih hampir seluruh perajin maupun tempat oleh-oleh tetap buka dan tidak ada yang libur saat libur lebaran.
“Kurang lebih bisa dikatakan 100 persen peningkatannya. Kemarin saja sebelum lebaran itu sekitar H-2 warga saya ambil banyak, lalu sudah habis dalam satu hari itu. Belum di tempat oleh-olehnya,” ungkapnya.
Arif juga menyebut, produksi tempe yang akan dijadikan oleh-oleh di sentra industri tempe Sanan juga sebelumnya telah habis. Bertepatan dengan habisnya pasokan minyak goreng subsidi yang digelontor hingga 5 truk tangki dengan masing-masing kapasitas 6 ribu kilogram. Semua industri oleh-oleh di wilayah Sanan bisa dikatakan naik penjualannya.
“Dan ini sangat jauh perbandingannya dengan pandemi kemarin. Ini sudah normal seperti hari biasa dulu (sebelum pandemi),” tegasnya.
Tidak hanya tempat oleh-oleh di Sanan saja, di tempat oleh-oleh lain pun juga sama. Misalnya seperti di oleh-oleh Pia Cap Mangkok yang berada di Jalan Semeru.
“Iya ada peningkatan, wisatawan lebih ramai ya. Kita belum mengukur secara ‘percentage’ peningkatannya ya pak, tapi memang ada peningkatan dibandingkan dengan lebaran dua tahun pascapandemi kemarin,” ungkap Yunike, Owner Oleh-Oleh Pia Cap Mangkok. (ian/aim)